Fakta yang merenggut harap
🌻🌻🌻
Perasaan bahagia membuncah hati Atiqa ketika mendengar suaminya cemburu. Tak pelak wanita itu mengagungkan rasa cintanya pada Asyraf, lelaki pertama dan Insya Allah terakhir melabuhkan hatinya.
"Adek penasaran, boleh Adek tanya sesuatu?" Atiqa menatap ragu wajah di sampingnya.
Asyraf merapatkan tubuh istrinya ke dekapan membuat wanita itu tidak bisa lagi menatap wajah tampan suaminya dan menyerunduk ke dada Asyraf.
"Tanyakan. Semoga Abang bisa menjawabnya."
Atiqa menggigit bibir bawah mendengar jawaban Asyraf. Sedikit ragu untuk melanjutkan rasa penasarannya.
Menimbang dengan baik, mengatur kata yang akan diucapkannya dan berharap dalam hati Asyraf tidak marah dan bisa menjawab rasa penasarannya.
"Adek mau bicara, boleh lepasin dulu?"
Asyraf tertawa pelan dan mencium wangi rambut Atiqa sebelum memberi jarak. Tahu istrinya yang ini pemalu ia semakin suka menggoda.
Atiqa masih berbaring berhadapan dengan Asyraf. Walau malu ia tetap menatap mata lelaki itu, menunggu kejujuran.
"Sejak kapan Abang kenal dengan kak Hani?"
Asraf terkejut mendengar pertanyaan istrinya. Tidak menyangka Atiqa akan membahas Hanisya, istri pertamanya.
"Adek yakin mau tahu?" tanya Asyraf hati-hati. Atiqa mengangguk pelan dan terkesan tegas di mata Asyraf.
"Sejak Abang masih kuliah." jawaban pertama untuk Atiqa diberikan Asyraf. Dan dia melihat Atiqa tidak terkejut sama sekali. Terlalu santai untuk merespon jawabannya.
"Pacaran?"
Asyraf tersenyum miris, boleh dikatakan begitu. Karena saat Hanisya belum menjadi istrinya ia sering mengunjungi wanita itu ke jakarta, walaupun dalam ruang lingkup dakwah. Banyak orang tidak bisa tidak dikatakan pacaran, karena lelaki itu sering mencuri pandang pada Hanisya dan mengajak wanita itu per di bersama mengikuti kajian yang diadakan alumni Fakultas-nya.
Atiqa sendiri tidak sadar meremat selimut yang menutupi sebagian tubuhnya. Mata lelaki itu berbinar, padahal belum ada kata terucap dari bibir lelaki itu.
Apapun resikonya, ia akan mendengar. Karena ada inti yang ingin diketahuinya secara perlahan setelah pembicaraan ini.
"Pacaran tidak, karena Hanisya muslimah sejati. Hanya Abang yang selalu mengejarnya. Bagi Abang Hanisya itu permata berkilau. Saking berkilau-nya Hanisya, ia menjadi tantangan sendiri bagi lelaki yang mengenalnya untuk segera menghalalkannya." ucapan Asyraf membuat keping itu menyapa dan segera ditepis wanita itu.
Reflek ia menepis halus tangan Asyraf yang mengusap wajahnya.
"Maaf," ucapnya yang sudah duduk bersandar di headboard.
Asyraf ikut bangun dan menggenggam tangan istrinya. Ingin menyudahi pembicaraan yang akan menyakiti hati Atiqa. Belum sempat ia berkata, Atiqa kembali bertanya dan berusaha melepaskan genggaman tangan Asyraf.
"Sebelumnya saya minta maaf." Atiqa tidak melihat wajah Asyraf. Matanya mencermati selimut corak matahari yang kini hanya menutupi pinggang ke bawah. Asyraf tahu, pembicaraan ini sudah memicu kembali rasa tidak nyaman atau kemarahan Atiqa. Karena wanita itu sudah mengubah panggilannya.
"Sudah tahu kyai Faruq menitip benda ini." Atiqa meyentuh kalung yang melingkar di lehernya, "Kenapa mengawali bersama kak Hani? Apa kak Hani juga tahu, ayah suaminya sudah meminang saya sejak saya belum tahu apa-apa saat itu? Dan, karena itu juga dia menyetujui ide ini?" lanjut Atiqa dengan menatap lurus ke depan, bertanya apapun yang sejak pertama kali ia mengetahui rahasia penyebab pernikahannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
PURNAMA DI UFUK MESRA ✔
General FictionFOLLOW DULU AGAR BISA BUKA BAB LENGKAP💕 "Assalamu'alaikum zaujati." "Wa'alaikumsalam." "Hanisya, kenalkan istri Abang, Syarifah maula atiqa." Dua wanita tersebut saling berpandangan, Hanisya istri pertama Asyraf mengulurkan tangan terlebih dahulu m...