Chapter '18'

1.2K 151 6
                                    

~ Namjoon ~
(Teenage story of Namjoon)

Bumi menggelap, bersamaan dengan angin semilir berhembus pelan menggoda. Tak ingin kalah bulan pun terang sempurna menunjukan diri, menciptakan bayang remang pembiasan cahayanya.

Daun-daun bergoyang seirama, seakan mendengar dendangan angin malam.

Disini waktu bumi terjeda sejenak, memberikan kesempatan bagi penghuninya untuk mengarungi dimensi lain.

Nyatanya, tak semua penghuni menggunakan jeda bumi untuk hal itu.
Kim Namjoon salah satunya, teh hangat menemani obsidian yang tengah menerawang jauh.

Sesekali pasang mata itu berbalik sebentar memastikan kedua keponakannya yang terlelap.

Hatinya cemas tak karuan, perihal kepergian sang kawan yang tergesa.

Tak jelas apa alasan Kim Seokjin tancap gas setelah mengundang dirinya bermalam dirumahnya.

Katanya ada hal darurat, dan Namjoon harus menjaga dua bayi besar yang bertamu tiba-tiba.

Katakanlah Namjoon percaya, tapi tetap saja raut sedih bercampur cemas Seokjin menimbulkan tanda tanya tersendiri.

Tungkai jenjang Namjoon, perlahan meninggalkan balkon menuju tempat tidur dibelakangnya.

Berkali-kali Namjoon memejamkan matanya. Lelaki itu mencoba untuk tak penasaran, namun nyatanya ia kembali terjaga, duduk di tepian ranjang dengan dalih tehnya belum habis.

Membunuh sepi, Namjoon berkelana menyambangi dua keponakannya yang tidur tak beraturan.

Saking gemasnya Namjoon membidik, menciptakan kenangan manis.

Seperti kebanyakan manusia milenial lainnya ketika tidak bisa memejamkan mata, Namjoon menikmati itu dengan mengotak atik benda persegi nan pintar.

Tentu saja memori lama masih tersimpan disana. Potret dirinya dengan mendiang sang bunda tercinta.

Tak bisa membendung, tangis itu runtuh demi melegakan rindu yang tak terbalas.

Bahkan kini pikiran Namjoon kembali ke masa saat ibunya masih ada.
Sayangnya ketimbang bahagia, nostalgia Namjoon justru menampilkan masa kelam, awal mula dirinya tak bisa bermanja dengan sang eomma.

[Flashback]

“Eomma, bagaimana bisa ini terjadi?”

“Namjoon aa..masih ingat cerita eomma dulu, tentang ayahmu”

Namjoon remaja mengangguk seraya meremat kemeja putih khas anak sekolahan.

Matanya menyendu ketika melihat borgol yang melingkar ditangan halus sang eomma.

Jung Nara, sang ibu kandung, menjadi tahanan setelah dituduh menculik dan menyembunyikan cucunya sendiri.

Tak masuk akal, bahkan Namjoon tak terima hingga ia berani memberontak dan hampir mencekik hakim ketika dipengadilan ibunya.

Tebak siapakah pelapor itu, haha Namjoon bergidik ngeri, membayangkan orang yang tega melakukan fitnah pada istrinya sendiri.

“Namjoon, anak eomma, untuk saat ini eomma akan jalani hukuman ini, hingga Jihyun ditemukan”

Suara Jung Nara melemah, seakan pasrah sebab tak ada lagi pegangan yang dapat memenangkan dirinya.

“Eomma, bahkan buktinya belum jelas”

“Ayahmu, menunjukkan bukti palsu, ia membayar seseorang untuk mengaku telah menculik Jihyun atas perintahku”

“Ayah macam apa....bajingan itu, bukan ayahku”

“Sekarang, bantu eomma, temukan Jihyun, eomma yakin ia masih hidup”

Jung Nara menyodorkan sebuah figura perempuan yang tengah menggendong bayi.

“Jika Jihyun belum ditemukan, carilah wanita ini”

Namjoon memang tak begitu mengerti permasalahan yang sedang terjadi, akan tetapi ia tetap mencoba mencari Jihyun sebisanya dengan mengandalkan orang kepercayaan sang eomma.

Nasib buruk menimpa Namjoon, nihil pencarian Namjoon tak membuahkan hasil.
Parahnya Namjoon dibuang ke Jepang dengan alasan pendidikan.

Harapan Namjoon pupus ketika mengetahui orang yang dipercayai justru menjadi boomerang.

Patuh pada ayah, menjadi pilihan, sebab ancaman kehilangan nyawa sang eomma membuat Namjoon takut.

Tentu saja remaja mana yang siap kehilangan sosok ibu.
Namjoon tak serta merta pasrah, ada kalanya ia memberontak dan berhasil kabur ke Seoul, mengunjungi tahanan.

Musim semi ketiga semenjak ia di Jepang menjadi terakhir kali ia disana, Namjoon tak lagi perlu kabur, ia terheran-heran kenapa ia dipulangkan tanpa syarat.

Rupanya kenyataan pahit menunggu Namjoon, Jung Nara berhasil mengakhiri hidupnya dalam sel tahanan.

Menangis, meraung, tak terima kepergian mendiang ibunya.

Keputusan akhir Namjoon akan berdiam diri, menutup hatinya, tak mau lagi berurusan dengan keluarga Kim.

Sayangnya, Namjoon tak kuat melakukan itu ketika presensi bocah cilik bermata bulat, menggemaskan, selalu berhasil menggoyahkan benteng pembatas yang Namjoon bangun didepan keluarga tirinya.

Kim Taehyung kecil, anak yang diadopsi sebagai pelipur lara kakak tiri beserta istri setelah kehilangan jejak putra mereka, Kim Jihyun.

Bocah kecil itu seperti pelangi berjalan yang selalu membagi jutaan warna kesemua manusia yang ia temui.
Terlebih ia terlalu istimewa hingga Namjoon selalu merasa ingin menjadi pelindung malaikat kecil itu.

Perlahan hubunganya membaik hanya dengan sang kakak, tidak lebih. Namjoon diam-diam kembali menjalankan pesan sang eomma, mencari Jihyun dengan kekuatannya sendiri.

[Flashback off]

“Lihatlah eomma...Jihyun ada disini, dia masih sama gempalnya seperti dulu, ah bukan...sekarang namanya Jimin, Kim Jimin”

Jihyun putra sematawayang Kim Taejoon dan Kim Soora yang kini lebih dikenal sebagai Kim Jimin, siswa menengah yang tampan dan juga menggemaskan.

“Eomma...sekarang Jihyun telah kembali, apa aku masih harus mencari wanita itu”

Namjoon bertanya pada figura ibunya sambil menatap intens Jimin yang terlelap.








....:....
24.10.19


L.O.V.E
©minietaechnoo

Reason My Life ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang