Changbin meletakkan kepalanya yang terasa berat itu dimeja kerjanya. Dia baru saja menyelesaikan satu dari sekian banyak pekerjaan menumpuk yang dia punya dan sekarang sudah hampir tengah malam. Ia kelelahan tentu saja, bukan hanya fisiknya yang lelah namun hatinya juga. Pertemuan tak terduga antara dirinya dan Jinyoung membuat Changbin mau tak mau harus kembali mengingat kenangan pahit yang sebenarnya memang tidak pernah ia lupakan itu.
Jika ditanya apa dia masih menyukai Jinyoung maka jawabannya 'Ya'. Namun, sebenarnya Ia tidak benar-benar yakin dengan jawabannya itu, ada perasaan dimana sebagian hatinya membenarkan dan sebagian lagi menolak. Changbin tidak tau persis seperti apa perasaan pada Jinyoung saat ini, dia akan mencari tahu.
Tapi sebelum itu, Changbin harus mengistirahatkan tubuhnya dulu, mata nya perlahan mulai terpejam dan dia tidur berposisi duduk dengan berbantal lengannya sendiri.
"Hei, tuan Seo", Changbin benar-benar baru saja akan mengistirahatkan dirinya, tapi entah kenapa suara seseorang yang paling menyebalkan terdengar mengusik jam tidurnya.
"Aku belum sepenuhnya tidur, tapi kenapa sudah bermimpi buruk dengan mendengar suara Brian yang menyebalkan itu", ucap Changbin masih memejamkan matanya, dia mengira dirinya sedang bermimpi dan tidak sadar jika orang yang dia pikir ada didalam mimpinya itu tengah berdiri didepannya.
"Heh bocah", Changbin menghela nafas kala suara itu kembali terdengar. Dengan kesal dia segera mengangkat wajahnya dengan rambut yang benar-benar berantakan.
"Ah yang benar saja, berhentilah menganggu tidurku dan masuk ke dalam mimpi ku Brian---", Changbin hampir berteriak kesal dan segera membuka matanya.
Dan ketika netranya mendapati sosok yang ada di kepalanya itu membuat Changbin tiba-tiba bungkam. Matilah dia kali ini. Brian ada dihadapannya sekarang dengan berkacak pinggang.
"--sejak kapan kau disini?," Changbin dengan segera memasang wajah polos juga bodoh andalannya.
"Oh, apakah aku menganggu mimpi indah mu bocah?", Brian dengan wajah datar nya menatap Changbin yang kini sedang merutuki kebodohannya.
"Maafkan aku Pak", Changbin menundukkan wajah lelahnya, sungguh dia sedang membawa nyawanya berada diujung tanduk sekarang. Baginya Brian itu sama saja Malaikat kematian.
"Cepat panggil seluruh anggota tim A, suruh berkumpul diruangan ku", titah Brian dan langsung di balas anggukan oleh Changbin. Ia tidak akan pernah bisa menolak perintah Brian. Sialan
Tapi sebelum itu, Changbin melepas kontak lensa yang Ia pakai tanpa peduli dengan keberadaan Brian yang masih berdiri dihadapannya. Setelahnya Ia memakai kacamata bulat kesukaannya, lalu merapikan sedikit rambut yang berantakan.
Brian masih berdiri ditempatnya, memperhatikan Changbin yang entah pemuda itu sadari atau tidak selalu mengoceh dan mencibir ketika merapikan rambutnya yang tampak seperti sarang burung itu. Lucu, pikirnya.
Brian tertegun beberapa saat melihat Changbin yang kini berpenampilan setengah mengantuk dengan kacamata bulat yang bertengger apik dihidupnya dan jangan lupakan long padded jacket yang tampak oversize ditubuhnya membuat pemuda bernama Seo Changbin itu terlihat seperti seorang bocah menggemaskan. Brian mengumpat dalam hati.
Tak sadar akan Brian yang memandang layaknya pedofil, Changbin membungkus kepalanya dengan tudung jacket tebalnya itu dan Brian mulai kehilangan kendalinya. Beruntung sang bawahan segera pergi dari hadapannya tanpa banyak bicara.
"Kenapa aku mempekerjakan anak sekolah dasar disini, dan kenapa terlihat lucu Ya Tuhan" Brian menggaruk tengkuknya seperti orang bodoh lalu berbalik dan berjalan menuju ke ruangannya seperti orang linglung.
🐰
Tak butuh waktu lama sebenarnya untuk Brian melakukan evaluasi pada tim-nya, karena sesungguhnya perkejaan mereka selalu baik. Walaupun terkadang ada kesalahan kecil, Brian memaklumi. Hanya 15 menit, dan pertemuan mereka itu selesai.
"Aku akan pergi membeli kopi, ada yang mau menitip?", Tanya Changbin saat Brian mengakhiri rapat mereka.
"Belikan saja kami semua sama denganmu, ini", ucap Brian sambil memberikan kartu kredit nya pada Changbin. Anggota tim nya langsung memberikan tatapan aneh pada bos mereka yang tiba-tiba berubah.
"Kau serius Pak?", Tanya Chris, menatap tak percaya pada atasannya itu.
"Memangnya kenapa? Kalian tidak mau? Ah baiklah", Brian akan menarik kembali kartu yang tadi dia serahkan pada Changbin, namun dengan secepat kilat pemuda itu merampasnya dari tangan Brian.
"Ah, tidak pak. Terima kasih", Changbin tersenyum penuh arti pada Brian lalu selanjutnya memberikan death glare pada Chris yang tampaknya akan melayangkan pertanyaan lain.
"Diam saja kau!", Desis Changbin pada Chris dan langsung membuat pemuda yang lebih tua darinya itu meringsut takut ke belakang Bambam.
Changbin segera mengambil scraf miliknya dan segera ia pakai "aku pergi", pamit Changbin, namun baru beberapa langkah dia berjalan Brian menahannya.
"Kau tidak memakai jaket? Diluar sedang turun salju dan cuaca dingin", pertanyaan Brian membuat Changbin memicing kepada sang atasan.
"Tidak, aku tidak pergi jauh kok", jawab Changbin masih mendelik penuh curiga pada Brian.
Brian diam dan langsung berbalik pergi kembali ke meja kebersarannya, tangannya mengambil jaket tebal yang tersampir di kurus lalu menyerahkan benda tersebut pada Changbin
"Pakai ini, aku tidak mau jika salah satu anak buahku membolos kerja karena sakit", Changbin menerima jaket dari Brian ragu. Namun ia tetap memakainya, padahal ia punya sendiri.
Brian kembali ke tempat duduk nya semula, tidak peduli dengan tatapan anak buahnya yang sedang terheran-heran itu.
"Baiklah, aku pergi", dan Changbin benar-benar pergi setelahnya.
Setalah kepergian Changbin, masing-masing anggota tim A yang berjumlah 10 orang itu mulai pergi dari ruangan Brian satu persatu. Hingga hanya tinggal tersisa Younghoon yang menatap tajam pada pria yang tengah membaca koran.
"Kita harus bicara Pak", Brian mendongak, dan mengernyitkan dahinya ketika melihat Younghoon masih berada disana.
Brian mengangguk menyetujui, lalu mempersilahkan Younghoon untuk duduk didepannya.
🐰
Changbin benar-benar bersyukur karena tadi Brian mengingatkannya untuk memakai jaket, karena diluar benar-benar sangat dingin apalagi ini sudah cukup malam.
Changbin berhenti saat dirinya akan menyebrang menunggu lampu berubah merah.
Changbin menggosok tangannya yang terasa dingin, dan sesekali menyedot ingus yang mulai turun dari hidungnya.
"Hei anak kecil", sebuah suara terdengar memanggil, namun tidak Changbin acuhkan karena mungkin bukan dia orang yang dipanggil itu.
"Hei kau anak SD!", Lagi, sebuah suara yang terasa tak jauh dari Changbin kembali memanggil. Changbin seperti tidak asing dengan suara tersebut.
"Heh pendek!", Changbin terlonjak kaget saat suara tersebut berada tepat ditelinga nya.
Changbin bingung, siapa sebenarnya orang yang seenaknya saja memanggil nya pendek. Apalagi laki-laki itu memaki topi juga masker hitam untuk menutupi wajahnya. Dan apa-apaan kacamata hitam nya itu. Kenapa pula dia menggunakan kacamata gelap dimalam hari. Orang gila, pikir Changbin.
"Kau siapa seenaknya saja memanggil ku pendek?", Tanya Changbin tak terima karena sebelumnya dipanggil pendek.
"Tebak siapa", laki-laki membuka kaca matanya dan membuka sedikit maskernya. Lalu memberikan sengiran tengil khas miliknya pada Changbin.
"Kau...?",
Bangsat!
-To Be Continued-
Kalian yang malming nya sama guling doang... Temenan yuk :') kita sama :')
Jejak say jejak :') :')
KAMU SEDANG MEMBACA
[5]So I Married My Anti-Fans | Jungkook x Changbin ver. (COMPLETED) (✔)
Fanfictiontentang si pendek dan si idiot bertemu dalam waktu singkat namun saling terikat siapa sangka perasaan benci itu berubah jadi cinta seperti banyak orang mengatakan "jangan terlalu membenci seseorang jika kau tak ingin berakhir menyukainya" WARNING!! ...