Di sebuah ruangan yang gelap minim akan pencahayaan nampak seorang pemuda tengah duduk dengan tenang walau tersimpan rasa takut dan khawatir tapi ia menutupinya dengan wajah datarnya.
Ceklek.
Pintu ruangan terbuka, seseorang berjalan dengan tenang mendekat kearah pemuda tersebut.
"Bagaimana kabarmu?"
"....''
"Tempat yang bagus bukan, jika kau melihat dengan teliti di sekelilingmu"
"Mayat-mayat mereka yang sudah lama ada disini. Mereka yang mencoba mencelakai keluargaku. Disinilah tempatnya dan kau akan menjadi bagian dari mereka," kata Marvell dengan tenang beserta seringainnya.
Orang yang memasuki ruangan itu adalah Marvell, hanya Marvell seorang. Dimana yang lain? Yang lain tidak ikut bersamanya agar tidak menimbulkan kecurigaan bagi Cheli. Kenapa tidak dengan Mommy mereka? Karena Mommy mereka sudah mengetahui hal-hal seperti ini akan terjadi.
"Well, sepertinya kau menjadi bisu setelah beberapa saat. Baiklah kau tidak ingin berlama-lama bukan? Aku juga tidak ingin berlama-lama jadi mari kita selesaikan sekarang,"
Marvell memberi kode dengan tepukan tangannya menyuruh anak buahnya yang berada diluar ruangan menemuinya dengan membawa sesuatu yang sudah ia siapkan.
"Ini tuan,"
"Buka kopernya. Aku ingin memilih yang paling bagus dan tajam untuk orang ini,"
Sebuah koper yang didalamnya berisikan berbagai macam pisau dan belati runcing yang memiliki ketajaman yang sangat bagus.
Marvell menaruh semua pisau ataupun belati yang digunakannya untuk menyiksa sanderanya di sebuah koper berwarna merah darah yang pekat.
"Ah, aku harus memakai yang mana kali ini? Kau ada ide?" tanya Marvell kepada anak buahnya. Sedangkan yang ditanya hanya terdiam mengatupkan bibirnya rapat-rapat enggan menjawab pertanyaan tuannya itu.
"Ck, baiklah. Sepertinya yang kecil ini bagus, pas ditanganku dan juga pastinya akan sangat pas untuk membuat sebuah ukiran yang indah. Ah, bukan sebuah, mari kita buat beberapa ukiran yang indah nantinya,"
Dua orang disana mematung mendengar penuturan Marvell. Walaupun anak buahnya sudah sering melihat Marvell seperti ini tetap saja itu terlihat mengerikan jika ia bersikap sangat tenang, sedangkan yang satunya lagi diam mematung menahan rasa gugupnya dengan wajahnya itu.
"Let's start," ucap Marvell dengan berbisik.
"Dimana seharusnya aku mulai ya? Hmmm"
"Kau ada saran bastard? Dimana seharusnya aku memulai," Lelaki itu hanya diam, enggan untuk menjawab pertanyaan yang terlontar dari mulut tenang Marvell.
"Well, karena kau diam saja, sebaiknya kita mulai dari lehermu. Sama seperti apa yang telah kau perbuat pada adikku, tapi tenang saja karyaku kali ini akan sangat indah."
Marvell mulai menggoreskan pisau itu ke leher orang yang berada di hadapannya.
"Aakkhh... Hentikan. Dasar bajingan!"
"Kau tidak bercermin, huh?"
Dengan perlahan Marvell mulai turun ke tangan lelaki itu dan membuat sebuah tanda silang disana.
"Kau tau mengapa aku membuat tanda X ini?"
"Aakkhh.."
"Ini artinya tempat - tempat dimana anak buahku harus menyelesaikan tugasnya, menusuk tanda-tanda itu."
Mengerikan. Memang. Apapun yang menyangkut keluarganya Marvell bisa berubah menjadi orang yang sangat mengerikan. Tidak peduli pandangan orang terhadapnya. Karena menurutnya keluarganya merupakan prioritas utamanya.
"Selanjutnya dimana kita akan berkarya lagi?"
"Apa kau bilang? Kakimu? Ah, baiklah kita akan lanjutkan hehehehe."
Katakanlah Marvell gila karena menjawab pertanyaannya sendiri dan tertawa sendiri. Itu karena hasrat untuk membunuh lelaki itu makin menggebu di dadanya.
Apalagi saat mengingat apa yang dilakukan bajingan didepannya ini pada adik kesayangannya. Princess-nya.
Dia tentu tidak akan tinggal diam saja. Marvell merupakan orang pertama yang akan menjadi tameng bagi adik perempuannya itu jika adik kecilnya itu ada dalam bahaya.
"Okay, kita akan membuat lambang tengkorak disini, bagimana?
"Akkhhh... Akhhh. Stop. Lebih baik bunuh saja aku langsung!!"
"Ahh tentu saja. Tapi belum waktunya. Kita akan bersenang-senang dulu dear."
"Akkhhhh.." Ia merasakan sakit di pahanya. Darah-pun muncrat dan merembes dari pahanya. Sebab Marvell menancapkan pisau kecilnya disana, kemudian mencabutnya lagi.
"Apakah hanya segitu kemampuan bertahanmu? Cih, dasar lemah."
"Urus dia, jangan sampai ada yang menyiksanya selain diriku. Aku akan pergi."
"Kita cukupkan permainan sampai disini dulu bagaimana?"
"Anggap saja sebagai pemanasan, sebelum kita ke tujuan utama kita," Kata Marvell sebelum ia meninggalkan tempat kumuh nan gelap itu. Karena sekarang ia sangat merindukan adik kecilnya itu.
Hahh, betapa rindunya dia sekarang padahal baru beberapa jama saja tidak bertemu.
I'm home sweety.
------------------------------
Maaf banget buat semuanya yang masih mau nungguin cerita gaje ini update.
Jujur aja aku sempet males buat update, karena satu dan lain hal. Tapi karena kalian semua akhirnya aku mulai ngetik lagi walupun sedikit-sedikit.
Dan aku juga agak lupa dikit sama cerita ini, hehehe. Jadi mohon dimaklumin ;).
Maaf dan makasi ya buat semuanya yang masih nungguin updatenya. Aku bakal usaha buat tetep update buat kalian semua.
Maaf kalo typo hwhwhw
Ily:)
KAMU SEDANG MEMBACA
Family Possesive
ActionSelama 11 tahun tinggal terpisah dengan keluarga kandungnya karena suatu kejadian yang menyebabkan dia harus berpisah dengan keluarganya dan tinggal di Paris bersama Kakek dan Neneknya beserta sepupunya.