⚠️‼️Tinggalkan Jejak‼️⚠️
⚠️TYPO BERTEBARAN⚠️Sudah 3 bulan ia bekerja, dan ia nyaman bekerja di perusahaan Orlando ini. Semua orang sangat ramah dan mereka akan saling membantu meskipun mereka semua berkompetisi untuk memberikan yang terbaik. Nyatanya, apa yang Caramel pikirkan tidak sama dengan apa yang ia lihat.
Bulan Agustus ini, New York mulai dingin karena sudah memasuki musim gugur. Berarti dalam beberapa bulan lagi akan memasuki musim dingin, dimana semua orang akan kesulitan untuk beraktifitas.
Musim dingin nanti Ella mengajak Caramel berlibur ke Los Angeles. Namun mendengar nama kota tersebut membuat Caramel untuk berpikir dua kali. Kalian pasti mengetahui apa yang dipikirkan oleh Caramel setelah mendengar kata Los Angeles, bukan?
Millenov. Kembali dengan nama tersebut lagi, ia tidak habis pikir kenapa ia selalu berkaitan dengan pemegang nama mengerikan itu. Oh, man, bisakah ia memutar kembali waktu dimana ia tidak mengenal lelaki bernama Millen itu? Tidak, haruskah ia memutar waktu kembali pada saat ia pertama kali memasuki club bernama Phoenix?
Terlalu banyak pertanyaan yang semestinya sudah bisa ia jawab oleh waktu. Apa yang terjadi tidak bisa diulang kembali, jadi ia tidak harus memikirkan hal yang sudah-sudah. Tapi apa dayanya, jika sampai sekarang Millen selalu bertebar dimana-mana? Maksudnya, lelaki itu selalu ia lihat di tempat umum atau bahkan di perusahaannya.
Ia maklumkan jika Millen adalah teman Damien dan sangat populer di beberapa majalah terkenal. It's like siapa yang tidak tau Millen?
Caramel mengaduk adonan di wajan sembari menghelas nafas. Ia paling malas untuk mengaduk bahan yang butuh waktu lama hingga adonan tersebut menjadi kental. Mendadak ia berpikir bagaimana bisa dalam serial master chef, mereka bisa memasak begitu cepat padahal waktunya sangat terbatas?
"Amel! Temammu bernama Ella ingin bertemu di depan." Teriak seseorang yang juga seorang koki.
"Bisa kau suruh dia masuk kesini? Aku harus mengaduk adonan, tidak mungkin aku tinggal."
"Oh, baiklah."
"Thanks, Dona!"
"Your Welcome, Amel." Caramel tersenyum manis. Ia berhenti mengaduk sejenak untuk memijit kedua lengan yang sangat pegal, hari ini ia memutuskan untuk membuat churros karena ia yakin kalau memasak makanan yang biasa seperti ayam atau ikan pasti Damien akan bosan.
Tidak lama kemudian, Ella datang mendekati Caramel. "Ayo makan bersama dengan Wilson!" Ajak Ella.
"Wilson pasti makan bersama Damien." Balas Caramel.
"Pikirku juga begitu, tapi tadi Wilson mengajak kita makan bersama saat aku berpapasan sama dia. Mungkin Pak Damien makan bersama dengan Pak Millen." Caramel mengangguk mengerti.
"Tunggu sebentar, aku masih lama mengaduk ini. Tidak lama juga sih, paling sekitar 5 menit lagi selesai," Ella menghembuskan nafas.
"Ella, boleh tolong ambilkan aku plastik yang di sana?" Ella menunjuk plastik berwarna bening dan mengangkatnya ke udara.
"Iya, itu. Bawakan padaku." Caramel mengambil dan membuka plastik tersebut. Tidak lama kemudian, adonan yang di aduk sudah jadi dan Caramel memasukkannya ke dalam plastik berbentuk segitiga tersebut.
Caramel mengikat bagian belakang plastik dan memotong bagian depan ujung plastik tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil. Sebelumnya Caramel sudah mempersiapkan wajan berisi minyak yang sudah di panaskan, sehingga ia tinggal memasukkan churros kedalamnya.
"Aku mau coba! Sisakan aku satu." Caramel mengangguk.
"Cepatan, aku sudah sangat lapar."
"Ini masih belum waktu makan siang, kenapa kau tidak kembali bekerja."
"Aku tidak tau, hari ini pekerjaanku diambil oleh anak baru. Ini buat aku yang suruh tapi dia yang mau."
"Bagaimana bisa, dia pasti punya tugas sendiri."
"Mungkin saja karena dia masih baru." Caramel menggeleng pelan. Heran dengan Ella dan karyawan baru itu.
