Hai bidadari?

0 0 0
                                    

Ciptaan Allah semuanya sempurna. Itu sebabnya ketika memandangmu tercipta begitu saja di benakku, bahwa kamu sempurna.

Lantunan Surah Maryam begitu merdu terdengar di telinga Zulfa, andai dia tau betul suara siapa ini, mungkin saja ia akan jatuh cinta.

Zulfa segera mengemasi mukenah nya, ia mempunyai janji dengan seseorang yang akan ia temui di cafe sebrang masjid ini.

“Neng! Neng!”.

Panggilan itu yang mengurungkan niat Zulfa untuk segera keluar dari masjid.

“Ada apa Nek?”.

Nenek tua ini nampak kesulitan

“Tolong bantu saya berdiri, saya tidak kuat”. Katanya

Tanpa pikir panjang Zulfa menolong nenek itu. Setelahnya Zulfa berniat untuk segera keluar mesjid, namun nenek tadi mencegahnya

“Mau kemana?” Tanya Nenek itu

“Mau pergi Nek ada urusan”.

“Boleh saya minta tolong lagi? Setelah ini kamu boleh pergi”.

Zulfa kemudian mengangguk, dan Nenek itu tersenyum

“Tolong bilang ke Cucu saya, jika saya sudah sampai”. Ucap nenek tua ini,

Kening Zulfa berkerut

“Yang mana cucu Nenek?” Tanya Zulfa sembari memperhatikan shaf shaf wanita

“Dia laki laki namanya Wildan”.

Oh pantas saja. Pikir Zulfa

“Cucu nenek sekarang ada di mesjid ini?”.

“Iya,biasanya dia jadi tukang adzan”.

“Oh saya tanyakan saja pada DKM disini ya nek”.

“Iya neng, makasih sebelumnya”

“Sama Sama”.

Zulfa segera menemui DKM masjid, selain luas masjid ini mempunyai beberapa ruangan di halaman belakang, itu yang membuat Zulfa bingung, apalagi ia tidak tau siapa yang menjadi DKM di mesjid ini.

Zulfa mondar mandir kebingungan, mencari ruangan yang pas menurutnya. Namun ia takut jika salah ruangan, tidak ada yang tau ia akan masuk kedalam sebuah kamar

“Assalamualaikum”. Setelah mengetuk pintu tiga kali Zulfa mengucapkan salam

Ceklek..

Pintu kemudian terbuka, keluar seorang lelaki dengan memakai kaos oblong

“Wa'alaikumsalam—”

“MasyaaaALLOH!”.

Zulfa kaget bukan main. Ah tunggu yang kaget duluan itu dirinya atau lelaki itu? Yang jelas lelaki itu kaget setelah melihat kehadiran Zulfa.

Memang aku setan apa! Pikir Zulfa.

Lelaki itu kembali masuk, Zulfa pun bingung dengan sikapnya

“Maaas, mau tanyaaa, ada orang yang namanya Wildan gak disini? Di mesjid ini? Tukang Adzan! Maas keluar kenapa!”. Teriak Zulfa

Pintu kembali terbuka, sosok lelaki itu kini tampil berbeda. Ia sekarang mengenakan kopeah berwarna hitam.

“Ada kok mba, hehehe. Maaf, tadi saya gak sopan”. Ucapnya

“Mana ya? Itu ada neneknya nyariin”

“Nenek?!” mata lelaki itu melebar

“Iya, kasian nenek nya”.

“Makasih ya mba, yang mba cari itu saya. Makasih mba”.

Lelaki itu berlari dengan berbinar binar.
Namun di samping itu Zulfa bengong melihatnya

∆∆∆∆

Zulfa semakin bingung dengan situasi yang tengah ia hadapi kali ini.

“Mm Nek. Saya boleh pergi sekarang ?” Zulfa berusaha untuk tidak menyinggung perasaan nenek Wildan

“Belum kenalan kan sama cucu saya?”

Zulfa tercekat, kenalan? Wildan saja terlihat salah tingkah dari tadi.

“Wil, kamu kenal gadis ini?”. Tanya nenek

Wildan menggeleng

“Nenek juga sama”,

“Tapi dia gadis yang baik, mau bantu nenek tadi”. Lanjut nenek

“Makasih mba”. Ucap Wildan pada Zulfa

“Sama sama”. Ntah berapa kali Wildan dan neneknya berterimakasih

“Nama mu siapa? Nak?” Tanya nenek Wildan pada Zulfa

Zulfa tersenyum, bibir merah mudanya sudah terangkat membentuk sebuah lengkungan.

Manis, Manis sekali. Pikir Wildan

“Zulfa. Zulfa Ainy Haura”.

Ada getaran yang Wildan rasakan di hatinya, setelah wanita itu menyebutkan nama seperti ada ribuan kupu kupu tengah terbang di dalam hatinya.

Zulfa? Ainy? Haura?

Aku panggil Haura saja, dia seperti bidadari. Pikir Wildan

“Astaghfirullah...” Tiba tiba Wildan menyeka wajahnya

“Kenapa Wil?”. Tanya Neneknya

Tidak usah diberitahu kalau kau beristighfar karena telah memikirkan wanita bernama Zulfa itu. Ucap Wildan dalam hati

“Nggak papa nek”.

“Oh ya Neng. Saya dari Bandung, Wildan juga. Tapi Wildan lagi merantau ke Surabaya, sambil kuliah disini”. Jelas Nenek Wildan

“Oh begitu ya Nek. Nama Nenek siapa?”.

“Nama Saya Hasanah, kalau orang lain manggil Saya Nek Anah”.

“Oh MasyaaaAllah”. Zulfa tersenyum mendengar penjelasan Nenek Hasanah

“Wil, kamu udah makan?”

“Wil, Nenek bicara sama kamu?”

“Wil. Jaga. Mata. Kamu”. Ucap Nenek Hasanah penuh penekanan

“Iya Nek, Wildan udah mandi”.

Laa TahzanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang