5

1.5K 190 49
                                    

Jaehyun, Taeil dan Sunny duduk di ruang tamu sambil sesekali Jaehyun mengawasi putra-putranya yg sedang bermain.

"Apa selama 10 tahun ini mereka menyusahkan kalian?"

"Tidak Jaehyun, aku dan suamiku tidak pernah merasa kerepotan mengurus putra-putramu, justru kami bahagia berkat adanya mereka disini, kami seperti sedang mengurus putra kami sendiri."

Jaehyun menatap Sunny dan tersenyum "Wajahmu terlihat sangat lelah."

Sunny meraba wajahnya "Mungkin karena aku tidak memakai make up."

"Jaehyun, putramu belajar dengan sangat cepat. Setiap pagi kami tidak perlu bangun pagi untuk menyiapkan sarapan, mereka akan melakukan nya sendiri."

Kini Jaehyun melihat ke arah Taeil "Benarkah? Tapi mereka baru berumur 10 tahun, bagimana cara mereka menyalakan kompor?"

"Sepertinya aku harus memberimu sesuatu supaya kau percaya. Tunggu akan kuambilkan." Sunny bergegas menuju ke dapur untuk mengambil sesuatu. Dia kembali ke ruang tamu dengan sebuah piring di tangan nya.

"Ini cobalah!" Sunny memberikan sebuah piring berisi ikan kepada Jaehyun

Jaehyun memakan nya "Ini sangat lezat. Taeil, istrimu sangat pandai memasak."

"Istriku memang pandai memasak, tapi itu bukan masakan istriku."

"Lalu siapa?"

Taeil beranjak dari duduknya menghampiri Jaemin dan menuntun nya untuk duduk disamping Jaehyun.

Jaemin yg melihat ikan yg dimasaknya berada di tangan Jaehyun lantas menutup wajahnya dengan tangannya. Pipinya memerah.

"Ada apa Jaemin?" Jaehyun mencoba menyingkirkan tangan Jaemin dari wajahnya

"Ayah memakan masakanku."

Mata Jaehyun melebar "Kau yg memasaknya?"

"Iya, ayah suka? Jaemin menatap mata Jaehyun sambil tersenyum penuh harap. Sorot mata Jaemin kebiruan, tingkah lakunya sangat mirip dengan Annora. Entah kenapa Jaehyun seperti melihat Annora dalam diri Jaemin.

"Ayah? Ada apa? Kenapa menatapku seperti itu?"

"Kau mengingatkan ayah akan seseorang. Masakanmu enak."

"Kalau begitu ayah harus menghabiskan ini, ayah tau tidak? Chenle dan Jisung yang menangkap ikan ini, sampai badan mereka penuh lumpur, lalu paman Taeil memarahi mereka."

Jaehyun tidak bisa lagi menahan tawanya, Taeil menutup wajahnya dengan tangan.

"Inikah yang kalian bilang tidak merepotkan?"

"Terkadang aku memarahi mereka karena gemas." Taeil mencubit pelan pipi Jaemin

Tak lama terdengar suara Jisung yg menangis. Jaemin dan Jaehyun langsung berlari menghampirinya. Jaehyun menggendong tubuh Jisung yg menangis, namun Jaemin malah memeluk Chenle dengan wajah khawatir.
"Ada apa? Apa yg terjadi? Mana yang sakit?" Jaemin memeriksa tubuh Chenle, dia takut Chenle terluka.

"Chenle berlarian dan terjatuh, kepalanya terbentur lantai dengan keras." Jeno menjelaskan apa yg terjadi kepada Jaemin dan ayahnya.

Jaehyun masih tidak mengerti apa yg terjadi disana. Dia menenangkan Jisung namun Tangis Jisung makin keras saat Jaemin menyentuh kepala Chenle.

"Tunggu disini, aku akan mengobatimu." Jaemin pergi untuk mengambil kotak obat, Haechan, Jeno, Mark dan Renjun duduk mengelilingi Chenle, tidak ada satupun dari mereka yg memperdulikan Jisung. Hanya Jaehyun.

Jaehyun mengusap pundak Jisung "Jangan menangis Jisung, ayah disini."

"Chenle, bicaralah! Jika kau diam seperti ini aku takut." Haechan mengusap air mata yg hampir menetes dari sudut matanya.

ANGELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang