Pollux dalah bintang raksasa jingga (orange giant) yang berada pada jarak 34 tahun cahaya dari Bumi, berada di rasi Gemini. Pollux termasuk bintang tercerah di langit malam, juga tercerah di rasi, jika dibandingkan dengan "kembarannya" (α Gem). Pada tahun 2006, Pollux dikonfirmasi memiliki planet.
Hening, suasana ruangan ini begitu hening. Senja dan Bintang duduk saling bersisian di samping ranjang Surya.
Surya sedang mengamati langit-langit ruangannya dirawat. Matanya berkaca-kaca saat melihat dua anak muda di sisinya memiliki jalan takdir yang begitu menyakitkan karena dirinya dahulu yang tidak mampu mengontrol rasa cintanya.
"Pertama-tama Papa mohon maaf, tingkah Papa dimasa lalu berimbas kepada kalian. Bukan meragukan kamu sebagai anakku Bintang, tapi setelah papa sehat izinkankan Papa untuk melakukan tes DNA."
Bintang meremas tangannya.
"Bintang tidak keberatan Om."
Surya menatap Senja yang tidak bersuara. Putranya itu hanya diam mentap kosong entah kemana.
"Bagaimana perihal perasaan kalian?" Tanya Surya yang membuat Senja menatapnya kini.
"Tidak harus dijelaskan Pa, Segala apa yang terjadi ini saja sudah jelas bagaimana perasaan kami." Jelas Senja.
Senja berdiri, menyudahi vonis bagi mereka. Dia melangkah ke luar ruangan dengan langkah gontai. Surya menangis, Bintang hanya menggenggam tangan lelaki yang katanya Ayahnya itu.
Di luar Senja hanya terpekur dikursi tunggu sampai Jingga datang, Mendapati Senja yang berada di luar ruangan.
"Kok kamu berada di luar? Papa sama siapa?" Tanya Jingga langsung duduk di sisi Senja.
"Bersama Bintang."
Jingga terlihat tidak suka mendengar jawaban Senja.
"Memang selalu ada dia di antara kalian." Timpal Jingga ketus.
"Tidak perlu kamu cemburui dirinya lagi, Kami memiliki ikatan darah."
"Ikatan darah?" Tanya Jingga penasaran.
"Ya."
"Jika kalian tidak memiliki ikatan darah pasti kamu tidak akan pernah melepaskannya kan? Aku tahu Senja bagaimana berartinya Bintang dihidupmu."
Senja meremas rambutnya kuat.
"Sudahlah, aku keluar dahulu sebentar."
"kamu memilihku hanya sebagai pilihan ke dua kan? Kamu tidak pernah benar-benar menginginkanku." Kesal Jingga.
Senja menghentikan langkahnya.
"Jika begitu berat berada di sisiku, pergilah. Aku tidak pernah melarang untuk itu."
"TIDAK, aku tidak akan pernah melakukan itu." Timpal Jingga tegas tapi menahan tangis.
Jingga langsung masuk ke ruangan, Bintang berada di sana. Tangannya menggenggam tangan Surya sedangkan Surya sendiri sudah terlelap.
"Pulanglah, Biarkan aku menjaga Papa mertuaku." Ujarnya.
Bintang mengangguk, dirinya melepaskan genggaman tangannya dan berdiri.
"Jadi kamu adik Senja?" Tanya Jingga lagi.
"Senja sudah bercerita?"
"Ya, dia selalu menceritaka apapun karena memang seharusnya seperti itu."
Bintang hanya tersenyum karena untuk pertama kalinya Jingga berkata begitu ketus padanya.
Dia memilih pulang, tadinya dia mau menemani Surya di sini tapi sepertinya kehadiran Jingga sudah cukup untuk menjaganya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bintang
Science Fiction(COMPLETED) Cover : Uswatun Hasanah Bintang bersinar begitu terang menandakan ada pekat yang menggenggam malam.