2

40K 202 1
                                    

Jam 20.45 WIB

Shit!!!

Aku lupa kalau malam ini ada makan malam sama Fiona.

Jam hampir pukul 9 malam, dan aku belum prepare sama sekali.

Kenapa gue bisa lupa sih, tolol banget gue. umpatku dalam hati

Aku langsung siap-siap, nggak mandi, pakaian seadanya yang penting berkesan dan tak lupa parfum andalanku yang selalu ada di kehidupanku.

Langsung menutup pintu kamar apartementku dan pergi ke lift menuju tempat parkir basement dengan terburu-buru.

**

"Kamu dimana sih, katanya jam 9 kamu udah sampai sini, ternyata belum." kata Fiona sambil marah-marah di telpon, bikin aku tidak fokus menyetir mobil.

"Sabar, ini juga lagi dijalan." balasku sebisa mungkin sebelum Fiona marah-marah lebih parah lagi.

"Sekarang kamu sudah sampai mana?" tanya Fiona tenang.

"Sebentar lagi sampai kok, tinggal belok kanan sama pertigaan sudah sampai."

"Cepet! Aku tunggu."

Pett...

Fiona langsung menutup telponnya

**

Yang bener aja.

Fiona langsung diam ketika aku datang, sepertinya ia cuek denganku karena aku telat 30 menit dari jadwal seharusnya.

"Kamu jangan marah dong, honey."

Fiona tetap diam tak merespon kataku.

"Honey, aku udah datang demi kamu loh."

Sekali lagi, Fiona tetap diam sambil mengaduk-aduk Vanillatte kesukaannya.

"Maafin aku udah telat, aku bisa jelasin semuanya kok."

"Ha? Maaf?" nada bicara Fiona mulai naik, ia benar-benar sudah marah.

Yak siap, aku langsung kena semprot.

"Iya, aku minta maaf sama kamu."

"Enak ya kamu tinggal minta maaf," kata Fiona marah-marah. "aku dari jam 9 nungguin kamu sampai aku digodain sama cowok alay nggak jelas, dan kamu cuman minta maaf doang?"

Aku bingung harus bagaimana.

"Aku udah minta maaf sama kamu, kamu kenapa marah-marah kayak gini sih?" tanyaku tenang.

"Pikir aja sendiri!" ketus Fiona.

Habis riwayatku.

Fiona ialah anggota osis dari SMA yang berada tak jauh dari sekolahku, aku sering bertemu dengannya ketika sekolah kami berdua mengadakan acara bareng hingga aku tidak sengaja jatuh cinta padanya.

Saat itu Fiona meminta nomer Whatsaap agar bisa saling koordinasi bersama team lainnya. Ketika itu sedang ada acara sampai malam, aku sedang duduk dekat gazebo sekolah dan Fiona datang menemuiku dengan membawakan secangkir kopi panas. Aku sangat senang, perasaanku berkecamuk pada saat itu, diantara aku ingin menembaknya atau tidak. Dan dia langsung menjawab sebelum aku bertanya, sepertinya dia sudah tahu maksudku.

"Kok bengong sih? tanya Fiona sambil menghalau tangannya di depan wajahku.

"Eh... Maaf-maaf." kataku buru-buru.

"Aku maafin kamu."

"Beneran?" aku kaget, nggak ada angin, ngga ada hujan pulak dia tiba-tiba bilang gitu.

"Eit, tidak secepat itu," respon Fiona cepat. "aku mau ke apartement kamu, baru aku maafin kamu."

Mampus!

Ada apa dia tiba-tiba pengen ke apartementku?

"Kenapa?" tanyaku kaget.

"Ya sudah kalau kamu tidak mau, aku bakal marah terus."

Dengan terpaksa aku mengiyakan permintaan dia.

"Iya, kamu ke apartementku," desahku terpaksa. "kamu naik apa tadi?"

"Kebetulan tadi aku naik ojek online kesini, jadi aku bisa nebeng kamu."

Dasar.

Aku sih tidak mempermasalahkan dia untuk nebeng di mobil bareng aku, yang aku masalahin adalah: Dia mau ke apartementku dalam rangka apa?

"Kamu nggak minum, honey?" goda Fiona.

"No, thank, honey." balasku.

Fiona hanya bersikap, ya sudah. Dia langsung meminum Vanillatte sampai habis hingga menyisakan sisa-sisa minumannya di diatas mulutnya.

Spontan aku langsung melumat mulut dia sampai sisa-sisa minuman tadi hilang.

Fiona kaget.

"Hey!"

"I'm so sorry honey, aku spontan." jawabku lesu dan merasa bersalah.

Fiona saat itu masih kaget dan ia membersihkan lagi dengan tisu, dan berharap tidak ada yang melihat kejadian tadi.

"Tak apa."

Aku merasa bersalah dengannya, tapi entah kenapa hari ini aku sangat bernafsu dengan Fiona. Aku ingin memiliki Fiona, dan sepertinya ia tidak mau.

Fiona juga bersikap biasa aja, ia tak tahu kalau sedari tadi aku sudah memperhatikan dia terutama area paha yang mulus itu, ya meskipun ia memakai rok hitam tapi aku bisa berimajinasi di daerah area paha dia.

"Jadi atau tidak?" tanya Fiona bikin aku buyar seketika.

"Siap bos."

Aku dan Fiona segera keluar café ini menuju tempat parkiran, aku mempersilahkan Fiona untuk naik terlebih dahulu di kursi depan.

Dan aku menyalakan mesin mobil sebelum jalan.

Di perjalanan. Suasana malam begitusunyi, hanya ditemani lampu-lampu penerang jalan, cuaca saat ini tidakbersahabat dan aku tidak tahu hujan kapan akan turun

Zevoyag [SELESAI ✅]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang