Satu

3.8K 304 37
                                    

Changbin memijit pelipisnya terus menerus sejak tadi. Atau sejak dirinya baru saja mendapatkan teguran atau lebih tepatnya amarah dari sang atasan.

Changbin bekerja di sebuah perusahaan stasiun televisi swasta. Dia menjabat sebagai asisten produser yang baru saja dia dapatkan 3 bulan lalu, bisa dibilang ia masih dalam masa trainee atau magang.

Sebenarnya sudah sering kali Produser nya itu mengomelinya atau mengatakan sesuatu yang tidak mengenakkan tentang nya, namun menurut Changbin hari ini lah yang paling membuat kepalanya pusing.

"Jika saja aku yang memiliki perusahaan ini atau setidaknya aku berinvestasi di perusahaan ini, akan aku potong leher si Brian itu, dasar menyebalkan!", Omel Changbin sambil meneguk alkohol nya untuk kesekian kali. Ia kini tengah berada di warung pinggir jalan, ditempat biasanya untuk minum-minum atau beristirahat sejenak dari pekerjaannya yang melelahkan.

"Berhenti minum bodoh, atau aku yang akan memotong lehermu. Aku tidak sudi jika harus menyeretmu pulang nantinya", Woojin, seniornya itu memperingatkan. Pasalnya dia tahu kebiasaan Changbin saat pemuda itu mabuk.  Benar-benar menyusahkan. Changbin hanya mendelik tajam pada Woojin.

"Salahkan saja si Brian itu, kenapa pula dia meminta me-renovasi panggung rusak dalam waktu 1 hari. Dia pikir aku mesin?! Padahal kita masih mempunyai panggung dan studio lain yang lebih baik kan. Seenaknya saja! Lagipula siapa yang meminta hal aneh seperti itu! Aku akan mencekik siapapun pencetus ide itu", Changbin semakin kesal saat mengingat bagaimana wajah tampan dan bibir tipis Brian memarahi nya.

"Yang aku dengar Pak Brian disuruh oleh seorang manager dari grup band baru. Mereka bilang grup itu isinya idol yang sudah mempunyai grup tersendiri. Seperti sebuah 'sub-grup' mungkin, entah lah aku tidak tahu apa istilahnya", Changbin tampak tidak begitu tertarik dengan apa yang dikatakan Woojin, namun dirinya tetap mendengarkan. Setidaknya ia tahu siapa yang akan jadi objek kekesalannya besok.

"Jadi mereka yang akan melaksanakan debut besok? Aku ingin lihat seperti apa mereka sampai-sampai PD bangsat itu terlihat khawatir sekali. Kak, aku harus segera menyelesaikan pekerjaan ku. Aku pergi", Changbin meninggalkan Woojin saya setelah dirinya membayar tagihan minum mereka malam itu.

🐰

Diwaktu yang sama, 4 orang pria tengah berkumpul dalam satu ruangan, setelah berjam-jam waktu mereka habiskan untuk berlatih mempersiapkan debut mereka sebagai sub-grup untuk pertama kalinya.

"Akhh...ini melelahkan. Padahal aku sudah debut dan sering latihan, tapi kenapa tetap saja melelahkan", Yugyeom, pria bertubuh tinggi itu meminum air mineral nya yang tinggal setengah botol sampai habis.

"Itu karena kau terlalu sering mengeluh bodoh, dan aku bosan mendengar keluhan mu", salah satu temannya, Mingyu pun melakukan hal yang sama.

Sedangkan dua pria lainnya tampaknya tidak tertarik dengan percakapan kedua temannya itu memilih diam. Namun, itu tidak berlangsung lama saat salah satu dari mereka mulai berbicara.

"Bagaimana dengan panggungnya? Apa sudah kau urus? Mereka tidak keberatan kan?", Jinyoung, pemuda tampan itu menyeka keringat yang mengalir diantara pelipisnya dengan handuk kecilnya yang dibagian ujungnya tertera nama lengkapnya 'Park Jinyoung'.

"Tentu saja tidak, aku sudah memaksa mereka dengan mengatakan bahwa agensi ku akan me-report acara tv mereka jika tidak melakukan apa yang aku minta. Aku yakin mereka tidak akan bisa menolak", senyum jahil terlihat jelas di wajah pemuda bernama lengkap Jeon Jungkook itu. Sedangkan Jinyoung hanya menggeleng kepalanya maklum. Dia hafal seberapa 'nakal'nya temannya ini.

"Boleh aku pinjam handukmu? Punyaku tertinggal di mobil", tanya Jungkook pada Jinyoung saat melihat handuk Eunwoo dan saat itu memang keringat telah berubah menjadi air mancur. Begitu banyak mengucur dari tubuhnya.

"Tidak, ini bekas keringat ku. Tidak mungkin aku harus berbagi denganmu," penolakan Jinyoung itu membuat Jungkook kesal. Memangnya apa salahnya jika mereka berbagi keringat?

"Kau jangan berlebihan tuan Park, itu hanya handuk. Nanti akan aku cuci bersih atau aku belikan yang baru jika kau tidak mau menggunakan handuk bekas keringat ku. Lagipula apa salahnya berbagi?", Jungkook mendelik tajam, sedangkan Jinyoung terlihat tidak peduli dengan perkataan Jungkook.

"Kalau begitu akan aku ambilkan yang lain, aku bawa dua", ujar Jinyoung sembari bangun dari duduknya.

"Tidak-tidak, itu terlalu lama. Aku perlu sekarang", Jungkook menarik baju bawah Jinyoung, menahan pemuda tampan itu pergi.

"Ya atau tidak sama sekali? Aku tidak ingin berbagi handuk ini dengan mu atau dengan yang lain. Hanya aku yang boleh dan bisa menggunakan nya, handuk ini berharga bagiku!", Jinyoung memukul tangan Jungkook yang ada di bajunya. Dan Jungkook mencebikkan bibirnya sebal.

"Baiklah-baiklah, terserah kau saja. Memang berapa harganya sampai-sampai kau begitu menyayanginya. Apa di handuk itu ditaburi bergram-gram emas? Atau kau mendapatkan nya dari orang yang kau sukai? Hah,, dasar!", Jungkook menggerutu selagi Jinyoung mengambil handuk untuknya.

Jinyoung yang mendengar perkataan Jungkook terdiam sebentar, lalu mengambil handuk yang tersampir dilehernya itu.

Tangannya mengelus pelan ukiran namanya yang terjahit sangat rapi, jahitan itu adalah jahitan tangan. Dan tangan yang menjahit itu adalah orang paling penting di hidupnya. Atau lebih tepatnya 'pernah' menjadi orang penting dalam hidupnya.

Jinyoung kembali ketempat nya semula setalah mengambil handuk lainnya, lalu melemparkannya tepat ke wajah Jungkook.

Jungkook tentu saja kesal, namun dia diam saja dan lebih memilih menghapus keringat yang ada diwajahnya dahulu.

Perkataan Jungkook sebelumnya membuat Jinyoung mau tidak mau memikirkan kembali masalah terbesar nya. Pikirannya hilang entah kemana. Dirinya selalu saja diam disaat teman-teman nya sibuk bercanda, seakan ia tidak tertarik akan hal itu.

Beginilah dirinya sejak beberapa tahun lalu, sejak memutuskan untuk meninggalkan seseorang yang dia sayangi demi menuruti egonya. Ingin rasanya Jinyoung mengulang segalanya, dan memperbaiki kesalahannya dimasa lalu.

Namun, sepeti kebanyakan orang mengatakan

'nasi yang sudah jadi bubur, tidak akan pernah kembali seperti sedia kala'

Mengingat hal itu membuat Jinyoung meringis pelan, lalu matanya terpejam kala cairan hangat mulai mengaburkan penglihatan nya.

"Aku merindukan mu seperti orang bodoh!"









Awal yang menyedihkan :')

Oh ya,
Di chapter sebelumnya saya typo

Yang seharusnya

Dua kali seminggu jadinya
Dua Minggu sekali :')
Maka dari itu pasti banyak yang salah paham :')

It's my fault :') maaf
Oke, pokoknya seminggu sekali ya, antara malam Rabu/ Jumat/Minggu.

[5]So I Married My Anti-Fans | Jungkook x Changbin ver. (COMPLETED) (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang