Suara dobrakan pintu tak dapat mengalihkan fokus kedua orang itu. Yang satu terus melecehkan dan satunya lagi terus berusaha menyelamatkan dirinya sendiri.
"Brengsek," Marvell dengan cepat menarik orang itu dan menghajarnya tanpa ampun.
"Hikss.. kakak hiks hiks.. Cheli takut kak, dia ma-mau lecehin Cheli hikss.. hikss," Cheli langsung memeluk Matt dan membenamkan wajahnya di dada Matt.
"Sshttt tenang ya sayang, princess nya kakak sekarang udah aman hmm," ucap Matt menenangkan Cheli walau sebenarnya ia sudah sangat marah atas perbuatan orang itu kepada adiknya.
Lihatlah sekarang keadaan adiknya ini. Mengenaskan. Dengan rambut yang berantakan, baju yang sudah tidak rapi lagi dan beberapa bercak merah disekitar lehernya.
Kenan dan Ravi bahkan akan ikut serta memukuli orang itu jika tidak dihalangi oleh Marvell yang ingin melakukannya sendiri. Marvell ingin orang itu tidak bisa lagi melihat matahari, ia ingin memberi penyiksaan yang tak akan pernah dilupakan oleh lelaki itu.
Cheli terus menangis ketakutan, ia semakin memeluk erat sang kakak yang sedang menangkannya. Ia merasa kotor, ia takut.
Sekarang banyak yang mengerumuni toilet tempat mereka berada, beberapa dari mereka mulai berbisik dan merekam apa yang terjadi didalam sana.
Orang-orang tentu kaget melihat siapa yang ada disana. Mereka tidak menyangka siapa yang mereka lihat saat ini. Mereka melihat keluarga Xavior yang terkenal akan kekayaannya dan ketenarannya dimana-mana. Tidak ada satupun dari mereka yang tidak mengenal keluarga itu, hanya saja mereka tidak mengenal seorang gadis yang tengah dipeluk oleh anak sulung kedua dari keluarga Xavior.
Menebak-nebak siapa sebenarnya gadis tersebut karena memang Cheli tidak pernah diketahui publik demi keamanan dan keselamatannya.
Matt merasa adiknya itu semakin lama semakin melemas dan akhirnya pingsan. Ia panik saat melihat wajah Cheli yang memerah dan hidungnya yang mengeluarkan darah.
"Princess hei bangun sayang, hei princess nya kakak," panik Matt, bahkan tangannya bergetar saat mengelap darah yang keluar dari hidung Cheli.
Kenan dan Ravi yang melihatnya juga terdiam beberapa saat tapi kemudian berteriak dan menyuruh Matt segera ke rumah sakit.
Marvell yang mendengar nama adiknya itu langsung menoleh dan melihat keadaan adiknya. Rasanya, hatinya kini hancur melihat keadaan sang adik. Ia merasa tidak becus menjaga adiknya.
Segera ia palingkan wajahnya dan melihat kearah laki-laki itu yang wajahnya sudah mengenaskan, amarahnya semakin menggebu-gebu saat melihat laki-laki itu tersenyum ah tidak menyeringai sedikit.
"Kau, lihat saja aku akan mengirim dirimu ke Neraka dengan caraku sendiri," ucap Marvell dengan suara seraknya.
Ia segera menghubungi anak buahnya yang berjaga di Mall ini dan menyuruh mereka membawanya keruang eksekusi.
Matt dengan cepat berlari kearah parkir mobil mereka dan langsung mengambil alih bagian kemudi dan dengan cepat membawa mobil kearah rumah sakit.
"SUSTER CEPAT!!" sesampainya di rumah sakit Ravi langsung meneriaki para suster yang ada disana untuk membawa adik mereka.
Cheli diletakkan di brankar rumah sakit dengan hati-hati oleh Matt. Mereka ikut mendorong brankar agar Cheli bisa cepat mendapatkan pertolongan.
"Mohon maaf silahkan kalian tunggu diluar," ucap salah satu suster.
"Tidak! Aku akan ikut," ucap Kenan sambil berusaha masuk.
"Maaf tuan jika anda seperti ini, proses pemeriksaan pada nona akan terhambat,"
"Kenan, sebaiknya kau duduk dan kita tunggu saja hasilnya. Semoga princess tidak apa-apa," ucap Marvell datar.
"Baiklah, mohon tunggu sebentar dan dimohon untuk tidak membuat keributan,"
Pintu ditutup. Keempat saudara itu hanya bisa termenung dengan tatapan kosong dan wajah datarnya. Mereka sekarang merasa benar-benar tidak becus untuk menjaga princess mereka, kesayangan mereka.
Mereka hanya berharap semoga adik kecil mereka tidak apa-apa. Ya, semoga saja.
Maafkan kami princess. Batin mereka.
Ceklek.
Pintu ruangan terbuka, dengan siap mereka langsung berdiri dan berjejer tepat dihadapan sang dokter yang memeriksa keadaan Cheli.
"Baiklah sebelum itu, salah satu dari kalian bisa ikut keruangan saya," ucap dokter.
"Baik, saya yang akan ikut," ucap Marvell.
"Apakah sudah boleh dijenguk?" ucap Kenan seperti bukan orang yang bertanya pada umumnya dengan nada datarnya.
"Silahkan dijenguk setelah pasien dipindahkan keruang-"
"Pindahkan keruang VVIP," dengan cepat Matt menyampaikan ruangan yang akan ditempati adik kecilnya itu.
"Baiklah, suster silahkan pindahkan nona keruangan VVIP disini,"
Mereka segera memindahkan Cheli keruang rawat VVIP disana diikuti semua saudara itu, kecuali Marvell yang mengikuti dokter menuju keruangan sang dokter.
"To the point saja,"
"Baiklah tuan Marvell adik anda hanya kelelahan yang menyebabkan dia mengalami mimisan atau keluarnya darah dari hidung nona,"
"Ekhm, maaf sebelumnya tuan. Apakah adik anda sempat mengalami pelecehan saat sebelum kesini," ucap sang dokter ragu.
"Kenapa?" Marvell menjawab dengan ekspresi yang datar tapi sirat akan kekhawatiran yang tidak ditunjukkannya oleh orang luar.
"Saat saya memeriksa tadi saya melihat beberapa bercak kemerahan di sekitar leher nona, saya takut jika nantinya nona mempunyai trauma, walaupun tidak berat tapi tetap saja akan menggangu kesehatan nona apalagi mentalnya," jelas dokter.
"Sembuhkan adikku. Berapapun akan saya bayar asalkan dia bisa sembuh dan menghilangkan traumanya," ucap Marvell dengan tegas dan jangan lupa nada memerintah disana.
"Baiklah tuan Marvell, saya akan menghubungi dokter psikologis terbaik disini untuk menyembuhkan trauma adik anda. Baiklah itu saja yang akan saya sampaikan,"
"Terimakasih. Permisi," ucap Marvell.
-------------------------
Haloo 👋.
Aku update lagi ;).
Jangan lupa 🌟&💬 ;)).
![](https://img.wattpad.com/cover/167925346-288-k503995.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Family Possesive
ActionSelama 11 tahun tinggal terpisah dengan keluarga kandungnya karena suatu kejadian yang menyebabkan dia harus berpisah dengan keluarganya dan tinggal di Paris bersama Kakek dan Neneknya beserta sepupunya.