7 - Stranger Hell

3.1K 340 124
                                    

Begitu pertama membuka mata, Jimin langsung sadar jam berapa sekarang dan hari apa ini.

Pukul 10 pagi.

Karena itu, dia bergeming cukup lama di sofa, menatap kosong arah plafon. Lelaki itu masih berbaring telentang tanpa memakai baju. Menginsapi aksi brutalnya semalam.

SRETTT

Suara gorden dibuka.

"Membolos lagi?"

Pantulan sinar kuning yang ngengat menggelitiki wajah dan menusuk-nusuk kulit Jimin.

"Bukan urusanmu." sahut Jimin singkat, memalingkan muka enggan.

Kepala Jimin masih agak pening, penglihatannya berkabut.

Kemudian Jimin mengucek mata, menyentak kepala ke samping sebagai penghilang penat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kemudian Jimin mengucek mata, menyentak kepala ke samping sebagai penghilang penat.

Sebentar ia tersenyum pahit pada punggung mungil itu, sosok manis yang pernah mengisi hari-harinya dulu.

Dan lagi, batin Jimin meringis perih, menuntut secuil keadilan untuk hidupnya.

Dan biarkan kali ini Jimin menjadi bucin sodara-sodara, karena jujur ia tak sanggup menghapus kenangan usang itu.

Mengingat sex liarnya semalam, Jimin tersenyum pongah. Berseri-seri disertai seringai busuk.

"Hei, sanggup berjalan juga kau." sarka Jimin menyunggingkan senyum miring.

Wanita berambut sebahu dengan gigi kelinci itu mendelik bingung,
memang sejak kapan dia pincang?

"Apa maksudmu? Ck, kau kebanyakan mengigau."

Lelaki tegap itu beranjak dari posisi, menghampiri bayang si wanita. Memeluknya erat dari belakang pertanda bahwa setiap inchi tubuh wanita itu hanya ditakdirkan- posesif itu hak paten miliknya!

"Nayeon-ah, apa kau menikmatinya semalam?" bisiknya menggerayang,

"Jika kau bilang iya, aku mungkin akan melupakan kesalahanmu dan memulai lagi hubungan kita dari awal." lolosnya tulus penuh sayang dan secercah kerinduan.

Jimin menaruh kepala di ceruk pundak si ibu tiri, menyesap sedikit leher jenjang yang beraroma vanilla.

Mantan pacarnya itu membelai pucuk rambut Jimin sensual, berbisik serendah mungkin dengan nada menggoda, "Ouh jinjja? Aku sangat terharu sayang. Jim-- jangan bilang kau habis mimpi basah denganku semalam?" ledeknya keji.

Lalu, ibu tiri sialan itu asik tertawa mencemooh, "Sudahlah. Mandi sana dan jangan banyak berhayal. Aku menunggumu di garasi." pinta sosok arogan itu dengan nada berat.

" pinta sosok arogan itu dengan nada berat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
AURORA | KOOKV YOONTAE MINVTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang