Momentum of Cliche

2.1K 175 83
                                    

Pernah mengalami sebuah mimpi konyol yang terasa nyata?

Rasa sedih yang mendadak hinggap di hati tanpa tau penyebabnya?

Seakan ingin sendirian, uring-uringan tidak jelas, menyalahkan keadaan yang seolah-olah tidak berpihak pada kita.

Mengatakan kita inilah tokoh yang paling teraniaya, bertanya pada Tuhan kenapa aku diciptakan sebagai aku ini, bukan sebagai orang lain?

Apakah akan berbeda?

Keinginan yang kita andai-andaikan berujung gagal.

Menjadi depresi, memikirkan hal tidak penting yang harusnya tidak usah disibukkan.

Rasa anonymous, dejavu, hayalan, imajinasi liar, delusi aneh berkeliling dalam otak bak cincin saturnus.

Begitulah rangkaian kehidupan manusia yang membosankan.

Kim Taehyung ada di fase itu.

Kematian Park Jimin masih misteri alam yang membuat batinnya celaka.

"Kak, apa boleh aku menyusul seseorang pergi?" Bertanya kosong seraya mengamat satu torehan tinta cat minyak di atas kanvas putih yang bermotif abstrak.

Corak merah muda berani yang bertempur dengan violet luar angkasa terlihat berkilauan.

Corak merah muda berani yang bertempur dengan violet luar angkasa terlihat berkilauan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Di bawahnya tertulis bio sang pelukis, JK, Aurora.

"Siapa?" katanya, "Siapa orang yang ingin kamu susul, Tae?"

Mereka ada di pameran seni Seoul, mencicipi aneka karya anak muda yang tergantung rapi disitu. Dua bersaudara Kim.

"Waktu itu.. aku ingin menyusulmu, kak."

Seokjin menjentikkan jari bingung di dagu, "Menyusulku ke Paris?"

"B-bukan begitu.. Aku ingin kesini." Jarinya terarah dalam bingkai lukisan itu, seakan-akan berharap terselam dan diserap ke dalamnya.

Masuk ke dunia hayalan bernama Aurora, dunia tanpa rasa sakit, tanpa penderitaan, tanpa setitik kesedihan, tanpa adanya rasa tekanan.

Dan Park Jimin curang, pergi duluan kesana dengan sejuta mimpi buruk--samar yang ia tinggalkan dengan Taehyung.

Satu sentuhan kuat memegang pundak dosen manis berwajah bulat seperti donat madu itu, "A-ah, halo. Kamu beneran kesini ya?"

Membenamkan muka dalam syal balero toscanya, Taehyung mengintip dan membungkuk segan.

"Um, halo." sapa Taehyung sejenak, canggung.

Lelaki bergigi kelinci itu tersenyum ramah, senang oleh karena sebaran brosurnya 3 hari lalu tidak sia-sia. Jungkook nampak berkharisma dengan balutan coat panjang warna cokelat tua dan jeans satin.

"Kalian berdua saling kenal?" tanya kakak Kim memiringkan kepala.

"Oh, kak Seok? Penulis novel Tiny Weardrop kan? Woah, beruntungnya. Aku penggemarmu loh, bisa tanda tangani bajuku? Kkkkk.." tawanya bergait senyum girang.

AURORA | KOOKV YOONTAE MINVTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang