(25 +1) Cause A Games (Bonus)

2K 198 8
                                    


Park Jimin

Kehidupanku hanya ada tentang  Seulgi di dalamnya. Berubah sedemikian drastis bahkan lebih cepat daripada kecepatan cahaya.

Hari ini adalah hari dimana aku kembali ke tanah kelahiranku yaitu Seoul, juga tanah dimana Seulgi di besarkan. Karena demi kenyamanan bersama -- lebih tepatnya paksaan dari ibu mertua dan ibuku sendiri, kami harus berpindah tempat menginap. Adapun malam ini giliran tinggal di rumahku setelah kemarin aku dan Seulgi menginap di rumah orang tuanya.

"Kook, kau jangan curang!"

"Hya! Mau aku adukan Lisa biar kau tidak boleh ke rumahnya lagi?!"

"Benar-benar! Jangan cubiti aku. Kau pasti takut kalahkan?!"

Itu adalah suara Seulgi dimana dia berteriak keras memekakkan telinga seisi rumah yang biasanya hanya nyaring dengan suara Jungkook seorang diri ketika bermain game. Kalau kata ibu, Jungkook setipe dengan ayah yang berisik, sedang aku mirip dengan ibu yang lebih suka ketenangan.

Dulu!

Aku katakan bahwa aku telah berubah. Menjadi Jimin yang aneh dengan terus memotivasi Seulgi agar menang dalam perlombaan balapnya.

"Sayang, hati-hati jangan nabrak!" Kataku dengan semangat. Jungkook tetap berusaha mengusik fokus Seulgi, tak mau kalah dengan suaraku yang keras.

Kami berusaha  mendominasi fokus Seulgi, sehingga yang terjadi dia kesulitan karena Jungkook yang lihat bermain satu tangan, sementara satunya lagi menggelitik pinggang Seulgi.

"Sayang, kalau kau menang, malam ini kita lima ronde!"

"Mwo?" Seulgi tercekat.

Itulah istriku. Dimana aku sengaja melakukannya untuk menekan Jungkook namun malah dia yang terkejut dan langsung berbalik memandang aku yang duduk di sofa sama terkejutnya melihat situasi ini.

"Yes! Menang!" Jungkook mengangkat kedua tangannya tinggi-tinggi senang. Dia menoleh ke belakang dan mengangkat satu alisnya. "...mau curang? Malah kena batunya. Haha."

Kadang Jungkook memang lupa berkaca. Sudah jelas sekali dia curang sejak awal. Hanya melawan Seulgi saja dia berusaha sekeras itu. Aku jadi kasihan dengannya.

Mari lupakan Jungkook yang beruphoria dengan kemenangannya. Dia bahkan meledek Seulgi. Oh ya, istriku itu masih marah dengan melipat kedua tangannya di depan dada. Apa? Apa yang mau dikatakannya? Kenapa lama sekali.

"Kau ---"

Iya, aku kenapa? Lama sekali sih.

"--- mau membunuhku dengan lima ronde hah?!"

Tuhan! Tolong masukkan Seulgi dalam karung lalu buanglah ke sungai terdekat.



Ah, jangan tuhan! Aku masih sayang.

Jungkook bangkit sembari mencibir, "rasakan Hyung! Udah jatuh, ketimpa tangga pula. Makan tuh debat! Yuhu... Aku pamit dulu."

Aku segera melempar Jungkook dengan bantal persegi hingga mengenai pantatnya namun aku juga mendapat lemparan berupa stick PlayStation.

"Jawab!"

Bagaimana aku mengatakannya. Itu hanya untuk membuat dia menang dari Jungkook. Pasti dia akan marah. Aku benar kan? Cari ide Jimin dosen yang pintar.

"Oke. Kalau kau tidak bisa tak apa. Aku hanya ---"

"Bercanda?"

Apa ini benar? Oke. Katakanlah aku bercanda. Biar selesai.

"Ya itu! Ber--bercanda." Kataku pura-pura bodoh.

"Bodoh! Kau fikir aku ini mainan. Tidak lucu!" Dia malah pergi menyusul Jungkook entah kemana.

Aku rasa. Ada yang tidak berubah dariku. Ya, setidaknya satu. Yaitu aku yang belum sepenuhnya mengerti wanita. Liburan semester kami jadi sebuah ajang perkelahian ringan setiap harinya.

"Sayang. Seulgi mana?" Eomma melewati ruang tengah dan hanya menemukan aku sendirian. Untung eomma tidak bertanya tentang Jungkook karena aku pasti tidak akan jawab.

"Menyusul temannya. Mereka lama-lama seperti pinang di belah dua." Eomma merespon dengan tawa ringan.

Aku juga, hanya cengiran kecil dimana aku sebenarnya merasa lucu di satu sisi merasa kesal. Eomma kemudian mendekatiku dan memegangi pundakku, "kau tau? Eomma, tidak pernah menyesal menikahkan kalian. Dia merubahnya menjadi pria sesungguhnya."

"...maafkan eomma dulu yang membuatmu menjadi pribadi yang berbeda."

"Hm... Tidak ada yang salah. Gomawo, eomma, sudah mempertemukan aku dan Seulgi. Jadi, aku dan Jungkook bisa semakin akrab."

"Apa kau baru saja memprotes?"

"Tidak! Ini hanya menjadi lebih menarik karena dia adalah teman adikku. Menjadi lucu dan berwarna."

Aku kemudian berjalan mengikuti eomma ke dapur dan membantunya menyiapkan makan malam.


***
Malah jadi kaya drabble ya?
Wkwkw. Sepotong dua potong kisah santuy

My Cute's Wife [Seulmin ✅]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang