Terima kasih sudah kembali ke cerita ini.
Kalian akan membaca dalam beberapa menit, so, pastikan waktu kalian tidak terbuang percuma.Petik pesan terbaik :)
***
outside class lessons***
Mentari sudah tampak menembus kaca pembatas antara kamar dengan balkon, Seulgi menantang cahaya itu karena hari ini ia tak kalah seperti sebelumnya. Mungkin karena jam tidurnya yang lebih pas jika diganti dengan kata hibernasi.Wanita itu membuka sebuah lemari besar tak jauh dari tempat tidur. Tidak tanggung-tanggung, dia membuka kedua pintu lemari itu lebar-lebar. Tampak susunan pakaian yang tersusun rapi, dan wangi. Sejenak dia mengambil beberapa detik untuk menghirup aroma parfum laundry yang khas itu. Aroma yang begitu familiar akhir-akhir ini.
Di sisi lainnya -- sisi kiri -- dia melihat susunan kemeja yang di dominasi oleh warna biru dan putih, juga beberapa jas. Kemudian matanya beralih pada petak kecil di atas dimana terdapat lipatan kaos pakaian milik Jimin. Begitu rapi.
Dia benar-benar sudah menikah, fikirnya dalam hati. Senyumnya terukir. Bahagia. Dia benar-benar telah berbagi kehidupan dengan seorang pria yang ia sebut dengan suami.
Tangannya bergerak mengambil sebuah setelan pakaian yang ia mixmatch sendiri. Selalu seperti itu. Semua pakaian yang ada di lemarinya adalah yang ia sukai baik dari segi warna maupun modelnya. Jadi, tidak perlu di pilih lagi bukan?
Butuh waktu setengah jam saja, dia sudah siap dan berjalan keluar apartement diiringi oleh paman Kim. Seulgi menunggu di depan pintu utama hingga kemudian paman Kim datang dengan mobil Jimin. Segera saja dia masuk dan mobil pun meninggalkan area apartement dan menuju kampus.
Ia membuka tasnya lalu menemukan sebuah buku catatan disana, sembari melihat note yang dibuat Maria pada buku, dia berujar pelan, "Paman tidak perlu tunggu. Jadwalku hari ini padat, mungkin bisa sampai malam."
"Baiklah. Mohon hubungi saya segera setelah kuliah usai," jawab paman Kim.
Seulgi mengangguk dan masih saja fokus pada note nya. Rasanya baru kali ini dia serius memperhatikan kuliahnya. Lebih daripada kemarin. Mungkin karena dulu dia terbiasa menerima ucapan ini itu dari Maria.
Ya, mengenai gadis itu, Seulgi menjadi sedikit murung. Perubahan ekspresi wajahnya adalah pertanda bahwa dia rindu Maria Hwang. Masalah kemarin cukup membuat hubungan diantara mereka renggang.
Hal lainnya yang tiba-tiba muncul di benak Seulgi adalah makanan mungil yang kemarin ia telan. Bukan teringat nikmatnya, melainkan sesuatu. Dia segera mengecek saldo rekeningnya melalui handphone. Matanya menyipit memastikan bahwa benar, banyak uang yang telah ia habiskan untuk menu minimalis itu.
Kenapa baru merasakan kehilangan uang sekarang? Dia seperti di rampok oleh restaurant itu. Di rampok secara halus karena di suguhkan makanan mewah dan tempat yang begitu menenangkan.
Cukup jadi pelajaran. Pelajaran tentang kebodohannya. Bodohnya Seulgi yang menjadi lebih bodoh ketika tidak mood. Di kuasai perasaan kekanakan dan akhirnya kehilangan banyak hal. Uang bisa di cari. Secara formal, dia adalah pekerja LYS Store dan mendapat gaji dari sana.
Tapi persahabatan? Dia harus segera meminta maaf karena sudah mengacaukannya.
Mata monolid itu memandangi jalan raya, bersandar mencari ketenangan dan kesenangan. Pagi ini, hari ini ia harus ceria. Masalah yang lalu tidak akan mempengaruhi mood nya hari ini. Harus.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Cute's Wife [Seulmin ✅]
Fiksi Penggemar[BOOK: 1] Rank 277 from 15k story use #Redvelvet Aku semakin tidak mengerti kepada diriku sendiri, dari sekian banyak wanita kenapa harus dia? ada apa dengan standar untuk menjadi wanitaku? gila. ~ Pjm