9

52 5 2
                                    

Zana sudah mendapat jadwal ujian untuk satu minggu ke depan. Ina berbaik hati mengirimkan via chat. Zana sangat berterima kasih.

"Mama harus berangkat ke pasar. Kamu mau dibelikan apa?" Mamanya berdiri di ambang pintu kamar.

"Nggak ada ma."

"Oke. Belajar yang rajin. Mama berangkat. Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumsalam. Hati-hati ma." Zana mengantarkan mamanya sampai teras.

🌿

Senin, hari ini sudah dimulai ujian. Begitu Zana memasuki ruangan, suasana mendadak ramai. Ina sudah berlari menghampiri Zana. Memeluknya sampai begitu kuat.

"Na, kalau kamu nggak lepas, aku pasti nggak bisa ikut ujian."

Ina tersadar dan melepaskan pelukannya. Memandang wajah Zana yang cerah. "aku kangen kamu."

"Sama." Zana tersenyum.

Randy datang melerai tatapan dua orang wanita itu. "Zan, kursi kamu paling ujung dekat dengan jendela."

"Oke. Makasih Ran." menatap Ina, dan mengajaknya ke kursi masing-masing.

Mendekati waktu di mulai, Ahda memasuki ruangan. Semua orang dalam ruangan mendadak diam. Tidak ada kebisingan. Zana memandang teman-temannya.

Kebingungan dirinya terjawab ketika Ahda meletakkan tasnya di atas meja, persis di depan posisi Zana sekarang. Lelaki itu masuk dengan aura tak pernah tersentuh oleh siapa saja.

'astagfirullah Da, kenapa kamu harus seperti ini.'

Zana memandang Ahda yang duduk tegak di depannya. Rupanya Ahda belum menyadari posisi Zana di belakangnya.

🌿

Sedangkan Ahda membuka ponselnya, entah mengapa semenjak awal ia duduk disini, aroma farfum itu menyapa indera penciumannya. Dan ia ingat hanya satu orang yang suka memakai farfum dengan wangi lembut seperti ini. Apakah Zana juga ikut ujian disini, hari ini?

Begitu dosen masuk membawa amplop besar, dosen itu memberikan salam.

"Selamat pagi semuanya. Saya ucapkan selamat menempuh ujian akhir semester. Namun sebelumnya, selamat datang kembali Zana di kampus ini." Bu Fitri tersenyum.

Tanya besar di benak Ahda terjawab dengan sapaan dari dosennya.

"Sebelum kita memulai ujian, ibu mau kasih kalian pengumuman penting. Selesai ujian semester ini, kita semua akan berlibur. Untuk tempat berlibur, masih dirembukkan. Semoga besok sudah keluar keputusannya. Seperti biasa, Ahda dan Zana maju. Bantu ibu bagikan soal dan lembaran."

Ahda dan Zana maju tanpa penolakan. Sama-sama diam hingga mencapai meja dosen. Bu Fitri memandang mereka berdua. Karena biasanya selalu berisik, dan sekarang saling diam.

"Kalian berdua kenapa? Kompak sakit gigi? Sariawan?"

Mahasiswa yang lain tegang.

"O, tidak bu." jawab keduanya bersamaan.

"Cie cie,,, pasangan serasi balik lagi." terdengar suara mahasiswa yang lain antusias meledek.

Keduanya sempat saling menatap, lalu segera memutuskan memindahkan pandangan.

"Lalu, lagi berantem?"

Keduanya menggelengkan kepala bersamaan.

Keluarlah tawa menggema dari seluruh mahasiswa dalam ruangan itu. Keduanya punya ikatan batin yang cukup kuat.

Bu Fitri tersenyum. "Kalau rindu bilang, jangan sampai diam-diaman. Apalagi saling gengsian."

Ahda menggaruk pelipisnya, tanda ia sangat grogi.

DESIRETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang