9. Disaster

1.3K 175 43
                                    

"Ayo Haechan jangan kalah!" Mark memberi semangat pada Haechan yg sedang bermain catur bersama Johnny di kantin kantor.

"Ayolah Haechan, apa hanya sampai disini saja kecerdasan mu?"

"Tidak paman, biarkan aku berfikir dulu jangan ganggu aku paman!"

"Cepatlah... sebentar lagi ayahmu selesai siaran, dan aku harus mulai bekerja."

"Maaf paman, aku tidak bermaksud membela adikku, tapi ini sulit, kemanapun Haechan akan memindahkan pion nya, kau akan tetap bisa membunuh rajanya." Mark mencoba berbicara pada Johnny

"Kau benar! Lalu apa menurutmu jika kita sedang berada dalam posisi sulit akan menyerah?"

Mark terdiam

Johnny tersenyum kearah Mark "Kau bukan sebuah pion, ingat kata-kataku! Jangan mau menjadi sebuah pion."

Mark tersenyum, entah kenapa dia merasa sangat nyaman berada disekitar Johnny

"Paman, aku menyerah!" Haechan menatap Johnny dengan wajah memelas

"Kemarilah duduk dipangkuanku!"

Mark melihat interaksi antara Haechan dan Johnny tanpa disadari dia ikut tersenyum

"Dengar Haechan, kau memang kalah di permainan ini, tapi kau menang jika permainan ini dinilai dari seberapa keras usaha yg dilakukan. Kau hanya perlu berlatih lagi untuk menang. Mengerti?"

"Iya paman! Ummm.... paman Johnny, bisakah kita sering bertemu? Aku rasa aku mulai  menyukai paman."

"Apa aku orang yg menyenangkan?"

"Iya. Kau sama seperti ayah."

"Ayahmu bahkan tidak pernah mau berada di dekatku."

"Ayah? Apa ayah Jaehyun sejahat itu padamu?"

Johnny tersenyum "Bukan Jaehyun."

"Lalu siapa?"

Johnny tidak menjawab. Dia hanya mengacak lembut rambut Haechan.

Dari kejauhan Renjun memanggil Haechan untuk mengajaknya bermain bersama

Johnny memandangi wajah Mark, seulas senyum terukir di wajahnya, entah kenapa hatinya merasa sangat bahagia melihat Mark tumbuh dengan baik. Mark sangat santun, dan mampu menjaga adik-adiknya. Tanpa ia sadari tangan nya terulur menyentuh pipi Mark.

"Terimakasih telah terlahir kedunia ini, Mark."

Mark serasa dunianya terhenti, dia seolah merasa saat itu hanya ada dia dan Johnny disana. Mark merasa nyaman saat Johnny menyentuhnya, bahkan Mark rasanya tidak rela jika Johnny menarik tangan itu dari pipinya.

"Paman, kau harus berterimakasih pada ibuku. Dialah yg membuatku terlahir ke dunia."

Mendengar itu air mata Johnny menetes, mengingat pengorbanan yg telah Annora lakukan untuk berada disekitarnya.

"Aku sangat berterimakasih atas pengorbanan yg ia lakukan untuk membuatmu terlahir kedunia."

"Paman, kau seperti ayahku. Dia selalu menangis saat mengenang ibu."

"Ibumu pasti perempuan yg hebat."

"Lebih dari itu paman. Dia mati untuk menyelamatkan putra-putranya. Jika suatu hari aku melihat ibuku dalam masalah, aku rela mati untuknya."

"Bukankah ibumu sudah mati?"

"Tidak Paman, ibuku tetap hidup dalam diriku."

"Bolehkah paman memelukmu?"

ANGELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang