Jangan lupa vote dan comment dear!
***
The Fact: Ch. 1
***Dua pria penuh karisma berjalan melewati lorong kampus. Dia adalah seorang doktor muda dan seorang asistennya. Atensi penuh mereka dapatkan, baik dari mahasiswi maupun civitas akademisi universitas sendiri.
Beberapa kali langkah mereka harus terhenti karena beberapa mahasiswi mengucapkan salam dan meminta Jimin menjawab mengapa beberapa hari dia tidak masuk kelas. Dan, beberapa kali pula Jimin -- dengan sopan-- menjawab bahwa ia sehabis mengerjakan urusan di tanah kelahirannya, Korea Selatan. Dan, ya, hanya mendengar beberapa kata dengan suara yang indah itu, mereka langsung kegirangan tertahan.
Ya, nyatanya Jimin adalah dosen paling banyak dikagumi. Karismatik, membuatnya terlihat lebih pintar dan sulit dijelaskan Dengan kata-kata.
Langkah Jimin akhirnya terhenti lagi. Cukup lama dia berdiri di depan pintu utama ruang cukup besar berdinding kaca itu. Raut wajahnya berubah datar diiringi dengan alis yang sedikit menukik penuh tanda tanya. Namun beberapa detik kemudian senyumannya mengembang.
"Surprise!!!" Teriakan nyaring diselingi bunyi terompet memenuhi ruang, menjadi lebih padat karena banyak rekan berdiri. Hampir sulit di bedakan karena seluruhnya mengenakan setelan jas berwarna hitam formal.
Lebih seragam ketika seluruhnya melempar senyuman ramah. Terlebih rekan wanita, senyum mereka adalah yang paling ramah daripada yang lainnya. Berlomba-lomba mencuri atensi Park Jimin.
"Selamat bergabung M. Park,"
"Terima kasih proff," sahutnya ramah. Sebagai penghormatan, dia pun membalas pelukan wanita paruh baya itu. Rektor universitas ternama yang terbilang tidak terlalu tua ketika mendapati puncak jabatannya.
Dia -- yang mendapat kejutan itu -- melihat ke kanan dimana seseorang yang tidak ia kenal berdiri dengan se-bucket bunga yang begitu rapi dalam genggaman tangannya.
"Untuk saya?"
Dia tersipu malu sambil membenarkan kemejanya yang cukup sempit. Jimin masih menjaga senyumnya tepat saat gadis itu mendekat dan memberikan bunga tanpa se-patah katapun dan bahkan terkesan malu.
"Terima kasih," ucap Jimin dan setelah itu silih berganti ia mendapat sambutan hangat karena telah memutuskan sebagai pengajar tetap di kampus kenamaan Malaysia.
Paman Kim masih berdiri menjaga jarak agar dia tidak menghalangi siapapun yang ingin menyambut baik kepindahan tuannya. Namun tetap, dia dengan siaga melihat kiri dan kanan guna memastikan bahwa tuannya aman. Terkadang dia menjadi sosok serba-guna nya Jimin. Bodyguard, sekretaris, dan terakhir dia merasa telah menjadi babysitter. Paling baru, dia seperti intel.
Apa saja, karena memang dia bisa mengerjakan semuanya.
Seperti sekarang, dia berada pada mode bodyguard. Makin bersiap saat sepasang matanya menangkap sosok yang menyelinap dengan gerak-gerik mencurigakan. Terburu-buru hingga rela berdesakan agar cepat sampai di hadapan Jimin. Hampir saja dia -- orang itu -- mendapatkan hantaman jika saja dia tidak segera melepaskan topi hitam layakanya kriminal seperti di dalam serial televisi.
"Selamat datang kembali, Park Jimin."
"Hyung?!"
Hanya sekedar sapaan singkat, karena memang Jimin tidak pernah berniat meneruskan pembicaraan jika itu terkait dengan Seokjin. Cukup kenal, tapi tidak ingin lebih pada tahap kata teman.
Keduanya kembali meneruskan langkah menuju ruang Jimin pribadi. Pesta penyambutan itu hanya berlangsung beberapa menit. Bersyukur karena rektor itu meminta agar seluruh pegawainya tidak banyam membuang waktu. Pun, Jimin tidak terlalu suka dengan pesta seperti itu. Disana, ada kecocokan antara Jimin dengan ketua universitas. Salah satu faktor kenapa dia dengan mudahnya memilih pindah dari universitas yang di pimpin oleh Prof. Sin.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Cute's Wife [Seulmin ✅]
Fanfiction[BOOK: 1] Rank 277 from 15k story use #Redvelvet Aku semakin tidak mengerti kepada diriku sendiri, dari sekian banyak wanita kenapa harus dia? ada apa dengan standar untuk menjadi wanitaku? gila. ~ Pjm