12

60 6 3
                                    

Ahda mengucap syukur, ketika Zana sudah tersadar. Dokter langsung memberikan suntikan penanganan gigitan serigala pada lengan Zana sesaat ia masuk dalam ruangan UGD.

Randy dan rekannya yang sudah membaca pesan singkat dari Ahda segera menuju rumah sakit. Suara sepatu kets beradu dengan lantai keramik. Begitu melihat Ahda yang duduk di kursi tunggu depan ruang UGD, ia langsung berlari.

"Semoga dia nggak papa ya Da. Kalian berdua bikin khawatir." Randy yang kusut mukanya mendadak lega ketika mendapatkan informasi dari Ahda.

"Sukron. Ane alhamdulillah baik-baik saja dg si Zana. Meskipun ada sedikit masalah." Ahda tersenyum.

Ina maju ke depan pintu. "Kalian udah baikan?"

Ahda mengangguk.

"Syukurlah." Randy memeluk Ahda.

"Kalau nggak dikasih Allah cobaan, belum tentu kami baikkan." Ahda serasa melepaskan beban.

"Tentu, itu semuanya adalah hikmah buat kalian berdua. Terutama ente Da, sahabat yang membawa kita ke arah kebaikan itu yang patut dijaga. Jangan perempuan yang ente jadikan pacar bikin ente putus silaturahmi." Randy turut lega.

Ahda lagi-lagi mengangguk.

Mereka semua yang menjenguk sudah pulang, pamit karena harus mandi dan istirahat setelah menuruni gunung.

🌿

Zaidan, bu Nana dan Haziq dalam satu mobil menuju rumah sakit. Haziq sengaja berlibur ke Indonesia karena ingin jalan-jalan dan memantau adiknya. Dan seharusnya ia hari ini berjalan-jalan menikmati kuliner khas Indonesia. Namun begitu Zaidan bilang Zana di rawat maka mereka segera bergegas dan menjemput bu Nana yang memang sudah siap berangkat memakai ojek langganannya.

"Tante, mama nitip ini." Haziq menyerahkan sebuah paperbag.

"Jangan nak Haziq." Bu Nana menyerahkan kembali setelah melihat isinya.

"Maaf tante, itu memang buat tante dan Zana. Kata mama wajib sampai ke tangan tante." Haziq bersikeras.

Bu Nana menarik nafas. Orang-orang itu terlalu baik hati. Pusing. Hari ini terpaksa menerima.

Begitu memarkirkan mobilnya, si Zaidan tersenyum lebar. Persis di depan rumah sakit ada toko bunga dan toko buah.

"Saya ke seberang dulu tante, tante masuk aja dulu bareng ka Haziq." Zaidan beranjak pergi.

Haziq segera membantu bu Nana keluar dari mobil dan membawa tas kecil berisi baju ganti Zana. Mereka berjalan bersisian menuju ruang inap Zana.

Ahda tersenyum bahagia melihat bu Nana yang baru saja hadir. Wanita yang sudah ia anggap mamanya sendiri. Namun, pria disamping bu Nana yang menjadi perhatiannya. Orang yang tidak ia kenal sama sekali.

"Nak Ahda, kenalkan ini Haziq, kakanya Zaidan." bu Nana mengerti dengan raut wajah sahabat anaknya.

"Ahda Pian Mauza" Ahda mengulurkan tangan.

"Afzar Haziq Musyaffa'" Haziq menyambut tangan Ahda.

"Maaf bu, Ahda harus pulang sebentar untuk ganti baju dan bawa barang-barang kami berdua Zana. Tadi dia sempat siuman sebentar, karena pengaruh obat dan suntikan dia tidur lagi." Ahda mengangkat dua ransel ke pundaknya.

"Makasih ya nak. Kamu istirahat saja dulu, Zana bisa ibu yang jaga." Bu Nana mengelus pundak Ahda.

"Ahda pulang dulu bu, assalamu'alaikum." Mencium tangan bu Nana dan juga pamit ke Haziq.

🌿

"Kenapa kamu tinggalkan Zana?" Bu Mela kaget melihat anaknya pulang membawa ransel.

"Bentar aja kok ma, Ahda mau mandi lalu ganti baju." Ahda meminum air putih dan duduk memperhatikan mamanya.

DESIRETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang