(*) Rigel adalah bintang paling terang di rasi Orion dan bintang paling terang keenam di langit malam, dengan magnitudo visual 0.18. Meskipun memiliki penamaan Bayer "beta", Rigel hampir selalu lebih terang daripada Alpha Orionis (Betelgeuse).
Malam ini tidak begitu dingin seperti kebiasannya. Kehangatan yang selalu menggenggam hati keduanya membuat mereka betah diam di taman hotel seperti ini.
Senja masih terlelap sampai semburat kuning di ufuk timur terlihat samar-samar. Bintang, Dia terjaga semalaman. Seolah berbinar seperti biasanya saat Senja redup dari persinggahannya.
Senja mengkerutkan keningnya, Saat sudah merasa tubuhnya puas dengan tidurnya. Bintang gelagapan karena semalaman dia hanya menatap wajah lelaki yang ada dipangkuannya ini.
Wajahnya dia buang ke arah lain saat mata Senja kembali terbuka.
"Nyenyak sekali." Ujar Senja, Bangun dari pangkuan Bintang dan duduk.
"Kamu membuat kakiku kram semalaman." Celoteh Bintang menunjukkan kekesalannya.
"Lalu kenapa tidak coba bangunkan aku?"
Bintang diam, tak diizinkan matanya menatap Senja lagi kali ini.
"Anggap saja ini rasa bela sungkawamu, Sehingga mau berbaik hati padaku." Ujar Senja lagi.
Bintang tak menggubris, Menekan segala luapan perasaannya saat ini. Dia akan berdiri saat tangan Senja menariknya duduk lagi.
Senja menyandarkan kepalanya dibahu Bintang.
"Untuk hari ini, Tetaplah seperti ini. Sampai Mentari kembali bersinar terang memeluk bumi." Ujar Senja kembali memejamkan matanya.
"Aku tak bisa, harus siap-siap bekerja, nanti pak Langit mencariku."
Senja tidak mendengarkan malah semakin menyamankan kepalanya bersandar dibahu Bintang.
"Kamu tidak ingin berhenti bersikap seperti ini? Mendorongku dari sisimu?" Tanya Senja.
Bintang, hanya diam dan diam.
"Jika kamu memilih berhenti, Aku pun akan berhenti." Sambung Senja lagi.
Bintang terpaku, Senja tidak tahu apapun perihal kerumitan antara mereka. Kebungkaman Bintang hanya agar Senja tidak terluka semakin banyak.
"Aku mendorong orang-orang yang tidak aku inginkan, Jadi untuk apa berhenti." Ujar Bintang dingin.
Senja membuka matanya. Menjauhkan kepalanya dipundak perempuan itu. Dia tertawa sumbang sekali.
"Aku kira kamu masih memahami rasa sakitku." Ujar Senja lagi.
Bintang berdiri. Membelakangi Senja yang masih terduduk dikursi taman.
"Sudahlah Senja, Buktinya kamu masih bisa hidup walaupun tanpa aku di sisimu."
Bintang berlalu, Meninggalkan Senja yang tertawa miris sendirian.
"Entah harus seperti apa aku harus memahamimu." Ujar Senja menghela nafas berat sekali.
Bintang masuk kembali ke hotel dengan air mata jatuh begitu saja. Di lift menuju kamarnya dia berhadapan dengan Langit yang sudah berpakaian rapi.
"Bintang, dari mana saja kamu? Saya telpon dan mencari dikamarmu tidak ada?"
Bintang yang sudah kepalang tak bisa membendung tangisnya, Hanya menangis di hadapan Langit. Pilu sekali.
Langit langsung membawa gadis itu ke dalam pelukannya. Mendekapnya erat. Saat lift akan kembali tertutup. Lift itu kembali terbuka memperlihatkan Senja yang terdiam seribu bahasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bintang
Science Fiction(COMPLETED) Cover : Uswatun Hasanah Bintang bersinar begitu terang menandakan ada pekat yang menggenggam malam.