Selepas menonton aksi Hadroh Hilmi, Zulfa dan Alif memutuskan untuk pulang, dan menemui dahulu Ineke yang masih berdiri berbincang walau sudah sangat lama, mungkin perbincangan yang menarik.
“Bu pulang yu” ajak Zulfa
Ineke menoleh, nampaknya ia sudah cukup lama di kondangan ini. Sampai ia lupa untuk bersih bersih di rumah setelah pulang.
“Bu, pamit dulu ya. Lain kali main kerumah saya, gak pindah tempat kok”. Kata Ineke
Zulfa menghela nafas, jika ibunya terus berbicara obrolan ini pun tidak akan ada ujungnya.
“Buuu”. Zulfa mengayunkan lengan Ineke, segera Ineke meminta pamit pada teman sejawatnya.
Saat keluar ruangan, mata Zulfa tidak sengaja menangkap sosok yang Zulfa tengah jauhi segala sesuatu yang terkait dengan lelaki itu.
“Kita lewat jalur kiri aja”. Zulfa menarik lengan Ineke, Ineke dan Alif bertatapan bingung
“Kan parkiran disana, kalau kesini jalan Gang nantinya”. Kata Alif berusaha mensejajarkan langkah dengan Zulfa
“Gak papa, kita muter aja”. Ucap Zulfa seenak jidat
“Dek, jauh banget itu”. Ucap Ineke
Zulfa memberhentikan langkahnya, mana mungkin ia memaksa sang ibu untuk menuruti keinginan anaknya yang aneh ini.
“Yaudah balik lagi”. Kini Zulfa memilih berjalan di belakang,
Saat berjalan melewati beberapa podium, jantungnya masih berdebar hebat, seolah dia akan bertemu malaikat pencabut nyawa, mungkin dirinya terlihat malu ketika bertemu dengan mantannya itu.
“Zul...Zul”.
Sebuah tangan menarik lengan Zulfa, Alif dan Ibunya sudah berjalan jauh hingga tidak nampak sudah di kedua matanya.
Mata Zulfa melotot, mau apa lelaki tidak sopan ini.
“Lepasin! Kamu tuh gak tau cara menghormati wanita, ya!?”. Kesal Zulfa
“I..Iya maaf. Soalnya Gue mau tanya Lo kok bisa ada disini?”.
Pertanyaan apa itu? Yang jelas dia disini sebagai tamu undangan.
“Kamu gak liat baju ku? Jelas jelas aku kesini karena di undang”.
“Bukan berarti ada Hilmi kan?”. Luthfi tertawa
Kepala Zulfa menoleh sempurna kearah Luthfi. Karena Hilmi?
“Gak jelas tau gak. Minggir aku mau pulang” Zulfa mengangkat sedikit baju gamisnya karena takut terinjak
“Hati hati, Zul”. Ucap Luthfi
Zulfa tak menggubrisnya, dia fokus sedari tadi dengan gamis menjuntainya
Tanpa disadari dia melihat sebuah sepatu pantofel berwarna hitam, berada didepan sepatunya.
“Minggir kamu”. Perintah Zulfa.
Zulfa pikir itu Luthfi namun sangkaannya salah.
“Silahkan”. Sepatu pantofel itu bergerak memberikan ruang untuk Zulfa berjalan.
Namun sesuatu seolah memberatkan langkah kakinya untuk bergerakKepala Zulfa mendongak perlahan. Perlahan hingga mata itu ia temui lagi untuk yang kedua kali.
Astaghfirullah, Zinah mata. Pikir Zulfa sembari memalingkan wajahnya. Nyatanya Hilmi pun melakukan hal yang sama.
“Aciee cie, itu mumpung penghulunya masih makan, kalian mau gue nikahin nih?”. Ucap Luthfi.
Keduanya tersentak, Zulfa seperti ada aliran listrik menyengat hingga ke otak, dan membuatnya sulit bergerak dan Hilmi memilih untuk tidak berbicara.
“Maaf dia cuman bercanda. Jangan terlalu dianggap dan jangan dibawa suasana, aku pun belum menginginkannya”. Kata Hilmi yang seolah membuat gravitasi bumi berhenti.
“Aku pergi..”.
Zulfa berjalan dengan cepat, otaknya kini mencari cara untuk tidak berprasangka buruk pada lelaki itu. Dan juga mengobati kembali hatinya ketika lelaki itu hadir kembali.
“Gimana sih Lo. Lo ngomong jangan datar gitu kenapa”. Seru Luthfi tak percaya dengan ucapan sahabatnya
“Ane pernah bilangkan kalau hidup itu perlu berubah”.
“Tapi Lo kelewatan, Mi”.
“Itu demi kebaikannya, ente mau dia baper terus ente harus nanggung dosanya?”.
“Ngga, Ish!”.
“Yaudah gitukan”.
Hilmi berjalan memasuki ruangan, kini benar dia telah berubah, namun sebenarnya Hilmi tidak tau jika perkataannya tadi untuk sekadar menasehati atau mengutarakan apa yang tengah ia rasakan selama ini, patah hati.
Maaf jika terlalu membuat luka di hati mu semakin dalam, aku berdoa semoga kamu dapat memenuhi janjimu untuk memperbaiki dirimu lebih baik lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Laa Tahzan
RomanceApa jadinya jika seseorang yang mempunyai keterikatan hubungan dimasa lalu kembali hadir menumbuhkan luka, penyebab utama hancurnya sebuah ikatan persahabatan hingga banyak menyakiti perasaan manusia? persahabatan dan percintaan? manakah yang akan...