24. Mine

1.6K 237 30
                                    



Seulgi bangun dari tidurnya dengan kepala yang teramat pusing. Pusing sekali sampai dia melihat samar-samar sosok pria yang bertelanjang dada sedang mendekat ke arahnya. Mengusap rambutnya kemudian mengecup keningnya. Dia mengerjapkan mata berkali-kali supaya dapat melihat lebih jelas.

Apa yang sedang atau telah terjadi? Kenapa dia tidak bisa mengingat apapun? Seulgi berusaha bangkit perlahan dan kemudian berjalan. Pria itu mengamatinya santai.

"Pakai baju dulu, nanti masuk angin," katanya sambil bergerak mengambil beberapa pakaian yang tersebar di lantai.

"Omo!" Dia menutup dirinya dengan tangan. "...kenapa bajuku eh kemana bajuku? Kau siap--"

"Jimin?" Seulgi terheran namun Jimin tetap bergerak memakaikannya pakaian.

Bayangan kejadian tadi malam berputar di benaknya. Pusing sekali tapi samar-samar dia dapat mencerna betapa bergairahnya dia tadi malam. Dia mencoba mengabaikan itu karena rasanya tidak mungkin. Kakinya bergerak menuju kamar mandi dan membersihkan diri disana.

Setelah itu, dia keluar dengan handuk melilit hingga dadanya. "...tolong jelaskan semua ini! Bagaimana bisa aku berada disini?" Seulgi mendudukkan dirinya di kasur dan Jimin di kursi dekat cermin besar.

"Tidak ingat? Bahkan bagian menyenangkan tadi malam?"

"Jimin!"

"Oke. Oke." Jimin mengangguk, "akan aku ceritakan. Mungkin efek viagra jadi kau lupa kejadian semalam. Juga kejadian sebelumnya."

"Kau memberiku vi-viagra?" Wajah Seulgi me-merah padam. Malu sekaligus tidak percaya. Tapi percayalah dia tidak marah sama sekali soal obat itu.

"Boleh aku lanjutkan cerita?" Jimin bertanya dan Seulgi mengangguk.

"Tepat saat kau dan Jungkook akan pergi meninggalkan kamar hotel aku datang. Aku dan pengawalku yang menarik paksa dirimu dan membawamu kembali kesini," Jelas Jimin.

"Lebih detail!" Tegasnya.

"Oke. Aku perjelas." Jimin mengangguk, "...aku membawamu kembali dimana seharusnya kau berada. Bukan bersama pria lain dan pria lain lagi meski dia adikku,  kau tetap tidak boleh bersamanya. Dan ke semua pria itu sudah aku urus. Jungkook aku pulangkan ke Korea, Taehyung sudah aku suruh pulang juga. Semua-- hanya aku yang ada disini."

Seulgi masih belum paham dengan semua ini. Tujuan Jimin juga menjadi titik pusat rasa penasarannya berkembang. Heran. Semuanya menjadi satu.

"Untuk apa? Semua yang ssaem lakukan itu untuk apa?" Seulgi bertanya karena memang untuk menjawab rasa penasarannya.

Ini tidak seperti bayangannya bahwa dia akan menjadi sedih selama dalam pesawat dan membayangkan bagaimana ibunya memeluk hangat dan dia menenangkan diri disana. Ini sebuah kisah lain dimana tiba-tiba dia bangun dan sepertinya habis bercinta dengan pria yang sudah menyakitinya.

"Take ma mine!" Katanya seduktif.

"Milikmu adalah karirmu. Kau sudah menentukan pilihanmu kemarin Jim. Apa sudah berubah fikiran?"

Dibalik pertanyaannya, Seulgi berharap lelaki itu akan menjawab ya, Aku memilihmu. Gelar tidaklah penting. Aku masih bisa menghidupimu dengan pekerjaanku di Malaysia. Itu lebih terdengar manis dan pasti akan membuat air matanya kembali mengalir. Air mata bahagia.

Namun, ekspresi Jimin berikutnya membuat Seulgi kembali lesu, "Karirku adalah impianku. Kau adalah milikku. Dua hal yang berbeda. Milikku aku gunakan semaksimalnya, impianku aku raih sebaik-baiknya."

"Ma-maksudmu?"

"Aku butuh kau tadi malam. Maka aku jemput karena kau berontak aku beri--"

Plak! Entah sejak kapan Seulgi berjalan menuju kurusnya, Jimin tidak tahu tapi sekarang tatapan benci Seulgi sudah menatapnya tajam.

My Cute's Wife [Seulmin ✅]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang