6

16.3K 131 0
                                    

Seriusan nih?

Kenapa aku jadi seneng ya ditembak sama Revan.

To the point aja deh sama dia. kataku dalam hati.

"Lo mau nggak jadi pacar gue?" tanya Revan duluan.

Kan keduluan, baru aja aku mau ngomong iya sama dia.

Tapi aku masih nggak yakin sih sama dia, terlebih dia kan ganteng banget, manis, putih sih enggak cuman enak aja dipandang, banyak yang suka sama dia. Sedangkan aku hanya seonggok upil doang.

"Serius?" tanyaku ke Revan dengan tidak yakin.

"Lo nggak yakin sama gue atau gimana nih." sambung Revan

"Gue bingung, Rev," ucapku perlahan. "harus ngomong gimana."

"Lo tinggal cukup bilang iya atau tidak."

Aku berpikir lumayan agak lama sambil memakan sushi terakhir yang ada di piring, Revan sudah menghabiskan sushi pesanannya.

Dengan perlahan.

"Iya."

Revan yang lagi minum langsung tersedak.

"Eh, lo nggak apa-apa kan?" tanyaku reflek.

"No problem." jawab Revan.

Aduh ini orang tersedak udah kayak mau mati, bikin takut orang aja. Tapi kalau diliat-liat lagi ya, aku merasa bener-bener jatuh cinta sama dia. Cinta macam apa ini.

Revan membersihkan mulutnya menggunakan tisu yang ada di meja kami berdua, dia menyeka seperti itu aja udah bikin aku meleleh.

"Maaf ya udah bikin lo tersedak kayak gini, untung aja lo nggak mati, kan nggak lucu lo mati disini."

Revan hanya tertawa kecil.

Dasar. Mau bikin gue baper lagi nih ceritanya?

"Tadi kan kamu udah bilang iya, jadi kamu beneran mau sama aku?" tanya Revan sekali lagi."

Kesel amat dah, daritadi gue udah kasih sinyal hijau, masih aja nggak peka? tanyaku dalam hati.

Aku hanya menganggukkan kepala saja.

Revan langsung senang kegirangan di hadapanku, sumpah aku malu banget, tapi aku sayang sama dia.

"Sebagai tanda kita jadian, aku mau kasih kamu sesuatu."

"Apa tuh?" tanyaku pelan.

Romantis banget si Revan ini.

Semoga ini bukan mimpi.

Revan langsung mengambil sebuah kotak kecil dari dalam tasnya dan membukanya di depanku.

Kotak itu berisi cincin emas.

Eh kok cincin sih? Mending tiket ke luar negeri ketimbang cincin ginian.

"Terima ya sayang." kata Revan.

Aku hanya menuruti apa kata Revan.

Ia memasangkan cincin itu di jari manisku dan itu beneran muat, padahal aku nggak pernah ngomong sama dia. Revan sudah menggunakan cincin itu di jari manisnya.

"Kita resmi jadian?" tanyaku bingung.

"Kalau belum ML, kita belum resmi jadian." ucap Revan perlahan.

What?

Apa harus ML gitu? tanyaku dalam hati.

"ML?" tanyaku.

"Iya, nanti malam kita ML di apartementku."

Aduh aku bingung banget ini. Di lain sisi aku sayang sama Revan tapi aku kok jadi gimana gitu pas Revan ngajak aku ML sama dia. Jadi anu-nya dia masuk ke lubang.... Ih apaan sih aku ini.

Setelah ngobrol santai biasa selama 30 menit.

Revan mengajakku ke apartementnya untuk ML.

Perasaanku campur aduk antara senang dan takut, masalahnya itu aku masih kepikiran kalau ML begitu rasanya kayak gimana. Kalau sama Fiona jelas enak, tapi sama Revan?

Semoga enak hehehe. tawaku dalam hati.

Zevoyag [SELESAI ✅]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang