Ferro

92 8 0
                                    

Ya Allah, bolehkah aku menyukainya?
Tolong biarkan diriku bahagia walaupun dengan waktu yang singkat.
-Aresha.

"GABUNG dong," kata Ferro yang baru saja datang dari kantin.
"Gue suka sama cewek masa." sambungnya lagi.

teman-temannya pun terkekeh, mereka mulai heran kepada tingkah Ferro. Mereka saling menatap seolah-olah sedang bertanya. Lalu, mereka memandang wajah Ferro lengkap dari ujung kepala sampai ujung kaki. Mereka menepuk-nepuk wajah Ferro sampai Ferro meringis kesakitan. Ferro pun merasa kesal akibat perbuatan temannya yang tidak jelas.

"lo kenapa sih?! Ngeliatin gua serius banget, emangnya gue teroris?," ucap Ferro dengan kesal.
"terus juga pake segala nepuk-nepuk pipi gue, lo kata pipi gua gendang marawis?" sambungnya dengan ketus. "gak usah lebay deh lo, baru aja begitu udah lebay apalagi lo gue gantung dipohon toge langsung kejang-kejang kali." balas Ridho sambil menepuk bahu Ferro.
Akhirnya ucapan Ridho sukses membuat Ferro menghilangkan rasa kesalnya dan tertawa bersama.

"emangnya lo kenapa sih?" tanya Ferro kembali. "gue heran aja lo bisa suka sama cewek," jawab Aryo. "biasanya lo gak suka malah sama cewek, deket aja gak mau apalagi suka." sambungnya dengan mengangkat salah satu alisnya. "yailah kayaknya lo gak seneng amat kalo gue suka sama cewek yo." cetus Ferro lalu meninggalkan temannya itu.

"Orang mah seneng gitu temennya masih bisa suka sama cewe." gumam Ferro dalam hati sambil menyusuri koridor sekolah.
BUKKKKK!!
Ferro bangun untuk berdiri sambil membersihkan celananya. Mampus, gue nabrak cewek lagi!  Hanya kata itu yang sempat Ferro lontarkan ketika dia melihat seorang cewek yang sedang meringis kesakitan sambil memegang pergelangan kakinya.
"bukannya minta maaf atau tolongin gue gitu, dan lo cuma bilang kata yang gak guna gitu?!" dengan ketusnya, cewek itu lalu berusaha berdiri. "Aresha?" tanya Ferro sambil menggaruk tengkuknya yang tak terasa gatal sambil menyunggingkan senyumnya.

"Iya kenapa?! Minta maaf orang mah kalo punya salah." balas Aresha dengan kesal. Ferro berdecak menyesal karena cewek yang dia tabrak adalah cewek yang dia suka. "Woii Ferro! Gue cariin gak taunya lo malah disini. Udah cuma gara-gara gue ngomong begitu doang lo langsung kabur gitu aja, emang siapa sih cewek yang lo maksud?" teriak Aryo sambil menghampiri Ferro dan Aresha yang masih saja berdiri tak berkutik. "ooh, apa jangan-jangan dia? Nama lo siapa?" Aryo terus saja mengoceh padahal Ferro  sedang menatapnya dengan tajam. Aryo pun berdecak kesal karena tidak kenal dengan Aresha.

Akhirnya Aryo pun melihat name tag Aresha. "Aresha, oh nama lo Aresha yang buat temen gue Ferro su-" belum sempat Aryo melanjutkan ocehannya tiba-tiba Ferro menarik lengan Aryo dan membawanya pergi. "Woiii!! DASAR MANUSIA ANEH!!!" teriak Aresha dengan kesal. Aresha berdecak kesal sambil berjalan lambat bagaikan siput. Dia meringis kesakitan, dia berjalan menuju kelasnya untuk bercerita panjang lebar kepada sahabatnya soal kejadian ini.

Nasib gue jelek amat bisa ketemu sama manusia GILA kayak lo, tapi ganteng juga sih.

"lo tau gak! gara-gara tingkah lo yang gak jelas, lo ngehancurin harga diri gue sebagai cowok! Kayaknya mulut lo perlu gue kasih cabe deh biar gak asal ngejeplak aja kalo ngomong!"  ucapan Ferro begitu ketus sehingga mengundang tanda tanya bagi Ridho yang sedang duduk memainkan gadget miliknya. "lo kenapa sih ? lo ribut sama Aryo? apa Aryo bikin masalah sama lo ? apa mulut merconnya Aryo kumat lagi, terus dia ganggu lo?" tanya Ridho dengan panjang. "Tau noh, tanya aja sama orangnya!" balas Ferro dengan ketus lalu pergi ke Rooftop untuk menenangkan dirinya yang sedang kacau.

☜☆☞

Aresha gelisah, dia keluar kelas untuk ke pergi ke rooftop. Aresha meninggalkan sahabatnya karena dia merasa banyak pikirian. Aresha tidak mau sahabatnya melihat kondisi dia yang sangat kacau, Aresha tidak mau menyusahkan ketiga sahabatnya itu. Rooftop bagi Aresha adalah suatu tempat yang paling mengerti tentang keadaan dia, Aresha bebas berteriak untuk menghilangkan keluh kesahnya, dia mendapat ketenangan karena hanya ada dirinya dengan hembusan angin yang menerpa wajahnya dan juga suara kendaraan yang berlalu lalang.

"Lo siapa?" tanya Aresha karena melihat sosok lelaki tinggi yang berbadan tegap sedang membelakanginya sehingga Aresha tidak dapat melihatnya. Kemudian sosok laki-laki tersebut memutar badannya sehingga terlihat jelas wajahnya yang terlihat tampan karena kulit putihnya dan hidung mancungnya. So manly hanya kata itu yang dapat Aresha ucapkan dalam hatinya. "Fe-Ferro?" lanjutnya Aresha setelah terjadi keheningan meskipun begitu singkat. "Aresha?!" Ferro berjalan menghampiri Aresha dengan tergesa-gesa.

☜☆☞

KALAU ADA KESALAHAN TULISAN, PENEMPATAN KATA, ATAU BAHASA  MOHON MAKLUMI, KALAU TIDAK SILAHKAN KOMEN UNTUK MENGKRITIK.
SAYA MASIH PEMULA:)

ARESHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang