Younghoon membiarkan bajunya basah akibat Changbin yang terus menangis tanpa menjelaskan apapun padanya kecuali omelan-omelan tidak jelas yang keluar dari bibirnya.
Ia bergidik jijik saat Changbin mengusap ingusnya di pakaiannya. Younghoon benar-benar akan sabar jika Changbin tidak sedang menangis seperti ini.
"Setidaknya kau jelaskan padaku kenapa kau menangis, agar aku bisa menenangkan mu", ujar Younghoon lembut, ia mengelus punggung Changbin agar pemuda itu tenang.
Namun, bukannya tenang pemuda itu malah makin mengeraskan tangisnya seakan Younghoon baru saja mencubit keras lengannya. Younghoon menggeleng pasrah pada sahabat nya itu.
Seharusnya tadi ia tidak usah menendang Brian pergi, setidaknya tadi ia bertanya terlebih dahulu alasan kenapa pemuda pendek ini menangis."HUAAA!! PRIA ITU KURANG AJAR!! SI IDIOT ITU BRENGSEK!", teriakan Changbin yang teredam didada Younghoon itu masih dapat membuat gendang telinga Younghoon seakan pecah.
"Demi tuhan Changbin! Kau lebih kurang ajar daripada pria yang kau maksud itu! Bisakah kau diam dan menceritakan nya padaku! Aku tampak seperti orang bodoh saat ini!", Younghoon menutup telinganya, setelah mengatakan itu Changbin akhirnya menampakkan wajahnya. Ia melihat tak suka pada Younghoon, sambil mencibir.
"Kau kejam", ujarnya dramatis membuat Younghoon lagi-lagi membuang nafasnya lelah.
"Orang ini gila", ia lalu mendorong kepala Changbin, membuat pemuda itu mendelik tajam pada Younghoon.
"SAHABAT MACAM APA KAU?!! BUKANNYA MENGHIBUR KU ATAU APA, MALAH MENGATAI KU GILA!!", lagi-lagi Changbin berteriak membuat Younghoon menutup telinganya frustasi.
"Seharusnya aku yang berkata seperti itu! Kau menganggap ku sahabat atau tidak? Kau bahkan merahasiakan sesuatu padaku!", Perkataan Younghoon itu membuat Changbin mengatupkan bibirnya teratur, ia tidak jadi meneriaki Younghoon kembali.
"Rahasia apa? Aku tidak merahasiakan apapun!", Ketus nya sambil menarik ingusnya, juga mengusap wajahnya yang basah.
"Kau lupa kau masih punya hutang penjelasan padaku?", Kali ini Younghoon yang mendelik pada Changbin.
"Nanti akan aku ceritakan, sekarang berikan aku makanan. Menangis menguras banyak tenaga ternyata", Changbin dengan kurang ajarnya menendang Younghoon menjauh, ia langsung membaringkan tubuhnya diatas sofa dengan berbantal kan tangannya. Sedangkan Younghoon menatap kesal pada sahabatnya itu.
Sebenarnya, tanpa Changbin jelaskan pun Younghoon tahu. Ia tahu segalanya tentang Changbin, ia mengenal Changbin tidak hanya satu atau dua tahun. Melainkan sejak mereka baru saja mengenal dunia, sejak mereka baru saja direncanakan keberadaannya. Orang-orang jaman millenium sering mengatakan nya dengan 'mereka saling mengenal sejak masih menjadi seonggok zigot'.
Persahabatan mereka sudah mencapai titik dimana disaat diam pun mereka akan saling mengerti. Bahkan hanya dengan saling menatap pun mereka akan saling tahu maksud hati. Tanpa mereka sadari, diantara keduanya terjalin sebuah ikatan tak kasat mata yang membuat kedua insan ini saling berhubungan. Hubungan yang tak bisa dijelaskan oleh logika dan selalu berkedok sebagai ' sahabat'.
"Baiklah, kau ingin makan apa?", Younghoon tahu sebenarnya Changbin hanya ingin mengalihkan pembicaraan. Ia memilih diam dan menunggu saat pemuda itu mau menceritakan segalanya padanya.
"Apapun asal bukan kayu dan batu, apalagi kotoran!", pemuda itu menutup matanya, memerintah Younghoon layaknya pembantu rumah tangga. Pemuda pendek itu seakan lupa jika ia sedang menumpang di rumah orang, bukan rumahnya.
🐰
Berulangkali rambutnya ia jambak frustasi hingga kini ia tidak hanya tampak seperti memiliki sarang burung dikepalanya. Ia sekarang lebih tampak seperti seekor landak.
Perasaannya campur aduk, antara kesal, marah, menyesal dan segalanya menjadi satu. Hingga ia bingung seperti apa sebenarnya perasaan nya saat ini.Sedangkan seorang gadis menatapnya jengah sambil menyesap teh madunya yang baru saja ia buat tepat setelah ia sampai di hotel tempatnya menginap.
"Akhh!! Berani sekali orang itu mengataiku! Memangnya dia siapa?!! Mengusir ku? Punya hak apa dia!! Sialan!!", Makian yang terus saja keluar dari bibir nya membuat telinga sang gadis memanas.
"Demi Neptunus! Jungkook berhenti mengoceh!", Lucy akhirnya menegur Jungkook yang tengah mondar-mandir di hadapan nya. Akhirnya pemuda yang tadinya tidak menganggap keberadaan sang gadis itu menatap Lucy tak suka.
"Kau pikir semua ini gara-gara siapa?!! Kau yang membuatnya kacau, wanita sialan!", Lucy menggeleng tidak peduli pada makian Jungkook, gadis itu dengan tenang menyesap teh madunya.
"Ya ya, kau benar. Aku hebat kan? Setidaknya orang itu harus tau di mana tempatnya", Jungkook tertawa sarkas mendengar perkataan Lucy.
"Kau!! Sebenarnya apa tujuan mu tiba-tiba muncul kembali padaku? Kenapa kau baru muncul sekarang? Setidaknya jika kau ingin kembali padaku, lakukanlah saat aku masih mengharapkan mu! Pada saat itu aku begitu berharap kau kembali, dan kau tidak melakukannya", ia menunjuk wajah Lucy sengit. Dan gadis yang tadinya mengangkat cangkir teh nya itu perlahan meletakkan nya diatas meja. Ia bersidekap sambil menatap Jungkook anggun.
"Kalau begitu, apakah sekarang kau masih mengharapkan ku?", Lucy menatap Jungkook intens, sedangkan Jungkook lagi-lagi tertawa.
"Kau gila? Aku tidak bodoh untuk jatuh ke lubang yang sama untuk yang kedua kalinya", Lucy menganggukkan kepalanya, seakan ia mengerti. Ia kembali menyesap teh nya yang tinggal setengah cangkir itu.
"Kau yakin? Sepertinya kau masih memiliki rasa padaku? Kau tidak bisa berbohong padaku Jungkook", Jungkook mengusap wajahnya kasar, ia ingin sekali menyumpah serapahi gadis di hadapannya itu. Namun, masih ia tahan.
"Memang aku masih menyukai mu, tapi tidak dengan mencintai mu Lucy", Lucy tersenyum, ia menyilangkan kakinya diatas.
"Kalau begitu, kau menyukai Changbin atau mencintainya?", Lidah Jungkook seketika kelu saat mendengar pertanyaan Lucy. Bibirnya mendadak terkatup rapat.
"Bukan urusanmu!", Ujar Jungkook mendadak kelam. Lagi-lagi Lucy tersenyum penuh arti.
"Jawab saja idiot! Agar aku tahu dengan cara apa aku menyingkirkan orang itu darimu", Lucy menjentikkan jari lentiknya. Ia mengibaskan rambutnya dengan penuh elegan.
Jungkook diam. Ia tidak tahu apa maksud gadis yang ada dihadapannya itu. Namun ia mempunyai prasangka berbeda pada Lucy. Gadis itu nampak lain.
"Aku tidak menyukainya", jawab Jungkook tanpa ekspresi. Lucy tersenyum miring.
"Itu artinya kau mencintainya"
"Tidak! Tidak akan pernah"
-To Be Continued-
cerita dikit boleh ya gan,,
Jadi aku itu kan..Nah gitu,, gimana dong :""
KAMU SEDANG MEMBACA
[5]So I Married My Anti-Fans | Jungkook x Changbin ver. (COMPLETED) (✔)
Fanfictiontentang si pendek dan si idiot bertemu dalam waktu singkat namun saling terikat siapa sangka perasaan benci itu berubah jadi cinta seperti banyak orang mengatakan "jangan terlalu membenci seseorang jika kau tak ingin berakhir menyukainya" WARNING!! ...