Beberapa menit kemudian, makanan sudah selesai di buat. Caramel meminta Ella untuk langsung ke kantin sedangkan ia mengantar makanan untuk Damien. Ia dan Damien tidak bisa di bilang dekat meskipun sudah berapa kalinya Damien dan Caramel makan bersama.
Caramel kembali menemui Ella dan ia sedang mengantri makanan. Ia mengantri di belakang Ella yang kebetulan tidak ada seorang pun.
Mereka membawa nampan berisi makanan tersebut ke meja kosong. "Wah, hari ini cuacanya terlihat bagus." Gumam Ella sambil tersenyum melihat ke luar jendela. Caramel mengiakan ucapan Ella tadi, memang hari ini cuacanya sedang bagus meskipun sudah mulai dingin.
"Kalian sudah duluan ternyata." Kata Wilson sembari meletakkan nampan berisi makanan dan kemudian menarik kursi.
"Tumben kau tidak makan bersama, boss?" Tanya Caramel.
"Bagus dong! Kau tidak tau betapa bosannya aku selalu makan bersama dia? Dulu semenjak belum ada kau, aku harus membeli makanan di luar perusahaan. Dia tidak mau makanan kantin padahal ia tidak tau betapa enaknya makanan disini, belum lagi disini gratis."
"Aku hanya bertanya kenapa kau tidak makan bersama boss, bukan menceritakan kesengsaraanmu." Balas Caramel.
"Kau seperti tidak tau saja, orang kaya seperti dia mana mungkin mau makan gratis. Jika punya uang ya gunain kenapa harus gratis." Ucap Ella dengan pemikirannya.
"Gratis itu berkah. Disaat ada yang gratis kenapa kau harus mengeluarkan uang? Kau tidak tau cara menghemat uang, ya?" Wilson membalas Ella.
"Ya aku suka dengan sesuatu yang gratis, tapi dia punya uang. Pasti dia akan menggunakan uangnya dari pada menggunakan sesuatu yang gratis. Kau tau kan tentang kualitas, karena dia punya uang maka dia pasti ingin yang lebih baik."
"Tapi makanan disini kan sangat terjaga. Mana mungkin makanan disini tidak berada di kualitas yang baik. Memangnya setelah makan disini kau akan sakit perut? Atau mengalami gangguan pencernaan? Tidak bukan!"
"Kalian bisa berhenti, tidak?! Kita ini sedang makan bukan waktu untuk berdebat. Kalau kalian masih ingin berlanjut, lebih baik aku makan sendiri." Omel Caramel setelah menggebrak meja hingga semua orang melihat ke arah mereka.
Ella menatap tajam Wilson dan begitu juga dengan Wilson yang menatap tajam Ella. Mereka mulai memasukkan makanan ke dalam mulut mereka namun tatapan mereka tidak bisa berpaling. Caramel menatap mereka bergantian dan akhirnya ia ikut kesal karena mereka bertengkar pada masalah yang tidak penting.
•••
Clementine Hotel, New York-USA
22.15 P.MLima belas menit yang lalu, Millen baru saja mengantar Scarlett kembali ke hotel. Ia membungkus rambut yang masih basah tersebut dengan handuk dan memakai bathrobe.
Scarlett duduk di kursi dan menatap wajahnya di depan kaca. Ia terdiam dan pikirannya memikirkan sesuatu yang selalu membuat ia pusing. Ia tidak bisa berbuat apapun karena ia merasa jika ia terkurung dengan tindakan orangtuanya.
Ia tidak menyalahkan orangtuanya, namun ia lebih suka dengan kebebasan, tanpa aturan. Ia sudah memiliki rencana yang akan ia lakukan kedepannya, namun semua rencana itu hancur ketika ia akan di jodohkan.
Scarlett tidak bisa menolak karena konsekuensinya sangat berat. Ketika termenung, Scarlett baru menyadari jika hidup itu memang kejam. Bukan, hidup tidak kejam, tapi lingkungan yang membuat hidup kita kejam.
Ya, lingkungan. Kita bebas memilih hidup kita, namun jika lingkungan tidak mendukung, mungkin kata bebas itu bisa hilang.
TO BE CONTINUE • what is life? ;end•
============Aku mau tau nih, sepanjang cerita ini inti apa yang kalian dapet?
2019.04.04
KAMU SEDANG MEMBACA
He Wants Me [ #1 MILLENOV ] ✔
Romance#50 Romance (2020/04/09) Ia terkekeh pelan saat melihat penampilan gadis yang memakai baju tidur di club miliknya. Sangat jarang ia melihat gadis dengan penampilan cukup berantakan yang seperti orang habis putus cinta, biasanya ia melihat perempuan...