.
.
.
Lelaki surai madu keemasan itu mendekap satu bantal gambar peach stiker kakaotalk.
Pengap dan sesak yang Taehyung rasakan kini. Air matanya sampai di ujung, tapi dia tarik kembali.
Enggan mengoarkan isi hati lagi pada android kaku di samping.
Seperti inilah gambaran siklus yang akan kalian temui antara manusia--benda mati.
Anggap saja kalian disuruh bicara dengan ponsel. Secanggih-dan muktahirnya teknologi OS yang terpasang di chips memorinya, mereka tetap tak berprasaan.
Kodratnya, tak ada satupun manusia congkak yang mampu menyaingi ciptaan Allah.
Begitu juga, Aurora.
Dia tak mungkin faham, tak akan mengerti bagaimana perasaan yang berkecamuk ria.
Jika mereka tak diajak bicara, mereka cuma diam membatu tak punya inisiatif memulai.
"Apa kamu sudah tau dari awal? Tentang Yoongi.."
Taehyung menggeleng lemah, masih percaya bahwa si pucat itu pria baik-baik. Dia tak sejahat apa yang kalian pikirkan selama ini.
"Kau masih ingat cerita ayah, kan? Kakakku itu sekarang--, berbahaya. Dan Min Yoongi-ssi lah orangnya."
Taehyung menggigit bibir erat, kembali dirasa pojok matanya basah. Haruskah ia tertakjub heran pada putaran roda takdir karena dunia ini terlahir sempit?
"Apa ucapanmu bisa dipertanggungjawabkan?"
Android berperawak damai itu menatap Tae lurus, "Aku pasti akan membuktikan perkataanku."
Jungkook bertekad dalam hati, bersama Namjoon menguak segala perkara. Bak pemenang movie laga aksi, dia akan membantai segalanya di ending.
"Entah-- aku hanya ingin tenang tanpa ada pihak yang terluka." Taehyung menghela napas, rebahan disana. Ingin rasanya pun membuktikan bahwa penilaian itu salah.
Berbagai kecemasan berlebih tentang masa mendatang menerornya, mengisi relung fikir hingga tumpah meleber.
Tak memberinya pilihan bagus untuk bernapas lega.
Satu, tetap hidup namun dilanda ketakutan ataupun mati dengan menanggung banyak penyesalan di dunia.
Andaikan bisa, Taehyung hanya ingin hidup damai. Pergi sejauhnya tanpa harus memikirkan masalah apapun lagi.
Cukup berdua dengan anaknya, itu lebih dari cukup.
Tak bisakah Tuhan mengabulkan satu permohonan kecilnya itu kali ini?
Sesulit inikah rasanya mengejar secercah kebahagiaan, meski hanya untuk semenit ?
Entahlah.
.
.
.
Dosen Kim itu terbangun agak siang, parahnya hal itu sengaja dia lakukan.
Kalau perlu, dia tak mau lagi bangun dari segala mimpi buruknya.
Semalam, Taehyung menangis lama.
Sewaktu diantar pulang, ia masih menangis. Di rumah, sambil meringkuk di sudut tempat tidur, ia tetap menangis.
Terus menangis hingga tubuh dan pikiran lelah, sampai tenaganya habis dan kantong air mata mengering, hingga tertidur tanpa mengganti pakaian dan melepas sepatu.
KAMU SEDANG MEMBACA
AURORA | KOOKV YOONTAE MINV
Random{segala hal, tokoh, karakter, alur hanyalah fiksi. Tidak boleh dikaitkan dengan kehidupan member asli.} Pernah mendengar manusia yang tujuan hidupnya adalah mati terlindas ban tronton, tertembak peluru, gantung diri, minum racun alias bunuh diri? Ko...