Seulgi berlari menuju ruang dosen, jika dia bisa maka terbang adalah jalan satu-satunya. Namun dia harus menjadi seperti wanita kebanyakan, berjalan cepat dengan sedikit sudah payah karena heels tinggi yang mengganjal ketat kakinya.
"Hati-hati, kau bisa tersungkur." Satu suara menginterupsi Seulgi. Seorang lelaki yang berjalan sama cepatnya. Bagi Jimin sendiri, mengimbangi langkah Seulgi sangat mudah. Dia dapat melangkah dengan santai namun memang sedikit lebih besar daripada biasanya.
Tidak ada balasan melainkan lirikan singkat. Seulgi tidak berniat berbicara dengan Jimin. Sejak dari lift, mobil bahkan koridor kampus.
Sebenarnya sejak tadi mereka telah menjadi tontonan hangat. Breaking news dari setiap kelas kala Jimin dengan tampannya berjalan mengiringi seorang wanita yang tidak diketahui identitasnya -- kecuali beberapa teman satu kelas yang kebetulan lewat dan akhirnya terkesiap melihat penampakan itu. Bagaimana tidak mencengangkan ketika seorang dosen terlihat menyeimbangkan jalan dengan seorang mahasiswi yang acuh padanya. Seperti seorang pria yang mengejar cinta atau bahkan terlihat memperbaiki hubungan keduanya karena kontras sekali diantara mereka ada masalah.
Seketika tubuh Seulgi limbung dan Jimin sigap menahan lengan kanannya. Dengan satu genggaman dia membawa wanita itu pada pelukannya. Jimin kemudian tanpa sadar memaki mahasiswa yang berlarian kasar, seperti bocah.
"Kan, hampir saja!" Katanya setelah melepas pelukan, dia menggenggam kedua lengan Seulgi erat-erat. Sedikit menunduk untuk mencari ekspresi wanitanya itu.
Meski mata monolid Seulgi tidak dapat dijangkau tepat oleh mata Jimin, tapi buliran air mata yang turun terlihat jelas. Kembali, Jimin membawa Seulgi dalam pelukannya.Tontonan, lagi.
"Aku takut Jim, nanti sesuatu terjadi pada Namjoon," lirihnya.
Dari jauh lubuk hati Seulgi dia membenci Jimin sebab perkiraan singkatnya tentang penyebab hal ini terjadi, namun dilain sisi, hanya Jimin lah yang dapat merangkulnya saat ini.
"Dia tidak akan kenapa-napa. Percayalah." Sahut Jimin, tangannya begitu cekatan mengusap pucuk kepala Seulgi yang berlindung di ceruk lehernya.
"Kalau dia sampai di keluarkan, bisa bahaya Jim. Dia tampaknya memang pria yang bebas dan --- " Kembali Seulgi menangis sebagai bentuk perasaannya yang meluap. Anehnya, segera setelah menyampaikan itu, amarah lainnya mengambil alih. " --- ini semua pasti perbuatanmu. Entah bagaimana aku yakin kaulah yang menyebabkan ini semua. Ssaem cemburu kan dengan Joonie kan?!"
Mahasiswa/i yang semula mengamati dari jauh mulai mendekat meski tetap ada jarak. Mereka saling berbisik perihal dua orang yang tengah berdebat di koridor kampus. Persetan jika itu adalah mahasiswa biasa! Yang kontroversial adalah status pelakunya. Park Jimin, si dosen kebanggaan yang terkadang ketus dan cuek. Dan, satu lagi, si mahasiswi yang jarang bergaul dengan lingkungan sekitar.
"Aku cemburu?" Gumam Jimin.
Dia kemudian tertunduk seperti mendapati kata yang membuat dirinya sendiri bertanya-tanya. Sejauh itukah perasaan tanggung jawabnya ataukah dia sudah jatuh dalam tahap cinta. Perasaannya ambigu. Dua-duanya jika disatukan memang bisa, tidak salah. Kau mencintai seseorang maka kau merasa harus melindunginya sebagaimana kau melindungi dirimu sendiri. Karena bias, dia yang dalam keadaan terluka akan menyakiti dirimu.
"Halah, percuma, kau tidak menjawab. Permisi, aku mau mencari Namjoon!" Seulgi berlalu cepat dan tidak perduli bahkan saat dia dengan sengaja membenturkan bahu kanannya dengan bahu Jimin.
Seulgi meneruskan langkahnya hingga pintu kantor terlihat dan dia masuk ke dalamnya dan menemukan Namjoon tengah terduduk lemas di ruang tunggu.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Cute's Wife [Seulmin ✅]
Fanfiction[BOOK: 1] Rank 277 from 15k story use #Redvelvet Aku semakin tidak mengerti kepada diriku sendiri, dari sekian banyak wanita kenapa harus dia? ada apa dengan standar untuk menjadi wanitaku? gila. ~ Pjm