Hidup mengajarkan jika kesedihan datang ketika hati jauh dari Sang Maha Pencipta, dan juga bahagia tak sepenuhnya datang dari manusia namun kebahagiaan datang dari Sang Maha Pencipta.
“tentang filosofi hidup aku ambil dari secangkir kopi” ucap ku ditengah tengah perjalanan menuju rumah
“secangkir kopi?”keningnya berkerut
“hm. Walaupun pahit namun bisa dinikmati”
“seperti hidup. Walaupun pahit namun bisa kok dinikmatin sama senyum” aku menampilkan seringai gigi putih, menunjukkan senyum sesempurna mungkin
Dia menahan tawa, hingga kedua pipinya mengembung
“lucu kamu”. Ucapnya
“hehehe makasih Zidan”.
Dia Zidan, teman baruku yang begitu baik, kami bertemu tanpa sengaja dalam sebuah tragedi.
“Rrrrrrrrggh...siapa kalian?” tanya ku dengan takut
Aku takut di kala sore hari waktu itu, aku dicegat beberapa orang preman yang sangat menakutkan. Semakin preman itu mendekat langkah ku semakin mundur hingga aku tak menyadari ada sebuah tembok di belakang.
“Laa Haula Wa La Qu'ata Illa Billah” ucap ku
“memangnya kita setan!” jawab salah satu preman
“kalian mau apa!” tanya ku
Mereka tertawa “ mau kamu dek”.
Aku berusaha menelan Saliva, tubuhku bergetar hebat hingga mengeluarkan keringat.
“bawa dia”. Titah salah satu preman
“ ENGGAK! TOLOOOOOOOOONG!”. Teriakku, aku menangis ketika preman itu berusaha menarik ku.
“dasar keras kepala! Aku akan melepaskanmu kalau sudah mencoba“.
Ketakutanku menjadi, aku tak mau masa depan ku hancur. Aku berusaha memberontak, berusaha berlari, namun tangan mereka sangat besar hingga aku merasa lemas.
Hasbunallah wa ni'mal wakil..
BRAKK!!!
Seketika tubuh mereka melayang, sebuah tangan terangkat bebas ke udara bersama dengan sebuah pukulan. Aku tertohok hingga terduduk.
“brengsek!”
Aku menangis, mengapa mengalami hal seperti ini, jika tidak ada pria itu mungkin masa depan yang telah ku rancang akan hancur
“ka..kamu gak papa?” tanya nya
Awalnya aku takut namun aku memberanikan diri untuk menatapnya.
“gak...gak...pa..pa”jawab ku
“rumah kamu dimana?” tanya nya lagi
Aku tak berani menatapnya, saat itu aku berusaha menormalkan kembali dentuman jantungku.
“nama kamu siapa?” jeda beberapa detik “tadi aku nanya rumah kamu dimana gak dijawab, sekarang aku nanya namamu, tolong dijawab“
Aku menatap lagi manik matanya, wajahnya jelas menyiratkan bahwa ia sangat khawatir.
Lidahku seakan keluh, tidak bisa berucap sepatah katapun.Andai jika tatapannya tidak seperti itu, mungkin aku tidak akan insomnia
KAMU SEDANG MEMBACA
Laa Tahzan
RomanceApa jadinya jika seseorang yang mempunyai keterikatan hubungan dimasa lalu kembali hadir menumbuhkan luka, penyebab utama hancurnya sebuah ikatan persahabatan hingga banyak menyakiti perasaan manusia? persahabatan dan percintaan? manakah yang akan...