00 - Phoniex Club

239K 9.2K 131
                                    


⚠️‼️Tinggalkan Jejak‼️⚠️
⚠️TYPO BERTEBARAN⚠️

Phoenix Club, New York-USA

Dentuman musik keras terdengar memenuhi isi club, dari luar club suara terdengar begitu kencang dan orang sekitar tidak ada yang memusingkannya. Tidak mungkin club besar dan mewah seperti ini yang berdiri di tengah perkotaan dengan gemerlap lampu kota di sekitarnya, tidak menimbulkan suara kencang.

Banyak lelaki kaya raya masuk ke dalam Club Phoniex dengan dua gadis berpakaian terbuka di sisinya dan memeluk lelaki kaya raya itu sembari menggodanya.

"Cih! Murahan sekali!" Umpatan seorang wanita di depan club tersebut. Perempuan itu berdecak kesal melihat kelakuan para lelaki kurang belaian dan juga perempuan yang memiliki harga diri yang rendah.

Sebenarnya perempuan itu tau, ada dua kemungkinan kenapa para perempuan itu rela berdekatan dengan para lelaki kurang belaian itu. Satu, karena dia kekurangan uang dan memutuskan melakukan pekerjaan menjijikan itu dan dua, karena untuk memuaskan nafsu duniawi mereka.

Tapi pekerjaan di dunia ini bukan hanya satu, ada banyak! Meskipun di jaman modern sekarang sangat susah untuk mendapatkan pekerjaan yang menjanjikan, mayoritas para pengusaha menginginkan seseorang yang memiliki gelar minimal sarjana. Itu realita hidup yang dijalani sekarang.

"Meskipun sudah seminggu aku menjadi pengangguran dan dua hari yang lalu, aku baru di putuskan oleh kekasihku, aku tidak mau menyerahkan tubuhku pada lelaki kurang belaian tersebut! Menjijikan!" Kata perempuan dengan baju tidur dan rambut yang ia sanggul berantakan serta dengan modal sendal jepit yang menjadi alas kakinya, lalu ia hanya membawa $50 dollar di dompet kecilnya.

BRUK

"Hey! Bitch! Lihat jalanmu! Menjijikan! Sudah jelek, pergi sana!" Perempuan baju tidur tersebut tidak terima dengan perlakuan pria tua yang mengejeknya. Mungkin saja pakaiannya jelek, wajahnya tidak cantik, tubuhnya tidak sebagus model Victoria Secret namun ia bukanlah seorang jalang!

"Hei! PAK TUA! Sudah tua, keriput, jelek! harusnya tau umur! Inget istri dan anak kau di rumah dari pada bermesraan dengan perempuan yang menjijikan ini! Cih! Dasar lelaki kurang belaian!" Pak tua tidak terima dengan ucapan perempuan yang berpakaian baju tidur ini dan ia memilih meninggalkannya dengan perasaan menahan amarah.

"Sudah tau salah tapi nggak minta maaf!" Tambah perempuan yang berpakaian baju tidur motif sapi itu. Ia menghentakkan kakinya dengan kesal dan menghela nafas kasar.

"Pengangguran, jomblo...ah tidak...putus cinta, dan ya sekarang aku barusan di hina oleh kakek tua sepertinya! Uh!" Ia menendang kakinya ke salah satu barang di dekatnya dan ia merintih kesakitan saat ia tau kalau ia menendang tempat sampah.

"Aww! Astaga Caramel, kehidupanmu tidak semanis namamu!" Umpat gadis itu sambil mengelus kakinya yang masih merasakan sakit.

•••

Koin itu di lambungkan ke atas dan ke bawah sesuai dengan ibu jari yang melemparnya. Di wajahnya mengulas senyum dengan satu tangan lainnya memegang segelas vodka.

"Kau tidak bosan menyendiri terus, dude?" Tanya seorang lelaki yang berparas tampan dengan rambut bewarna hitam dan memiliki lesung pipi di bagian kanan pipinya. Oh jangan lupakan, di kedua sisinya ada seorang gadis yang bersandar di bahunya dan memainkan telunjuk tangan di bagian dadanya.

"Aku belum menemukan perempuan yang cocok untuk ku jadikan pasangan, lebih baik aku bermain di masa mudaku," jawabnya sambil terkekeh pelan dengan tangan kanannya masih memainkan koin yang ia lempar keatas dan kebawah.

"Mau aku bantu carikan? Sangat jarang aku ingin membantumu,"

Ia kembali mengulas senyum dan menggeleng. "Kau pernah menawarkanku ini, Damien, dan kau membawakanku barang yang sudah bekas, aku tidak suka itu," katanya lalu menangkap koin itu dan memasukkannya pada saku jasnya.

"Lebih baik aku pergi, aku titip club-ku padamu," tambahnya dan beranjak dari duduknya sebelum ia pergi meninggalkan club miliknya.

"MILLEN! Aku akan menjaganya jika kau memberiku minuman kesukaanmu itu secara gratis padaku!" Teriak Damien namun lelaki itu tidak mendapat balasan.

"Sudah tau salah tapi nggak minta maaf!" Millen menolehkan kepalanya karena pendengarannya mendengat sesuatu. Ia melihat ke arah samping kirinya dan menemukan seorang gadis dengan baju tidur bermotif sapi dengan penampilan berantakan.

Dahinya berkerut dan ia langsung terkekeh pelan. Ia langsung pergi karena ia merasa dia adalah gelandang yang tidak mempunyai tempat tinggal dan hanya mengumpat tidak jelas di depan club miliknya.

TO BE CONTINUE
===================
Sebelumnya aku pernah publish cerita ini, jadi bagi yang udah pernah baca, tinggal menunggu chapter yang belum pernah di baca. Aku bakal atur ulang alur cerita ini, jadi akan sedikit beda dari awalnya.

Dan bagi yang baru membaca cerita ini, selamat membaca, semoga suka sama ceritaku yang satu ini.

2019.01.06

Rev: 2020.04.07

He Wants Me [ #1 MILLENOV ] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang