6

3.7K 322 12
                                    

MANISNYA ATIQA, DALAM MANISNYA POLIGAMI

Mencintai makhluk melebihi cinta pada Rabb satu kesalahan. Tidak ada yang bisa membolak-balikkan hati manusia kecuali Allah. Maka labuhkanlah cintamu pada Rabb-mu bukan pada makhluk-Nya.

Atiqa, mendapat kabar dari Asyraf bahwa lelaki itu agak lama di Padang karena saat ini Hanisya sedang hamil muda dan memerlukan perawatan khusus terkait lemahnya kandungan wanita tersebut.

Lima bulan di Malaysia dan dua bulan di Padang. Waktu yang cukup lama juga mereka tidak bertemu walaupun Asyraf sering menghubunginya.

'Apa yang membuatmu sibuk hingga lalai mengingat Rabb mu. Apakah kamu merasa bangga saat hatimu hanya dipenuhi makhluk-Nya?'

Satu titik bening lolos dari manik mata Atiqa. Ia meremat gamisnya kala sebuah notice tausiah masuk ke dalam ponselnya.

"Aku hanya rindu pada suamiku. Salahkah Ya Rabb?" rintihnya.

"Allahu, ini sakit. Aku mohon hadirkan ikhlas di hatiku, agar aku tidak berpaling dari rahmat-Mu." doa terucap dari mulut Atiqa. Tulus dari lubuk hatinya ia mengharap karunia dan rahmat Rabb nya.

Subuh menjelang, sayup-sayup Atiqa mendengar namanya di sebut. Suaranya, seperti suara yang sangat dirindukannya.

"Dek, bangun. Dek."

Kelopak matanya terbuka membingkai  wajah lelaki yang ia rindukan. Mengerjap kala senyuman menawan itu menyapanya.

"Abang?"

Asyraf mengangguk, bibirnya masih mengukir senyum. Menatap wajah bidadarinya.

"Kapan sampai?"

"Tadi malam, bangun dulu yuk. Subuhan," sahut Asyraf menyingkap selimut istrinya.

"Adek halangan," ceplos Atiqa yang kesadarannya belum terkumpul. Asyraf tersenyum keki.

Laki-laki itu bangun dan masuk ke kamar mandi untuk mengambil wudhu karena tidak sempat ke masjid. Atiqa bangun dan    menyiapkan perlengkapan sholat suaminya selagi Asyraf di kamar mandi.

Atiqa memperhatikan Asyraf yang sedang sholat. Laki-laki itu tampak khusyuk. Senyum terukir di wajah putri waled Hasan.

Selesai zikir dan berdoa, Asyraf meminta Atiqa mendekat. Wanita itu menurut dan duduk di samping Asyraf. Asyraf menyuruh istrinya meletakkan tangan di atas telapak tangannya.

"Lama nggak abang pergi?" Atiqa merasa tangannya diremat lembut oleh Asyraf. Wanita itu tidak menjawab.

Asyraf tersenyum, ia mencium tangan istrinya lembut dan dalam. "Tujuh bulan lebih dua hari, lama juga ya Dek?"

Wanita itu spontan mengangguk, memang lama. Menurutnya. Dan ia sudah rindu pada suami yang sudah menjadikannya kedua dalam bahteranya.

Senyum di bibir lelaki itu tidak pudar. "Tujuh bulan waktu yang lama, bagaimana kalau ruh Abang kembali pada penciptanya. Masih rindukah Adek pada jasad busuk ini?"

Air mata wanita itu menggenang di pelupuknya, menelaah ucapan lelaki itu. Senyum di bibir Asyraf semakin merekah, menampakan jejeran gigi putihnya ketika melihat Atiqa menunduk.

Ia merengkuh wanita itu dalam dekapannya dan mengusap sayang surai hitam istrinya. Tubuh Atiqa bergetar hebat dalam rengkuhannya.

Ketukan pintu kamar menguraikan pelukan sepasang suami istri itu. Karena Atiqa tidak dalam kondisi yang baik, Asyraf lah yang membuka pintu kamarnya. Ia melihat Ummi berdiri di depan kamar mereka dengan nampan besar di tangannya.

"Atiqa mana?"

Asyraf melihat ke belakang sekilas, "Ada Bu."

"Bisa panggilkan?"

PURNAMA DI UFUK MESRA ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang