"Maaf ya ada bagian yang agak gosong, aku terlalu keburu sih menggorengnya." Hoseok jalan dengan sepiring pancake berasap bersiram sirup maple. "Heh, kadang bagian gosong itu lebih garing dan enak." celotehnya kemudian untuk membela diri.
Bunyi klentingan piring telah menyentuh permukaan meja. Namun omongan Hoseok tidak cukup buat mengalihkan perhatian Namjoon sepenuhnya dari figura foto itu.
Dua matanya terpaku untuk berhalusinasi tajam, menerka-nerka heran dan berasumsi serius.
Sial.
Susah payah bercucur keringat menyiapkan hidangan, malah tak dihargai dan diabaikan tak peduli.
Hoseok mendengus sebal, bibirnya mengerucut. Jemarinya menyelinap ke selayut pundak bidang Namjoon. Mengetuk dan meremat perlahan.
"Kau tidak dengar waktu kubilang pancake nya sudah matang?"
Refleks, Namjoon justru langsung mencengkram erat lengan Hoseok, menusuk kuat hingga kukunya tertancap disana, "Tolong jelaskan siapa orang di foto ini Jung Hoseok." katanya tegas penuh penekanan.
"A--ash, wae gerraeyo? S-sakit.." Hoseok merintih sakit karena tindakan Namjoon yang mendadak. "Itu Park ahjussi, ayah Park Jimin. Cih, kau kenapa sih?"
Tidak bisa kornea hessian platinum Namjoon tidak terbelalak, "Ayah Park Ji-min?" jedanya lambat.
Hoseok mengangguk, "Ibuku berhutang budi padanya. Makanya kami pasang foto Park ahjussi di rumah."
Namjoon memelotot, kenyataan konyol apalagi ini?!
"Kau--, Namjoon memincing serius, "tidak mengada-ada kan?"
"Astaga, untuk apa aku membual hah." Si kuda bawel itu mendesah jengah, "Sudahlah, lepaskan aku. Aku mau mandi." decaknya seraya menarik kembali tangannya lalu beranjak pergi menjauh.
Demo versi foto yang tergantung di beton yang permukaannya separuh mengelupas itu membuat Kim Namjoon bergidig takjub.
Kelewat ngeri karena lubang hitam ini nyatanya terancang dan saling berkait dalam rantai kehidupan.
Saling berhubungan membuat para pemain tokoh utama terkikis luka, memaksa mereka untuk menjalani bayang tragis bertahun panjang. Melihatnya, Namjoon hanya dapat meringis iba.
Namjoon menunjukkan raut wajah tegang mengeras, irisnya jadi tak berkedip lagi. Tangannya membeku di bingkai foto dengan jari-jari menggigil.
Siapa antagonis disini sebenarnya? Siapa yang harus dibasminya?
Min Yoongi hanyalah iblis pengecut bermuka tebal. Melarikan diri sewaktu hipotesisnya hampir terjilid jadi satu kanvasia.
Apakah Jungkook, si android canggih berwajah polos yang berkedok robot penyembuh kesehatan tapi punya kekuatan super mega yang sewaktu-waktu dapat putar arus untuk menikam Tuannya sendiri?
Hell, tidak ada yang bisa mengira bahwa Jungkook pun dapat berhianat.
Namjoon menyidik kerangka garis wajah replika gambar itu dengan lamat. Membandingkan dengan siratan muka direktur Lotte Mart.
Polisi Kim mengayunkan tangan ke sikut, berseru penuh sesal karena dirinya terlambat menyadari 1 poin penting.
Tak dapat dipungkiri walau bos Lotte Mart telah termakan usia, garis wajahnya masih tegas seperti muda.
Dia merogoh saku untuk merayap dan memcari keinginannya. Ponsel kantor khas densus 911 menempel di kuping,
'Halo.. selamat pagi, Pak Kim. Ada urusan apa?'
"Halo, Tuan Jang Soo Byun. Ambil segala berkas di ruangku dan antarkan ke tempatku. Segera."
'Ah, n-ne. Arraseomnida. Tepatnya berkas di bagian mana?'
KAMU SEDANG MEMBACA
AURORA | KOOKV YOONTAE MINV
Random{segala hal, tokoh, karakter, alur hanyalah fiksi. Tidak boleh dikaitkan dengan kehidupan member asli.} Pernah mendengar manusia yang tujuan hidupnya adalah mati terlindas ban tronton, tertembak peluru, gantung diri, minum racun alias bunuh diri? Ko...