Siapa lagi?

0 0 0
                                    

Seseorang yang tiba tiba datang dalam hidupmu bisa jadi dia adalah perantara dari Allah untuk membuat lengkungan senyum di wajahmu

Setelah rencana pertemuan kemarin harus pupus.
Zulfa berniat lagi untuk menemui seseorang itu kembali.

Namun takdir seakan tidak mengizinkan mereka bertemu. Ada yang lebih penting daripada sekadar pertemuan itu

“Ayo Dek!”. Seru Ahmad, Bapa kandung Soni dan Zulfa dari dalam mobil

“Iya Pa”.

Zulfa buru buru masuk kedalam mobil setelah selesai mengaitkan tali tali sepatunya.

“Lama banget sih. Hampir aja bapa mau ninggalin kamu”. Seru Soni di samping kemudi

“Son... Jangan mancing emosi adikmu”. Tegur Ahmad di samping

“Rasakan, Hahahahaha”. Zulfa tertawa puas

“Apa sih dek! Gak lucu!”. Cibir Soni

“Bilang aja kalau malu”.

“Bapa sih, Pa”. Ucap Soni

“Kalian ini dari kecil sampe dewasa sekarang gak ada akur akurnya, pusing bapa kalau pulang dari kantor liat kalian berantem” Jeda beberapa detik

“Apalagi Ibu yang setiap hari dirumah”. Lanjut Ahmad

“Jangan ditanya, Sayang”. Jawab Ineke lembut.

Semuanya terkekeh..

“Awas ya kalau kalian sampai ngebuat Ibu capek!” Tegur Ahmad

“Mas Soni tuh”.

“Adek juga yang mulai!”.

“Mas Soni mulai duluan!”.

“Adek jangan mendramatisir deh”.

“Mas—”

Titttttttttttt

Bunyi klakson mobil seolah menginterupsi mereka untuk berhenti mengecoh. Ahmad sengaja untuk membunyikan klakson mobil, lain kali ia akan menaruh terompet atau speaker mesjid di dalam mobil.

Zulfa tergelak, bisa saja bapanya ini mengalihkan situasi. Ahmad memang tipikal seorang bapa yang sedikit keras, namun kebanyakan ia tunjukkan sebagai ayah yang penyayang dan pengertian pada keluarga.

Setengah jam di mobil akhirnya keluarga kecil itu turun dari mobil setelah sampai tujuan.
Banyak orang berlalu lalang membawa beberapa koper, banyak turis mancanegara, hingga beberapa awak kabin pesawat.

“Kita mau naik pesawat? Are you kidding, Bapa?” Tanya Zulfa tak percaya

Dari awal pun Zulfa tidak tahu hendak pergi kemana. Yang jelas Ahmad mengatakan jika ini merupakan hal yang penting.

“Sssssttt, Diam dek”. Tegur Soni

“Apa sih?!”. Kesal Zulfa

“Ssssttt, diam”. Lerai Ineke

Ahmad menepuk jidatnya, dia berlari menuju mobil, membuat kebingungan lebih menjadi bagi Zulfa.
Beberapa menit kemudian, Ahmad kembali dengan membawa selembar kertas polio polos.

“Alif? Siapa dia pa?”.

Kertas itu bertuliskan nama Alif yang semakin membuat Zulfa bingung.
Ahmad mulai mengangkat kertas keatas setelah melihat kedatangan para manusia yang telah turun dari pesawat.

“Paman Ahmad!”.

Semua mata menoleh ke asal suara, termasuk Ahmad yang langsung berbinar melihat seorang laki-laki muda dengan wajah rupawan membawa koper dengan tas hitam di pundaknya

“Alif?”.

Ahmad memastikan dahulu, Alif 6 tahun lalu masih duduk di bangku SMA. Namun wajahnya tidak bisa dipungkiri, ia masih tampan seperti Utsman, Ayahnya.

“Paman Ahmad? Apa kabar?”. Tanpa menjawab Ahmad langsung memeluk bangga Alif. Ahmad telah menganggap Alif sebagai anaknya sendiri, setelah kepergian Utsman menghadap Rabbul Alamin..

“Paman rindu padamu, Alif”.

“Saya juga”.  Balas Alif

“Bagaimana S2nya? Sukses?”.

“Sukses Paman. Alhamdulillah”. Jawab Alif

“Kamu anak pintar, Jagoan papamu”.

“Jagoan Paman juga”. Ucap Alif

Saking rindunya, Ahmad melupakan keluarga kecilnya. Soni dan Zulfa merasa terharu melihat pemandangan langka itu, sementara Ineke masih tak percaya Alif kini telah dewasa beda dengan dulu.

********

“Jelaskan sekarang juga. Alif ini siapa?”. Desak Zulfa

“Alif itu anak teman bapa. Teman jauh”. Jelas Ahmad

“Kenapa gak pernah di ceritain sama Zulfa?”. Kesal Zulfa

“Lupa bapa. Waktu itu kamu mau ujian Nasional Sd dan Alif mau kuliah di timur tengah”.

“Oh Mas Alif ngambil jurusan apa?”. Tanya Zulfa

“Jurusan Al Qur'an dan tafsir, dek”. Ucap Alif dengan mengusahakan untuk tidak canggung

“Oh MasyaALLOH, udah ganteng Soleh lagi”. Ucap Zulfa excited

Mulutnya ini sudah tidak bisa di rem ketika melihat laki laki di sampingnya ini.

“Huss, inget! kamu sama Alif bukan seperti kamu sama Mas mu” tegur Ineke

“Iya Zulfa tau Ibu”.

Alif begitu tampan, sejak Zulfa melihat laki-laki ini hatinya tidak bisa berbohong jika ia terpesona.

Mas Alif punya pacarkah? Tanya Zulfa dalam hati

Kalau ngga, berdoa ya moga kita berjodoh. Hati Zulfa berkicau

Laa TahzanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang