Sebuah jam weker berhasil membangunkan ku tepat jam tiga subuh, aku berusaha mengumpulkan seluruh nyawaku, mengucek mata dan lantas berjalan ke kamar mandi untuk mengambil air wudhu.
Untuk kali pertama dalam hidupku, aku menyempatkan diri untuk menunaikan solat tahajud, sebuah permulaan yang baik untuk awal sebuah perubahan.
Aku menghampar sajadah hijau Yaqut. Memakai mukena putih dan mulai bertakbir, namun ketika memulainya sebuah bayangan wajah Hilmi mulai menganggu ibadahku.
Segera aku beristighfar, mengapa susah sekali untuk melupakannya dalam hitungan detik.
Setelah menunaikan solat, aku terduduk di bawah cahaya redup lampu. Ketika aku memulai berdzikir pikiran ku lebih tertarik pada masa lalu bersama Hilmi. Sungguh kacau.
"Astaghfirullah".
Aku segera membuka Al Qur'an yang penuh dengan debu, akibat tidak sering dibaca, malah dijadikan pajangan kamar.
Tanpa kusadari adzan subuh telah berkumandang, aku lantas berdiri dan memulai takbir, hingga sampai kepada akhir salam, aku melaksanakannya dengan damai.
Aku berdoa di waktu subuh, semoga hari ini penuh dengan waktu untukku memperbaiki diri.
*********
"Zul!".
"hm, ya?".
"lihat kesini dong zul".
"iya Mia?" Zulfa menoleh dengan malas, niatnya untuk membaca buku harus ia pendam untuk kesekian kali.
"aku udah tau jawaban kuis yang ada di Instagram itu", jeda beberapa detik " ya tinggal ngirim komen sih tapi, aku gak ada kuota". Mia menampilkan sederet gigi putihnya
"bilang aja mau minta nge hotspot".
"hehehe, iya Zul".
Zulfa mulai mengaktifkan data selulernya, kemudian memencet tombol hotspot. "tuh udah".
Mia tersenyum merekah "namanya apa Zul?"
"modal dong, hape bagus gak punya kuota". Zulfa berusaha menahan tawanya
"kamu nyindir aku Zul!". Mia berdecak kesal
"itu secara halus kok, Mi"
"untung kamu baik". Mia langsung membuka Instagram, namun ia sempat tertohok pada sebuah update terbaru dari akun Hilmi.
"Rrrrrrrgh... Zul, Hilmi sama siapa ya ini?" dengan nada hati hati Mia bertanya
Sedangkan Zulfa hanya diam sembari mengamati foto tersebut, wanita berjilbab syar'i, cantik, dan sepertinya Zulfa tahu tempat Hilmi berfoto.
"inikan masjid waktu kajian kemaren". Zulfa menebak
"kamu gak cemburu? Pacar kamu foto berdua sama cewek?"
Zulfa tersenyum tipis, memang dia belum memberi tahu Mia perihal putusnya hubungan ia dengan Hilmi kemarin.
"udah ending". Jawab Zulfa
"WHAT!". Pekik Mia
"Mia, suara kamu itu lho" Zulfa mengelus ngelus telinganya
"kok bisa? Kenapa? Hilmi selingkuh? Hah? Dan kamu gak ngasih tau aku? Astaghfirullah, apa kamu lupa kalau aku sahabat kamu?-"
"Ssssstt" Zulfa menempelkan telunjuknya tepat dibibir Mia " udah ngomongnya? Mia tolong jangan bahas tentang dia lagi. Bantu aku untuk melupakan dia".
"tapi aku mau tahu alasan kalian putus".
"semakin aku menceritakan tentang hubungan kami, itu akan membuat ku sulit melupakan, Mia". Kini wajah Zulfa berubah lesuh.
"hm, tapi kamu jangan sedih lagi Zul"
Zulfa tertawa dan akhirnya ia menyalakan handphone dan memencet tombol hotspot
"lho kok dimatiin? Aku belum ngirim komentar.
Nyalain lagi"."engga, nanti kuota ku habis gara gara buka yang kayak gituan"
Mia mengerucutkan bibirnya sehingga mengundang tawa Zulfa.
********
Sebuah batu berhasil membuat ku hampir terjatuh, hampir saja. Seandainya sebuah tangan tidak menahan ku dari samping.
"hati hati" ucap seorang pria berkacamata
"Adit? Makasih ya" tak ingin berlama lama, aku lantas pergi dari hadapannya.
Adit mengingatkan ku kepada kejadian kemarin. Perihal Hilmi yang tiba tiba menanyakan Adit kepada ku, dan ia menuduh Adit adalah pengkhianat. Sungguh, Hilmi salah paham.
Astaghfirullah..
Berhenti memikirkannya lagi, niatmu untuk berubah menjadi lebih baik harus selalu ada di hatimu, mungkin, ini adalah kasih sayang Al Wadud kepada manusia seperti ku, dengan berakhirnya hubungan ku dengan Hilmi pertanda bahwa Allah tidak ingin aku melakukan maksiat
Drak..
Aku terhempas kebelakang setelah badanku menubruk sebuah punggung, aku mengamati punggung pria itu, jantungku seolah berhenti berdetak
Apa dia akan berbalik? Lama sekali dia untuk membalikkan badan saja? Sedang apa sih dia?
Sungguh aku sangat munafik jika sekarang tengah membencinya. Karena,kali ini aku tengah merindu kannya.Beberapa detik dia tidak berbalik malah dia berjalan lurus sembari membenarkan kopeahnya.
Ada sebuah rasa kesal dan jengkel terhadapnya namun aku harus sadar diri jika kami sudah tidak mempunyai ikatan apa apa lagi.Untuk menjadi teman? Rasanya itu adalah keinginan terkecil yang ada di dasar hatiku paling dalam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Laa Tahzan
RomanceApa jadinya jika seseorang yang mempunyai keterikatan hubungan dimasa lalu kembali hadir menumbuhkan luka, penyebab utama hancurnya sebuah ikatan persahabatan hingga banyak menyakiti perasaan manusia? persahabatan dan percintaan? manakah yang akan...