Namanya Zulfa

0 0 0
                                    

Sebuah handphone yang ia genggam berdering, lantas ia menempelkan handphone tersebut di dekat daun telinganya.

"Ada tabligh Akbar! Wah, mau dong. Dimana?".

"Oh deket itu. Kapan?".

"Hari Minggu? InsyaaAllah deh".

Setelah sambungan telepon terputus, ia lantas melepas sandal dan masuk kedalam masjid. Adzan isya akan segera berkumandang, ia harus segera mengambil air wudhu, jangan sampai tertinggal shalat berjamaah.

"Aduh! Mas Soni! Jangan adzan sekarang! Aku belum punya wudhu!".

"Salah mu sendiri, kenapa telat ke mesjid".

"Ughh.. mau tau aja urusan orang!" Katanya lantas berlari ke arah tempat wudhu

"Zulfa ...zulfa"  sembari menggeleng pelan

Ya, wanita itu bernama Zulfa. Zulfa yang manis, Zulfa yang baik, Zulfa yang cantik, Zulfa yang shalehah, Zulfa yang terkadang keras kepala namun mempunyai hati yang mudah tersentuh, semua mata yang menatapnya pasti akan terpesona.

Mata yang bulat, kulit putih bersih, pipi yang sedikit tembem, dan bentuk badan yang ideal, wanita yang hanya dimiliki oleh seorang pria.

Pria itu bernama Muhammad Hilmi Faisal, seorang vokal di salah satu grup Hadroh Ikhwan, seorang pria yang begitu banyak penggemar karena suaranya yang khas, paras nya begitu memikat hati kaum hawa, namun hatinya telah terpikat pada satu wanita.

Hubungan yang berawal dari chatingan hingga larut malam, saling bertukar kabar, saling sapa hingga cinta mulai menyapa hati mereka.

Namun, keputusan Hilmi untuk tidak mengabari Zulfa akhir akhir ini adalah keputusan yang berujung penyesalan.

"Dit, pinjem hape ente".

"Bentar dong , Mi. Ane lagi chattingan nih".

Alis Hilmi menanjak, Hilmi memang manusia kepo yang ingin segala tahu apa yang tengah dilakukan teman sepanggungnya

"Chattan sama siapa sih? Mana sini ane pinjem bentar!". Hilmi dengan keras kepala merebut hape itu dari tangan Adit

Beberapa detik kemudian, mata Hilmi membulat setelah mengetahui Adit sedang beradu pesan dengan siapa.

"Zulfa?" Ucap Hilmi heran

Adit menggaruk tengkuknya, sekarang ia tengah merangkai kata untuk tidak membuat sahabatnya salah paham

"Ente udah berapa lama chattan sama Zulfa?" Hilmi menahan emosi nya sekuat yang ia bisa " berapa lama, Dit? 

"Akhir akhir ini, semenjak ente udah gak ngehubungin dia lagi" ucap Adit

"Ente tau kan, keputusan ane untuk gak ngehubungin dia karena ane gak mau dia dosa, ane pun udah ngasih tau ente" jeda beberapa detik " dan sekarang ane jadi yakin kalo ente memanfaatkan kondisi ini kan?".

"Mi! Ane gak mungkin ngehianatin ente. Ane...ane-".

"Terus ini tanda apa Dit? Tanda hati kan?".

"Itu kepencet, Mi"

"Ck,lanjutin deh chatingan nya"

Hilmi beranjak dari kursi, perasaannya saat ini sangat sakit, ia membutuhkan waktu untuk sendiri.

Laa TahzanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang