19. in between

1K 125 26
                                    

gue balik dari kamar mandi setelah 20 menit. semoga ga ada yang ngira gue sembelit.

gue masuk ke ruangannya kak renjun, dan coba tebak, sepi. kak renjun sendiri.

"pada kemana?" tanya gue heran. cepet banget 20 menit langsung bubar semua. apa sengaja...

"ke taman, kantin, ruang jenazah," kata kak renjun.

gue melongo.

"coba lu kunci ruang jenazah, pasti ada yang teriak-teriak." kata kak renjun.

bisa ngomong gitu mukanya datar.

"pasti kak haechan ya," kata gue sambil duduk. ice breaking dulu lah, masa gue pergi gitu aja. kan gue baru aja pergi.

"haechan sama jisung."

nyari apa coba di ruang jenazah ckckck

beberapa detik diem, dan akhirnya gue sendiri yang gerah. kaya ngajak berantem aja. gue kan mau temenan sama dia, gimana sih. harusnya gue mulai dari ngobrol-ngobrol dong.

"kak, lo keluar rumah sakit kapan?" gue ngomong sedapetnya topik. bodoamat dikata sok perhatian, gue kudu bisa ngajak baikan.

"kamis," jawab kak renjun.

"langsung sekolah ga?"

"males masuk sehari doang," katanya singkat. "lo gausah ikut bolos."

dia masih inget gue tukang bolos :(

"engga kok," kata gue. "eh kak, hm... gue minta maaf ya waktu itu gue pegang tangan lo yang retak. pasti sakit banget."

"iya, emang," kata dia, jujur banget. jadi tambah gaenak. "yaudah terlanjur."

"tapi tambah parah ga kata dokter?" tanya gue.

"gatau," kata dia. "udah digips lagian."

hm okedeh kalo gitu.

dia juga udah lumayan panjang jawabnya, mungkin gue berhasil deh.

"ning, gue inget gue mau ngomong apa semalem," kata kak renjun.

a-anu... kalo keadaannya berdua gini, rasanya dia kaya bilang, 'gue mau ngomong sama lo', kata-kata paling serem di dunia.

"y-yaudah, bilang lah," kata gue.

"kak sicheng tu kak winwin?" tanya kak renjun.

anjir

padahal di sekolah gue ga pernah kelepasan bilang 'winwin'.

pikiran gue langsung buntu. gue kehabisan akal buat ngalihin topik.

"iya?" kata dia lagi.

gue gatau kudu bilang apa. gue cuma pengen cubit siapapun yang bocorin ini. "k-kok lu tiba-tiba mikir gitu?"

"jawab aja, iya atau engga."

gue diem.

kak renjun nengok ke arah gue. gue tau gue malah keliatan makin mencurigakan kalo diem. gue garuk-garuk kepala.

"lo mau tau? kak sicheng angkat telpon mama lo kemarin. dia dipanggil winwin."

gue nelen ludah. ketauan.

gue ga ngeiyain ataupun nolak. apa yang kudu gue lakuin? jadi perang lagi ntar.

kak renjun ngasihin tangannya yang diinfus ke gue. gue cuma ngeliatin.

"lo ga mau jabat tangan gue?" tanya kak renjun.

yaudah, kak renjun tau. mungkin tadi tujuannya tadi bukan buat nanya, tapi buat ngasih tau gue.

gue diem aja. gue milih buat jabat tangannya. baru ini, setelah bertahun-tahun, gue pegang lagi tangannya. rasanya familiar, dan gue baru sadar selama ini gue kangen tangan ini.

"gue belum sempet bilang ini waktu pindah. selamat buat pertunangan lo."

gatau kenapa rasanya gue sedih. gue liatin kak renjun. tangan gue tiba-tiba rasanya dingin.

"anjir selamatnya buat pernikahan papa mama gue lah," gue sok-sok bercanda.

ga berhasil, dia ga nanggepin, dia ga liatin gue lagi. senyum pun enggak. mungkin lebih tepatnya dia ga dengerin.

gue lepasin tangannya. rasanya sekarang gue jadi pengen ngomong sesuatu. "lo kenapa ke korea tiba-tiba? katanya lo ga mau nyusul papa lo kesini?" tanya gue, agak menuntut.

"mama gue ngajak pindah."

"mama lo udah ngajak pindah dari lama, tapi lo selalu bilang mau di jilin aja. lo lupa?" tanya gue. "kenapa juga sih pindah ga kabarin gue? lo gatau khawatirnya lo tiba-tiba ilang? rasanya gue kek ada salah besar. kalo emang iya, apaan? kasih tau gue, jangan main pergi aja. jangan main judesin aja, sakit tau ga."

"lo udah jadi punyanya winwin. lo lupa?"

"gue ga pernah nganggep pertunangan itu serius."

"lo ngga nganggep pertunangan itu serius, tapi ortu kalian nganggep itu serius! lo kira gue gatau?"

"yang nentuin itu gue!"

"kalo emang lo bisa nentuin semua itu, kenapa ga lo udahin dari dulu? katanya lo ga serius kan? lo kira gue mau suka sama tunangan orang?"

a-anjir... ini confession...

"gue ga pernah nanggepin pertunangannya karena gue pikir itu main-main, ngerti ga sih lo," kata gue kesel.

"kasih tau lah ke keluarga lo, jangan sesuka lo doang."

"lo juga kasih tau ke gue dong, jangan sesuka lo doang." kata gue kesel. "males ah ngomong sama lo." kata gue kesel.

gue ambil tas gue terus keluar ruangan. biar aja dia sendiri di situ.

diem-diem mata gue panas dan berair. gue udah ga peduli lagi sama tujuan gue buat temenan. gue pergi ke halte terus pulang duluan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 28, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Renjun x Ningning || 434 MilesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang