Rishi pov
Aku sengaja memberikan syarat-syarat tersebut, aku harap Vanya bisa berubah menjadi pribadi yang lebih baik lagi.
"Baik ... baik gue terima semua syarat dari lo," ucap Vanya lirih.
"Tapi klo lo ngelanggar, gimana?" Tanyaku pada Vanya.
"Klo gue ngelanggar lo boleh hukum gue, terserah lo," ucap Vanya.
"Oke, lo harus jalanin semua syarat dari gue waktu disekolah," Ucapku dan dibalas anggukkan oleh Vanya.
"Ya ampun Shi, lo buat gue speechless tau gak! Dengan tubuh semungil ini lo nglawan mereka, wow!" ucap kak Galang
"Biasa aja kali kak. Eh, btw kalian semua gak papa?" ucapku
"Gak papa gimana? Ini nih liat si Ranvi udah KO!" ucap kak Rishab
"Yaudah, ayo cepet ke rumah sakit. Oh ya Vanya lo yang bayar kan?" Ucapku yang diangguki oleh Vanya.
Kami pun menuju rumah sakit terdekat untuk mengobati luka luka kami, tetapi Ranvi harus dirawat beberapa hari disini.
"Kak gimana ini, gara-gara mau nolongin aku Ranvi jadi begini?" Tanyaku kepada kak Rishab.
"Udah lo gak usah khawatir, gue mau ngehubungin keluarga Ranvi dan lebih baik lo pulang istirahat," ucap Kak Rishab
"Iya kak, aku coba carin HP Ranvi ya?" tanyaku.
"Iya, cari deh."
Akupun segera mancari ponsel Ranvi di dalam tasnya, aku terkejut melihat sebuah benda yang tidak asing bagiku.
'Gelang persahabatan aku dan Lano, kenapa ada di Ranvi?' batinku.
"Dek, cepet! Mana HP nya Ranvi lama bener. Gue mau ngubungin keluarga nya nih," ucap kak Rishab.
"Eh, iya kak," Ucapku.
Aku langsung kembali lagi mencari ponsel Ranvi.
'Nah, ketemu lebih baik aku ambil gelang ini dan meminta penjelasan Ranvi besok saja' gumamku dalam hati.
"Nih, hpnya! Aku mau pulang," Ucapku.
Sedari tadi, setelah diobati sahabat-sahabatku sudah pulang bersama kak Galang dan kak Fadli. Dan sekarang aku pulang dengan menggunakan taksi.
Di Rumah
"Assalamu'alaikum," Ucapku
"Waalaikumsalam, non Rishi udah pulang? Lah den Rishabnya mana?" ucap bi Ijah yang ada di dapur dan langsung menghampiriku.
"Ya Allah, non! Non Rishi kenapa?! Kok berdarah darah gini?" ucap bi Ijah.
"Oh, ini. Biasa lah bi," Ucapku lirih.
"Jadi Non Rishi berantem lagi kaya waktu smp?!" tanya bi Ijah.
"Hm, tapi bukan aku duluan bi, dianya yang ngebully aku sama sahabat ku, dan aku hanya membalas dengan beberapa tamparan," Ucapku.
"Bi, tolong bawa makan malam ke kamarku ya, aku ingin mandi dan istirahat." Aku langsung menaiki tangga menuju ke kamarku.
"Iya Non."
Aku langsung mandi untuk membersihkan badanku yang terasa lengket.
"Fiuh ... akhirnya bisa mandi seger banget. Eh udah waktunya sholat maghrib, sholat dulu deh," ucapku
Aku langsung melaksanakan salah satu kewajiban umat muslim tersebut, setelah itu aku membaringkan tubuhku di ranjang tempat tidur.
"Au!" pekikku saat kepalaku aku rebahkan dibantal.
Aku baru ingat kalau tadi Vanya menjambak rambutku padahal rambutku sudah terhalang jilbab
"Dasar Vanya gila!" umpat ku.
Tok tok tok
"Non bibi boleh masuk?" tanya bi Ijah.
"Eh, boleh kok bi, masuk aja nggak dikunci kok pintunya."
Lalu bi Ijah masuk dengan nampan yang berisi makan dan memberikannya kepadaku.
"Makasih ya bi," ucapku sembari menyuapkan makanan ke mulutku.
"Non,"
"Iya, kenapa bi?"
"Non bibi khawatir, klo Non berantem lagi."
"Bi, gak usah khawatir, aku bukan Rishi yang dulu bi. Aku berantem juga membela diriku sendiri bi. Jadi bibi jangan khawatir," ucapku dengan lembut
"Tapi Non, bapak pesen sama bibi katanya ada orang yang berusaha mencelakai Non sama aden."
"Jadi, papah juga bilang sama bibi?" ucapku yang diangguki bi Ijah.
"Gini ya bi, Rishi bisa jaga diri kok, jugaan kan kak Rishab yang jagain Rishi. Jadi bibi gak usah khawatir, lebih baik bibi ke kamar dan istirahat ya," ucapku lembut.
"Baik non." Bi Ijah membawa nampan makanan kembali ke dapur.
Setelah itu aku segera tidur dan tak lama ada suara ketokan pintu.
"Dek, gue boleh masuk?" ucap kak Rishab
"Boleh kak."
"Dek tadi kakak udah ketemu sama ortuya Ranvi, trus kakak minta maaf soal kejadian tadi."
"Trus ortunya Ranvi marah gak?"
"Untung aja ortunya Ranvi gak marah, dia maklumin kok jugaan Ranvi udah sadar tadi."
"Alhamdulillah, makasih ya kak,"
ucapku sembari memeluk kak Rishab"Iya, kamu sendiri gak papa dek?"
"Gak papa kok kak, cuman agak pusing aja tadikan dijambak sama Vanya."
"Yaudah sini kakak pijitin kepalamu,"
"Iya."
Kak Rishab memang kakak yang bisa diandalkan, yah walaupun terkadang nyebelin, aku sayang banget sama kak Rishab.
"Kak udah deh mijitinnya, lebih baik kakak kekamar, kan kakak juga capek."
"Iya, udah tidur. Besok kamu jangan sekolah dulu ya."
"Iya kak."
"Yaudah kakak ke kamar dulu ya, good night, my love," ucap kak Rishab sembari mencium puncak kepalaku.
"Good night too, my prince."
Karena sangat letih akupun segera terlelap tidur
TBC
____
Jangan lupa vote 💕
KAMU SEDANG MEMBACA
RISHITA
Teen FictionRishita (biasa dipanggil Rishi) adalah gadis mungil yang imut. Dia dihadapkan banyak problem tak terduga. ______ Ini cerita pertama saya, harap maklum jika alur yang berantakan, typo, dan mohon maaf jika ada kesamaan nama dan tempat yang tidak dis...