(*) Sirius adalah bintang paling terang dilangit malam, dengan magnitudo tampak −1.47. Bintang ini terletak dirasi Canis Major dan merupakan sistem bintang ganda dengan komponen primer bintang deret utama kelas A dan komponen sekunder sebuah katai putih.
Kemuning digaris cakrawala perlahan memudar dengan menjadi canggungnya suasana dikamar ini. Mentari bingung mau berkata apalagi untuk mencairkan suasana yang dibuatnya sedangkan Bintang juga diam.
"Senja, tinggal dulu, Ma." Ujar Senja berlalu begitu saja.
Sepeninggal Senja Mentari menggenggam tangan Bintang. Menguatkan. Bintang memberikan senyum terbaiknya.
"Cepat sehat ya Tan, Anak-anak selalu menanyakan Mama mentari kemana? Mama mentari sakit apa? Kami mau menemui Mama mentari."
Mentari tersenyum. Merekalah penyemangat dirinya untuk segera sehat kembali.
"Nanti, Hari libur Bintang bawa anak-anak kesini, Jadi Tante harus cepat sehat lagi."
"Iya. Tante Tunggu."
"Kalau begitu Bintang pamit, Salam buat Paman Surya."
"Hati-hati Bintang."
Bintang mengangguk dan melangkahkan kakinya menjauh dari kamar Mentari yang sedang terbaring lemah.
Bintang sesaat termangu saat melihat Senja, Berdiri di depan pintu depan rumah. Bintang terlihat gelisah melihat sosok itu ada di sana.
Saat dia akan melangkah kembali. Deru mesin mobil terdengar masuk dan berhenti.
"Apa Paman Surya Pulang?" Gumam Bintang di dalam hatinya.
Tapi tebakan Bintang salah karena pemilik mobil itu seorang wanita yang Bintang kenali dengan baik.
"Apa Senja menunggu Jingga?" Tanya perempuan Anggun itu.
"Menurutmu?"
"Kebiasaan, Menjawab pertanyaan dengan pertanyaan."
"Ayo, Aku ingin menemui Tante, Pak Surya pulang malam jadi Karyawan teladan ini ditugaskan untuk menemani sambil disuruh membelikan Bunga mawar putih ini."
Senja tak berkata apapun lagi. Saat mereka berbalik akan masuk. Bintang gelagapan harus bertindak bagaimana karena dirinya berdiri tidak jauh dari mereka berdiri.
"Bintang, Kebetulan sekali kita ketemu selain pekerjaan kantor."
"Ahh Iya Mba."
"Aku dulu kaget, Saat tahu Bintang begitu mengenal baik keluargamu. Dia Staff kesayangan Pak Langit ya, hehe." Goda Jingga.
Saat mendengar Ucapan Jingga, Bintang gelisah menatap Senja yang menatapnya sinis sekali. Terasa kebencian diwajahnya berkali lipat tertuju ke arahnya saat ini. Bintang memilih menunduk.
"Itu gosip saja mba."
"Gosip apa beneran? Langit dan Bintang. Serasi sekali. Eh Senja kalau Bintang mengenal baik keluargamu, Kamu mengenalnya baik juga?" Tanya Jingga karena sadar terhadap Senja yang wajahnya menjadi lebih serius saat ini.
"Tidak peduli." Ujar Senja dan berlalu begitu saja.
Jingga melongo melihat sikap Senja yang aneh hari ini.
"Perasaan dia anaknya Asyik. Kenapa jadi sesinis ini hari ini." Gerutu Jingga.
"Bintang pamit ya mba, Udah janji sama anak-anak pulang cepat."
Jingga kembali mengingat Bintang yang ada di hadapannya.
"Oke. Hati-hati ya. Salam buat anak-anak."
KAMU SEDANG MEMBACA
Bintang
Science Fiction(COMPLETED) Cover : Uswatun Hasanah Bintang bersinar begitu terang menandakan ada pekat yang menggenggam malam.