4

23.7K 164 5
                                    

"Zev." panggil Revan di depan gerbang kampus

Aku yang sedikit ngantuk gara-gara semalam habis main sama Fiona cuman bisa nengok ke belakang.

Revan menghampiriku.

"Lo kecapean ya?" tanya Revan.

Atuh gue udah capek sama ngantuk begini masih aja ditanyain. dumelku dalam hati.

"Dibilang kalo lo masih kayak gini mending di apart aja."

"Nggak." balasku singkat.

"Lo kenapa sih?" tanya Revan lagi.

Kepo banget ini orang.

Aku hanya memasang wajah bodoamat dan langsung berjalan menuju kelas, Revan tetap ikut berada di sampingku. Dia hanya berdiam, mungkin berfikir ataupun bergumam.

Sesampainnya di kelas.

Vatih melihatku dengan kelesuan seperti ini, dan ia bertanya persis seperti Revan dan aku jawab juga ogah-ogahan.

"Dia kenapa sih, Van?" bisik Vatih ke Revan tapi aku bisa denger mereka soalnya mereka berdua ada di sampingku.

"Mana gue tahu," sahut Revan tak tahu. "tadi udah gue tanyain tapi jawabnya juga gitu."

Aku bodo amat sama mereka berdua, aku memasangkan earphone dan tak mau mendengar di sekelilingku bahkan dosen ngajar pun aku juga bodoamat.

**

Jam 12.00 WIB

Entah kenapa siang hari ini tuh panas banget. Matahari langsung menyapa dengan teriknya langsung menghunjam bumi.

Untungnya aku tidak membawa motor, kalau aku bawa motor sudah dipastikan gosong item dan tak enak dipandang.

"Siang ini lo mau kemana, Zev?" tanya Revan.

Saat ini aku bersama Revan, Leo, Yova dan Jopsi sedang ada di kantin, sekedar nongkrong karena kelas sudah selesai.

"Ya paling di apart tiduran sambil dengerin musik." jawabku santai.

"Hidup lo mageran terus." kata Leo.

"Bosen hidup sendiri, maklum jomblo."

"Jangan curhat plis, haha." tawa Jopsi.

Semuanya tertawa kecuali Revan.

Aku melirik Revan dan Revan juga melihatku dengan smirknya, aku tak paham arti dari ekspresi itu.

Diantara kami berlima, cuman Jopsi cewek satu-satunya. Dia cantik, rambutnya terurai panjang, putih, body aduhai tapi cuman kelakuannya kadang ngeselin. Dan dia adalah: Ayam kampus-setara lonte versi anak kuliah.

"Yam, nanti lo kemana?" tanya Yova dengan enaknya manggil Jopsi: Yam.

"Gue mau ketemu sama cowok." jawab Jopsi.

"Paling menjajakan diri." ledek Leo.

"Nah, pinter juga lo,"

"Lo kalau dapat duit, bagi-bagi ke kita kek." kata Yova.

"Tenang," Jopsi sambil ngeluarin dompetnya. "mau berapa."

Dasar ayam, hahaha. tawaku dalam hati.

"Udah ah, gue mau ngelayanin cowok ini dulu, bye-bye kalian semua." teriak Jopsi sebelum pergi

"Dah sono lo, selamat digeprek." ledek Leo, bener-bener emang si Leo.

Jopsi pergi menuju tempat parkiran mobil, menurut info yang aku dapatkan. Si Jopsi bakal bertemu sama cowok anak kuliahan sini juga, tetapi aku tidak tahu siapa itu siapa.

Emang bakat jadi ayam kampus yang Jopsi tekuni tergolong lancar, dia merahasiakan sampingannya kecuali kita berlima ini. Ia tak mau semua orang tahu, cukup dia bersama geng dan tuhan yang tahu.

Ia tidak mempunyai masalah dengan orang tuanya, ia termasuk keluarga kaya raya. Coba bayangin aja, ayahnya aja CEO brand fashion terkenal di Indonesia dan sedangkan ibunya seorang desainer baju yang terhormat di Indonesia, dan kakaknya yang cowok ganteng kerja di perusahaan terkenal di Amerika Serikat.

"Udah lah, gue mau balik," tiba-tiba Leo berdiri.

"Sama, gue juga capek." lanjut Yova

Sialan bener pada balik.

"Ada acara nggak?" tanya Revan tiba-tiba.

Aku mikir cukup lama. "Kosong, emangnya kenapa?"

"Nonton yuk." ajak Revan.

Duh.

"Gue bayarin deh gimana?"

Gimana ya.

Sebenarnya sih aku mau aja gitu nonton berduaan sama Revan tapi gimana ya. Aku cuman suka sama dia tapi gimana ya, aku bingung banget. Apa Revan suka sama aku? Masa sih? Hahaha.

"Gimana?" tanyanya lagi.

"Boleh."

"Nah gitu dong sayang."

Sayang?

"Tadi ngomong apa?"

"Eh... Ngga kok," ralat Revan yang ngaco. "yuk cepet, naik mobil gue aja, gue tahu lo gabawa motor."

Gajelas banget ini orang, tapi gue sayang, hahaha. tawaku dalam hati.

Ya udah, aku jalan sama dia ke parkiran dan naik mobil dia jenis Honda Brio warna merah. Nggak mewah sih tapi aku menyukai mobil jenis ini.

Revan segera menyalakan mesin mobil dan pergi meninggalkan kampus menuju Mall Grand Indonesia, jarak antara kampusku dengan Mall itu lumayan jauh, entah kenapa si Revan milih Mall Grand Indonesia ketimbang Senayan City yang notabene lumayan dekat dengan kampus. Biarin aja lah, kan dibayarin hehehe.

Kenapa perasaanku tidak enak ya dekat dia.

Apa si Revan suka sama aku atau bagaimana? Nggak apa-apa sih, aku juga suka sama dia tapi aneh aja kalau dia suka sama aku. Toh, dia itu laki-laki straight, nggak mungkin lah kayak gitu, cukup aku aja.

"Rev." panggilku pelan ketika dia sedang nyetir di daerah perkantoran Sudirman.

"Iya kenapa?" tanya Revan.

"Tumben banget lo ngajak gue nonton,"

"Lo nggak mau?"

"Eh... Bukan itu maksud aku," buru-buru aku meralat. "tumben aja gitu."

"Kok ngomongnya pakai aku-"

Aduh goblok banget deh aku ini.

"Udah nggak apa-apa, lagian lo juga kayaknya gabut banget."

Peka juga dia. kataku dalam hati.

"Lo lagi nggak kesambet setan alay kan, Rev?" tanyaku untuk menyakinkan.

"Nggak lah," jawabnya. "udah lo duduk manis, bentar lagi juga sampai."

Aku hanya diam sambil melihat ke depan.

Tanda arah pintu masuk parkir sudah nampak, Revan mengarahkan mobilnya masuk ke dalam parkir dan terus masuk ke parkir basement.

Zevoyag [SELESAI ✅]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang