Zidan itu siapa?

0 0 0
                                    

Sebuah cubitan kecil mendarat dikedua pipiku. Pipiku yang malang, apakah ini sudah menjadi takdir baginya untuk terus tersakiti, cukup hati aku yang sakit tidak untuk yang lain

“Zidan! Sakit”.

Zidan tertawa keras, aku tidak tahu kenapa dia selalu mencubit kedua pipiku

“Habisnya kayak bakwan sih, bulat. Maunya dimakan” jawabnya

Aku mencubit kecil lengannya hingga ia meringis

“Sakit, Zul..”

“biarin, habisnya tanganmu ini jahat”

Zidan terkekeh, entah kenapa perjalan menuju rumah begitu tak terasa, mungkin akibat candaan ku dan Zidan, hingga aku tak menyadari rumahku sudah ada di depan mata

“buru pulang gih, mama mu nunggu”

“dari tadi juga mau pulang, kamu tuh kenapa gak sekolah?“ tanya ku seketika raut wajahnya berubah

“kamu belum tahu tentang diriku sepenuhnya”,

“ada rahasia besar zul”.

Tunggu, kenapa hatiku berdetak kencang? Rahasia besar? Apakah aku salah telah berteman dengannya?

“apa?”

“Nanti aku beri tahu”

“kapan?”

“Nanti”

“Nanti itu kapan?”

“pusing deh aku, pulang sana! mama mu sudah masak buat kamu”

Aku mendelik kearahnya

“awas ya kalau ingkar janji! Kamu tahu salah satu ciri orang munafik itu yang ingkar janji”

Zidan terkekeh kecil

“iya ustadzah Zulfa”

Walau hatiku masih bertanya tanya apa itu rahasia besar tapi ada sedikit rasa takut terhadap Zidan. Lelaki yang baru aku kenal beberapa hari, tanpa aku ketahui identitas dirinya dan, aku baru pertama kali melihat Zidan, apa dia pindahan dari luar?,

“Ngelamun mulu sih, pasti lagi mikirin anak berandalan itu” celetuk Mas Soni yang sudah berada di depan ku di meja makan

“apa sih Mas Soni, siapa yang berandalan?”

“Zidan! Ngaku deh?! Katanya gak mau mikirin laki laki”

“Tau ah. Gak penting!”

Andaikata Mas Soni berubah menjadi pangeran baik hati atau menjadi malaikat berhati lembut, pasti hari hari ku menyenangkan

“Dek, Zidan itu anaknya siapa sih? Kok ibu baru liat ya? Pas dia nganterin kamu itu”.

“Zulfa juga gak tau, tapi Zidan baik kok, bu”

“Jangan sembarangan menilai orang baik, kan ada tuh serigala berbulu domba” timpal Mas Soni

“beda lagi sama Mas Soni. Mas Soni itu serigala berbulu gorila!”

“Eeeeh, Sudah sudah. Kok pada ribut” Ibu menengahi

“Pokoknya ya Bu, Mas gak terima disebut kayak gitu! Mas marah! Gak mau makan pokoknya!”

Aneh memang, Mas Soni sudah besar mungkin lebih dewasa dariku, tapi setelah mendengar ucapannya dia seperti anak TK yang tidak di belikan sebuah mainan yang sama seperti temannya

“Lha terus kalau kamu gak mau makan, kamu mau apa, Son?“

“Nikah Bu, hehehe”

Ibu dan aku melongo..

***********

Pagi hari di weekend ini aku berencana untuk menjenguk Mia yang sudah dua hari ini terserang penyakit influenza . Sedang musim musimnya di negeri Pertiwi ini dilanda musim ekstrem.

Seperti yang sudah aku katakan jika aku ada keperluan di luar pasti meminta antar dulu sama rajanya tokek. Ah ya, Mas Soni. Semoga saja ekspetasiku benar benar nyata kali ini.

“Maaas”

Aku mengetuk pintu kamarnya hingga beberapa kali namun tidak ada respon

“Maaas!”

Kalau aku buka pintunya tanpa sepengetahuan dia, Mas Soni pasti marah besar, terus aku ini adik kandungnya atau orang asing?

“ada apa dek?” ibu tiba tiba sudah berada di belakang ku

“mas Soni Bu”.

“kenapa? Mau minta anterin?”

“heem”,

“mau kerumah Mia katanya Mia sakit”.

Raut wajah ibu mulai cemas

“kamu kenapa gak bilang sama ibu? Ayo cepet bangunin Mas mu, ibu mau nyiapin makanan buat mia nanti kamu antar sekalian”. Ibu kembali menuruni tangga dengan tergesa gesa

“Buuu yang banyak ya!!” teriakku .

“Ini apaan sih! Ganggu orang tidur aja” Mas Soni membuka pintu dengan kondisi air liur menggumpal di sudut bibirnya. Aku yang melihatnya pingin muntah.

“minta antar ke rumah Mia”.

“ogah” jawabnya sembari menggeliat

“ini kata ibu”.

“bohong lu” kalau sudah ngawur gini mendingan naik angkot aja dibanding harus menikmati pemandangan yang kurang sedap

“bohong dosa, Mas. Yaudah kalau gak mau”.

Baru Lima langkah Mas Soni menyahut

“tunggu dibawah, Mas bersihin muka dulu”

Bersihin muka aja? Mandi sekalian aja gitu. Supaya gak keliatan banget habis bangun tidurnya.

“Makanya mas kalau udah solat subuh itu jangan tidur lagi”.

“Diam kamu dek”.

Laa TahzanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang