Chapter '16'

1.2K 170 7
                                    


.

.

.

~~ ᴅᴇɴ ɴᴀᴛᴛᴇɴ ~~
.

.

.

....:....

[Malam itu]

“Hyung, apa hyung tak menyesal“

“ Eum..”

Jimin menatap heran mencoba mencerna pertanyaan Taehyung.

“ Karena ku, hyung harus merasakan pedihnya cambukan itu “



Taehyung beranjak, mengendap berharap eomma dan appa nya telah berlayar ke dimensi lain.

Kaki kurus tanpa alas itu mengitari area yang biasa digunakan ayahnya menyimpan segala peralatan dan obat-obatan.

Ketimbang bingung dan menghabiskan waktu untuk berpikir, Taehyung memilih meraup sekotak obat salep, yang ia ingat jika luka yang memar obatnya adalah salep dan juga iodine, tapi ia tak tahu jenis salep yang mana.


“ Jim hyung, sini “

Suara bisikan membuat Jimin tersentak, kenapa harus berbisik, ah iya Taehyung tak ingin membuat kegaduhan dan memancing keributan.

“ Tae ahh..kenapa kau bawa semuanya “

“ Aku tak tahu yang mana “

Kotak itu lantas diletakkan begitu saja, kemudian ia meraih ponsel Jimin yang sedari tadi mengganggur diatas kasur.

“ Hyung..ayo searching “

Jimin ingin sekali menertawakan, tapi lebih baik mengubur humor itu, ia tak mau mengecewakan Taehyung yang rela mengendap mencari obat.

“ Tak perlu Tae..kita pake yang ini, berbaliklah  biar ku oleskan “

Taehyung menggeleng, ia bersikeras bahwa Jimin harus lebih dulu mendapat pertolongan,  membuat Jimin mau tak mau menurut.

“ Baiklah, kalau begitu berbaliklah, aku bisa mengolesnya sendiri, ayo berbaliklah “

Jimin memutar balik badan Taehyung, ia tak mau menakuti adik yang ia sayangi itu.

Perlahan Jimin membuka kancing seragam sekolahnya, tapi entah kenapa terasa begitu sulit.

‘Oh ayolah Jim jangan manja‘

Jimin merutuki dirinya yang kesulitan membuka kaos dalam setelah berhasil mencopot kemeja luar.

“ Arghhh..”

Rintihan terdengar ditelinga Taehyung, yang kemudian reflek berbalik dan menemukan Jimin belum juga mengobati lukanya.

“ Kemarilah jangan membantah hyung “

Lagi Jimin kalah, toh memang dia butuh bantuan.

Jimin memejamkan matanya, berharap Taehyung tak berkomentar atas apa yang akan Taehyung lihat pada tubuhnya.

“ Hyu..hyung..”

Benar saja bocah itu tergagap, tak bisa menahan pilu yang tersalurkan dari berbagai bekas luka dipunggung Jimin.

“ Sejak kapan hyung...”

“ Oh..ini bekas luka lama Tae..sudahlah tolong oleskan ke lukanya saja “

Perlahan luka itu dibersihkan, dan diolesi salep yang tadi di pilih Jimin.

Tiupan halus juga mengiringi setiap kali olesan itu mendarat pada luka Jimin.

“ Siapa yang melakukan ini pada hyung “

“ Ayah angkatku “

Jawaban singkat itu membatasi Taehyung untuk kembali bertanya, ia ingat bahwa Jimin dulu adalah pasien samchon nya, yang bekerja di tahanan remaja.

“ Maaf..”

Entah sejak kapan tetesan bening itu mengalir deras.

Perih melumuri hati Taehyung, menyesal karena merasa telah merampas hak Jimin sedari dulu, dan kini Taehyung merasa bersalah sebab lagi-lagi menjadi penghalang kebahagiaan Jimin.

“ Untuk apa meminta maaf, Tae aa..aku senang Tuhan mempertemukan aku denganmu, seharusnya aku yang meminta maaf, karenaku kasih sayang eomma dan appa terbagi “

Taehyung menggeleng kuat, tangannya meraih tangan kosong Jimin meremat pelan menyalurkan semangat.

Ia usap air mata Jimin perlahan menggunakan ibu jarinya.

“ Uljima hyung, aku akan selalu ada untukmu “

Bukan terhenti kini Jimin semakin terisak bahkan memeluk erat Taehyung.

Sesaat Jimin lupa akan rasa sakit di punggungnya.



Lama mereka berpelukan hingga salah satu tangan melemas.

“ Tae..aa kau tidur “

Jimin bingung, lalu setelahnya ia merasa tubuh Taehyung memberat. 

Jimin lantas panik, Taehyung nya tak bergerak, bukan tidur melainkan berkelana ke semesta lain.

Tangis Jimin menjadi kalut, segera ia menelpon samchon nya, bahkan berteriak dipenghujung kalimat.

Tn. Kim terbangun lantaran mendengar teriakan Jimin, lalu segera menuju ke sumber suara.

Apa yang terlihat di mata Tn.Kim adalah kenyataan yang harus segera ia tangani.

Jimin memangku Taehyung yang terpejam sedang tangan sebelahnya mengumpat melalui sambungan telepon.

“ Taehyungie..sadarlah nak “

Jimin menoleh, melempar tatapan memelas, berharap appanya tak sembarang bicara barusan.

Tuhan maha kuasa, Tn.Kim tergerak hatinya, bahkan kini ia sendiri yang menggendong Taehyung dan membawanya ke rumah sakit.

Perlu diketahui semenjak Taehyung pergi kala itu, Tn. Kim telah menyingkirkan semua peralatan medis yang biasa digunakan saat Taehyung kambuh.

....:....

Dari celah tirai Jimin berderai liquid bening, sungguh perih melihat bagaimana Taehyung ditangani.

Doa, Jimin hanya merapalkan itu berulang kali, berharap tadi bukan terakhir kalinya ia memeluk Taehyung.

‘ Tae..ingat janjimu saeng ‘


....:....
09.05.19
 

L.O.V.E
©minietaechnoo


Reason My Life ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang