Chapter '04'

2.4K 277 26
                                    



~~ Your Smile ~~




Sudah genap satu tahun Taehyung dapat dengan bebas menghirup udara, bermain dan melihat dunia diluar RS. Walau tak sepenuhnya kembali seperti semula Taehyung tetap bersyukur karena eomma dan appa nya mau mengabulkan khayalan nya.

Seperti sekarang Taehyung tengah berada di sebuah taman dekat kedai ice cream tak jauh dari rumah tempat ia tinggal. Kalau saja Taehyung tak ingat bagaimana sakitnya ia, pasti sekarang ia sudah memborong habis ice cream di toko itu.




Taehyung menghela napas gusar, ia tak menikmati aksi jalan-jalan nya.

" Ternyata, aksi ini membuatku semakin tak tenang "

Terbayang di benak nya bagaimana panik wajah sang eomma, karena ia nekat kabur lewat pagar belakang hanya untuk jalan-jalan.

" Ini percuma, ah semakin dipikirkan semakin membuat ku sakit kepala, lebih baik aku pulang saja "




Terus berjalan menunduk, tanpa memperhatikan pejalan kaki lainnya, Taehyung ceroboh, ah ralat Taehyung hanya sedikit sial.

Tubuhnya terhuyung kedepan karena tak sengaja tertabrak anak seusianya yang berlari tergesa menuju sekolah.

" Ah..maafkan aku, maaf aku buru-buru "

Taehyung hanya memandanginya yang telah berlari menjauh dengan sesekali memegang pundak kanan nya yang terasa sedikit ngilu.


" Taehyungie..."

Taehyung berbalik, manik matanya menemukan sang eomma dengan syal di tangan nya. Menurunkan pandangan nya, ia sadar sekali lagi menyusahkan sang eomma.

" Tak baik, jalan-jalan di jam segini, lihat lah hidungmu mulai memerah "

Ny. Kim mengomel dengan tangan yang telaten memasangkan syal di leher putranya yang hanya menunjukkan cengiran tak bersalah.

" Apa Tae bosan berada di rumah "

Taehyung menggeleng, ia tak bosan tapi rasa ingin tahunya yang mendasari tindakan ceroboh barusan.

" Bagaimana dengan piknik, atau pantai, eomma rasa eomma bisa membujuk appa mu "

Mata Taehyung berbinar, senyumnya mengembang menampak kan gigi putih nan rapi miliknya. Tapi itu tak berlangsung lama, ia kembali menghela napas berat.

" Ketimbang piknik atau pantai, bagaimana dengan kembali ke sekolah "






Ny. Kim mengelus pundak tegap milik Taehyung, pundak itu di rangkul, berjalan beriring menuju kembali ke rumah.

" Bukan nya eomma dan appa tidak mau Tae-tae kembali ke sekolah, hanya saja eomma ingin kau aman "

' Di sana, di sekolah, aku tak mau putraku kembali terluka '










" Jimin ssi "

" Nde..saem "

" Pertandingan kali ini, apa kau mau mengikutinya, saem melihat kemajuan lari mu "






Jimin menerawang jauh percakapan bersama guru olahraganya tadi. Jimin masih menimbang jawaban yang akan ia berikan. Ia berada di posisi yang serba salah, ia mengakui bahwa ia suka olahraga itu, hanya saja sesungguhnya apa yang ia lakukan adalah sebuah larangan dari kakak nya, Seokjin.

Melatih kemampuan berlarinya saja sudah sebuah kebohongan yang berulang, apalagi ikut pertandingan, apa jadinya jika ia menghancurkan kepercayaan hyung yang sangat ia sayangi walau baru mendapatkan nya.

" Hei..Jim kau terlihat murung, apa ada yang menggangumu di sekolah atau dada mu berulah lagi "

Dengan hati-hati Seokjin bertanya, sebab Seokjin baru kali ini melihat kemurungan Jimin.

Jika sebelumnya Jimin selalu ceria di hadapan nya walau setiap kali tidur Seokjin selalu menemukan jejak air mata di wajah Jimin, namun kali ini Jimin menunjukkan ekspresi sedih.






Masih setia dalam bungkam, Jimin makan dengan pandangan tertutup, asal mengunyah dan meninggalkan Seokjin yang penuh dengan tanda tanya. Jimin tak pernah sediam ini.

Seokjin mengurungkan niatnya untuk kembali kekantor, ia memilih mengetuk pelan pintu kamar Jimin.

" Jiminie..bolehkah hyung masuk "

[Ceklek]

Yang Seokjin lihat kali ini lebih menyedihkan ketimbang kemurungan Jimin. Air mata itu, Jimin kembali menangis tanpa suara, menimbulkan sensasi sakit tersendiri bagi Seokjin.

Sedikit ragu untuk mendekat, ia belum sepenuhnya mengerti cara menenangkan Jimin karena ini kali pertama Jimin tak menyembunyikan tangisnya.




Seokjin menggeleng ia kekeh, merengkuh tubuh mungil itu, meski Jimin meronta ingin lepas. Jimin seperti kehilangan akal ia memukul dirinya sendiri, bahkan menimbulkan suara debuman yang cukup kuat.

Lantas Seokjin memegang erat tangan nakal Jimin.

" Hentikan Jim, hyung di sini "

" Bicaralah, hyung akan membantumu "




Setelah sekian menit, Jimin akhirnya terdiam, dalam pelukan hangat Seokjin.

Tangan Jimin melunglai, tapi ia masih dalam kesadarannya, hingga Seokjin menuntunnya duduk di tepian ranjang.

" Mianhae hyung "

Satu kata dari Jimin berhasil menghentikan aktivitas Seokjin yang sedang merapikan kamar Jimin. Seokjin mencoba mengambil alih pandangan Jimin.

" Katakan pada hyung, apa yang harus hyung maafkan, kau tidak salah Jim "

" Aku bersalah hyung, berulang kali aku membohongi hyung, aku...aku...salah, aku pikir..."

" Ssst...hyung akan memaafkan mu, hyung mengerti, jika impianmu adalah menjadi atlet lari hyung akan membantumu "

Jimin membolakan matanya, bagaimana mungkin selama ini Seokjin tahu kebohongan nya.

" Hyung tidak menguntit mu, kemarin guru PE mu menelpon hyung meminta izin untuk menyertakan mu di lomba lari antar sekolah "

" Apakah Jiminie mau mengikutinya "

Jimin kembali menitikan air matanya, kini ia bergerak maju, dan menggenggam tangan Seokjin erat.

" Hyung bolehkah aku melakukan nya "

Seokjin mengangguk pertanda setuju.

" Tapi hyung hanya mengizinkan mu mengikuti perlombaan setahun sekali, hyung tak mau terjadi apa-apa "

" Bagaimana Jiminie mau berjanji "

Senyum simpul Jimin tertuju pada raut Seokjin yang juga menularkan senyum di bibir Seokjin.

Jimin adalah anak penurut, tapi mempunyai keinginan yang kuat begitulah Seokjin mengambil kesimpulan pada watak Jimin.



" Lain kali, katakan pada hyung...apapun itu "

" Hyung janji tak akan marah "

" Ne..hyung janji, begitu juga Jiminie juga harus terbuka pada hyung, ya"

" Hmm..Jimin janji hyung "

Tak mudah menangani anak belasan tahun, apalagi urusan hati mereka, mereka memiliki rasa takut untuk jujur pada pelanggaran yang mereka buat tapi juga memiliki rasa ingin tahu yang kuat.

Seokjin berjanji akan memahami itu selagi masih dalam batas wajar.

Karena yang Seokjin inginkan adalah senyum bahagia yang benar-benar tulus, kembali ke dalam kehidupan Jimin.


----:----

30.03.19


L.O.V.E

©minietaechnoo

Reason My Life ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang