11

70 8 20
                                        

Serigala itu bisa dilumpuhkan, namun salah satu diantara mereka harus menjadi korban. Semua yang terjadi selama ini diantara mereka berdua, menari indah di sekeliling. Semua kenangan itu menjadi kalimat pembungkam.

"Tolong bertahan Zan. Aku bakalan bawa kamu pulang." Ahda melepas syal yang ada dilehernya. Seketika angin dingin menyentuh kulit lehernya.

Zana mengangguk paham. "Tolong ambilkan kotak p3k di dalam ransel." bergumam lemah.

Dengan sigap Ahda meletakkan kepala Zana ke atas bantal. Membongkar tas dan mengeluarkan p3k. Ahda membersihkan luka bekas gigitan serigala itu di lengan Zana. Tangannya gemetar semenjak tadi. Bohong kalau dia kuat, nyatanya airmata terus turun di pipi putihnya.

Zana tidak habis pikir, dia yang kesakitan, Ahda yang menangis. Meskipun begitu ia sangat terharu atas tindakan yang dilakukan Ahda. Menyapu air mata Ahda yang meluncur. "Nggak usah nangis, kamu bakalan nggak bisa angkat aku nanti."

Ahda mengulas senyum kecil. Masih telaten mengurus luka Zana. "Kita mesti pulang sekarang. Luka kamu, aku takut kenapa-napa. Obat yang tadi kamu minum, belum bisa menahan nyeri terlalu lama. Apalagi darah kamu, lumayan banyak yang keluar." membereskan peralatan p3k Zana.

Zana memahami perasaan seorang Ahda. Dia sangat khawatir. Tapi Zana berusaha meyakinkan kepada Ahda bahwa ia akan bertahan sampai besok tanpa perlu berkemas pulang. Dan semua itu hanya kesia-siaan belaka. Mengingat baterai ponsel mereka berdua tidak mencukupi sampai tempat asal.

🌿

Sang pemandu jalan memutuskan berhenti sebentar dan berdiskusi dengan Randy serta kawannya. Pencarian tidak akan bisa membuahkan hasil kalau hanya dengan mereka bertiga saja. Apalagi ini sudah mendekati tengah malam. Bahkan salah satu diantara mereka lupa memakai jaket.

"Kita cari lagi besok, kita minta bantuan sama yang lain."

Dengan tak rela Randy kembali naik ke puncak gunung. Sembari berdoa di dalam hati, supaya dua orang rekannya akan bisa ia jumpai esok hari.

Ina yang menanti rekannya datang, menghirup udara sebanyaknya. Ada sedikit kelegaan meskipun ia masih mempertanyakan dimana dua orang yang mereka cari. Menyodorkan tiga gelas kopi panas kepada tiga orang yang baru saja meletakkan senter ke atas tanah. Sungguh Ina ingin memberikan pertanyaan kepada mereka, namun ia tahan.

"Semoga besok ketemu." Randy mengambil segelas kopi. Menggenggam lama. Merasakan panasnya air kopi pada gelas.

Ina paham akan kata-kata itu. Tidak ingin memperpanjang penasarannya, ia bangkit lalu masuk tenda.

🌿

Ahda terjaga sepanjang malam, memastikan sahabatnya baik-baik saja. Setidaknya Zana tidak demam, dan itu sangat melegakan Ahda. Begitu waktu memasuki subuh, Zana melenguh. Rupanya gigitan serigala itu berdenyut nyeri. Sungguh Ahda gugup sekali.

"Jangan nyerah Zan, aku bakalan bawa kamu secepatnya turun."

Zana menggeleng. Ia hanya butuh waktu barang sebentar saja untuk mendapatkan tenaganya kembali. Meminta Ahda untuk membuatkan susu hangat. Menyerahkan toples kecil berisi bubuk susu.

Memang berniat sekali.

Ahda segera beranjak keluar tenda. Menghidupkan api sekalian menghangatkan tubuh.

"Da" Zana membuka resleting tenda.

Ahda menoleh. "Sini, supaya hangat."

Zana keluar tenda pelan-pelan. Dan duduk di sampingnya Ahda. Menyandarkan kepala ke bahu Ahda. "Kali ini saja, aku pinjam bahu kamu."

DESIRETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang