2

5.2K 302 5
                                    

🌻🌻🌻

Usai sholat dzuhur, Atiqa dan ustadzah Mahfuzah berangkat ke gedung AAC Dayan Dawod untuk mengikuti forum dakwah. Memasuki gedung yang terletak di kopelma Darussalam, Syiah kuala sudah banyak peserta yang duduk di tempat masing-masing.

Sudah ada peserta mewakili 15 kabupaten termasuk Atiqa dan teman-teman yang mewakili dari kabupaten Bireun.

Tema Dakwah yang diselenggarakan oleh komunitas Dakwah Santri Aceh ini berkaitan dengan Generasi qurani yang semakin menipis dalam kurun waktu yang singkat.

Remaja sekarang cenderung mengikuti kelaziman yang memasuki serambi mekkah. Mulai dari cara berpakaian, hubungan kurang harmonis dengan orang tua sampai interaksi dengan lawan jenis yang tidak sedikit harus menikah mendadak untuk menutupi aib.

Semua itu butuh proses. Dan proses itu harus melibatkan banyak pihak, khususnya orang tua dan tenaga pendidik. Keterlibatan remaja juga poin utama demi suksesnya proses pembinaan tersebut.

Perdebatan mengiringi forum dakwah kali ini yang banyak dihadiri oleh aktivis muda dari berbagai kabupaten ketika salah satu narasumber mencetuskan beberapa ideologi tentang pembinaan bagi para remaja yang mempunyai orientasi seks.

"Kami sebagai tenaga guru, menolak dengan keras sikap tersebut. Seharusnya remaja yang mempunyai kelainan seks tersebut dibimbing bukan malah mengkarantinakan mereka yang akhirnya terbit sudut pandang negatif baik dari masyarakat pun bagi remaja itu sendiri," tolak salah satu aktivis muda asal kabupaten Aceh Singkil.

"Betul, saya sebagai orang tua juga tidak mau anak kami dikucilkan saat keluar dari masa karantina nanti. Kami harap ada kebijakan lain yang bisa membangun moral anak bangsa kita ke arah yang lebih baik." suara seorang bapak yang duduk di deretan depan membuat peserta asal kabupaten Aceh besar bersorak setuju dan bersama meneriaki takbir.

Merasa ikut andil dalam forum ini, Atiqa menginterupsi. Tangan kanannya terangkat menandakan ia ingin memberi argumennya.

"Assalamu'alaikum warahmatullaahi wabarakatuh, perkenalkan saya salah satu dewan guru di pesantren Darul Istiqamah kabupaten bireun." Mendengar nama pesantren tempat ia bertugas, Asyraf mengamati sosok wanita yang mengenakan gamis tosca buble dan jilbab berwarna cream tersebut. Garis bibirnya kembali tertarik mengetahui siapa sosok yang sedang berbicara.

"Mengenai tema yang kita bahas kali ini, saya sebagai dewan guru menyayangkan sikap menyisihkan pelaku orientasi tersebut. Yang kita jauhi itu perilakunya, bukan pelakunya. Akan lebih baik ada pembinaan khusus bagi remaja aceh baik yang sudah terlibat maupun tidak. Uapaya preventif (pencegahan) bisa diterapkan dalam pembinaan ini," sambung Atiqa kemudian menutup argumentasinya.

Apresiasi yang diberikan peserta pada tema kali ini cukup antusias mengingat perilaku remaja yang menyimpang selama ini.

Menjelang kumandang azan sholat asar, majelis forum dakwah ditutup setelah serangkaian acara musyawarah. Dan akan ada forum dakwah lanjutan yang akan diinfokan segera setelah forum ini.

Kembali ke mesjid Raya Baiturrahman, kini. ketiga perwakilan ikhwan dan dua akhwat berada dalam satu mobil, karena mobil yang dipakai Atiqa dan ustadzah Mahfuzah harus menjemput adik waled Hasan di bandara Sultan Iskandar Muda yang datang dari Sulawesi.

Sebenarnya Atiqa merasa risih satu mobil dengan ustadz Irwan, Ustadz Wirza dan ustadz Asyraf utusan Malaysia. Namun ia menenangkan dirinya. Dan memilih duduk di jok belakang bersama ustadzah Mahfuzah.

"Alhamdulillah, forum berlangsung aman," kata ustadz Wirza yang duduk di samping sopir, yang tak lain ustadz Irwan.

"Alhamdulillah," sahut ustadz Irwan. "Biasanya, ricuh. Apalagi tema yang diangkat tadi."

PURNAMA DI UFUK MESRA ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang