⚠️‼️Tinggakan Jejak‼️⚠️
⚠️TYPO BERTEBARAN⚠️24 September
Orlando's Company, New York-USA
08.37 A.MDamien baru saja tiba di ruangan miliknya, ia melepaskan jas dan meletakkannya pada gantungan yang tersedia di ruangan ini. Ia membuka gorden yang menutupi jendela dengan menekan satu tombol yang berada di meja kerja. Tidak lama kemudian, gorden tersebut tersingkirkan dan digantikan dengan pemandangan kota New York di pagi hari.
Wilson datang tanpa mengetuk pintu dan memang sudah menjadi kebiasaan. Ia membawa segelas teh untuk Damien. "Tea? For what? Kau tidak berusaha meminta liburan, bukan?" Ujar Damien dan menyeruput teh yang masih hangat tersebut.
Wilson duduk di depan Damien. "Kau berprasangka buruk terhadapku. Aku hanya ingin berbagi teh denganmu, kemarin Ibu ku baru mengirim teh dari Jepang." Damien mengangguk pelan.
"Habisnya kau tidak pernah seperti ini. Oh, ya, kau bilang berbagi, bukan? Kalau begitu berikan aku sebagian teh milikmu. Aku suka teh ini."
"Kenapa kau tidak membelinya sendiri? Teh ini sangat susah di temukan, jadi aku tidak mau berbagi denganmu, boss." Wilson tersenyum sambil menggelengkan kepala. "Wilson Mateo. Nama keluargamu hanya satu di Jepang dan aku pernah membaca informasi jika ada perkebunan teh Mateo yang sangat terkenal lima tahun terakhir. Kau tau maksudku, bukan?" Damien menatap Wilson sambil tersenyum licik.
"Mungkin Mateo yang kau bicarakan adalah Matheo. Theo dengan H." Wilson memperjelas katanya. Tidak lupa juga ia tersenyum. Damien berdecak dan menghampiri Wilson dan duduk di sebelahnya sambil memegang bahu Wilson. "Aku tau kau baik hati, Wilson. Mulai sekarang jangan menutupi atau menipuku karena itu tidak berlaku untukku. Kau tau cara kerja ku, bukan?"
Wilson mengangguk. "Memeriksa identitas pegawai meskipun sudah di terima." Kata Damien sambil tersenyum. Wilson menghela nafas. "Baiklah, aku akan berbagi denganmu."
Damien mengacungkan ibu jari kepada Wilson. "Oh, ya, tiga hari lagi aku akan ke Jepang. Kau dan aku. Mungkin kau ingin memberiku tumpangan dengan pesawat milikmu?"
"Kau bahkan memiliki pesawat pribadi sendiri. Kenapa kau tidak menggunakannya?"
"Kau tau aku selalu memegang teguh prinsip ini. Ketika ada kesempatan di depanmu maka gunakan. Jadi karena kau memiliki pesawat dan kau dari Jepang, bukankah lebih mudah? Ah, bagaimana menjelaskannya, ya? Intinya aku lebih menyukai jika aku menggunakan pesawat dari anak pemilik maskapai terbesar di Jepang." Kata Damien panjang lebar. Wilson menarik tangan dan menghembuskan dengan nafas yang tertahan seakan menahan rasa kesal.
"Lagi pula kau juga harus berterima kasih padaku. Kau akan pulang ke negaramu untuk beberapa hari atau minggu?" Tambah Damien sebelum kembali duduk di kursi miliknya.
"Iya, terima kasih, boss. Kau terlalu baik dan sangat baik. Aku kembali bekerja dulu." Wilson menekan di beberapa kata untuk menyindirnya sebelum pergi dari ruangan Damien. Sesampainya di luar ruangan Damien, Wilson mengumpat tentang atasannya tersebut. "Lihat saja saat di Jepang, aku yang berkuasa." Ucap Wilson sambil menyeringai.
Sementara di dalam ruangan, Damien membuka dokumen yang tertunda kemarin. Ia melanjutkan pekerjaan sebelum perjalanan ke Jepang. Ponsel Damien berdering dan ia melihat nama Millen tertera di layar ponsel. Ia menjawab. "Kenapa?" Kata Damien.
"Aku pikir beberapa hari lagi kau akan kedatangan seseorang dan kehilangan seseorang."
"Maksudmu? Apa terjadi sesuatu disana? Ibumu mengetahui nya?" Tanya Damien beruntun. "Aku malas mengatakannya tapi ya." Jawab Millen.
"Jadi hari ini aku menyatakan perasaanku kepada Caramel, tapi ya dia menolaknya karena ia tidak ingin berhubungan dengan Millenov. Rasanya aku ingin menghilangkan Millenov." Sambung Millen.
"Pantas saja nada bicaramu tidak seperti biasa. Jadi hari ini adalah bad day-mu? Biasanya kau tidak pernah di tolak, Mil." Balas Damien.
"Aku pikir sebentar lagi Ibu ku akan mempercepat tanggal pertunanganku." Ucap Millen kembali. "Ya itu pasti akan terjadi setelah semua ini." Balas Damien.
"Andai aku bisa menolongmu, Mil. Tapi kau tau Ibumu mengerikan, aku takut bermasalah dengannya lagi." Damien bergidik ngeri saat mengingat masa dulu. "Aku menuruti Ibuku sekarang, tapi aku sedang memikirkan rencana lain."
Damien mengangguk. "Apa Ibu mu mengetahui Scarlett?" Millen berdeham disana. Damien pun menggeleng pelan. "Ibu mu benar-benar gila, Millen."
"Ya aku tau, dia bahkan melebihi gila. Tapi aku akan memikirkan cara lainnya agar mendapatkan Caramel."
"Ya, kau harus memperjuangkannya, jika tidak kau tidak akan menikah di umurmu yang hampir menyentuh angka tiga." Millen berdecak kesal saat mendengar tawa Damien disaat membahas hal seperti ini. "Kau masih bisa tertawa, huh?" Ucap Millen dengan kesal.
"Sudahlah aku malas berbicara denganmu." Setelah itu Millen menutup sambungan telpon ini.
Martin's Mansion, Shanghai-CHINA
12 jam lebih lambat dari New York-20.55 P.M
23 SeptemberSementara di Shanghai, Caramel baru sampai di Martin's Mansion setelah diantar oleh mobil milik Millen. Ia melepas heels yang ia pakai dan berjalan tanpa alas kaki ke kamar. Ia sudah memutuskan keputusan, dan besok sudah tidak ada seorang Millen. Ia sudah memutuskan semuanya.
Caramel akan membicarakan tentang pekerjaan dengan Rayn. Sekarang sudah terlalu malam untuk berbiacara dengannya. Ponsel miliknya berdering dan terteran nama Ella disana. "KENAPA KAU TIDAK MEMBERITAHUKU JIKA KAU KE CHINA?!" Teriak Ella yang menyakitkan telinga. "Aku lupa memberitahumu. Sorry." Balas Caramel.
"Ella, aku ingin bilang tentang sesuatu."
"Iya, katakan saja."
"Aku akan berkerja dengan salah satu perusahaan di China. Namanya Martin? Ya itu. Aku akan berhenti bekerja dengan Orlando, tapi aku janji, aku akan sering menghubungimu."
"Maksudmu itu Martin? Zhi Yi?"
"Hmm ya mungkin, aku hanya mengenal Martin. Apa itu Zhi Yi?"
"Itu nama lainnya Martin, maksudku itu nama mandarin perusahaan mereka." Caramel mengangguk paham. "Baiklah, aku tidak berhak menahanmu juga. Kau harus menghubungiku, okay?!"
"Ayayay! Captain!"
"Sebenarnya pekerjaanku menjadi sekretaris. Aku masih bingung dengan pekerjaanku. Tapi yang pasti aku menjadi sekretaris pribadi." Ucap Caramel kembali.
"Wow, pribadi. Apa dia tampan??"
"Dia sudah tua."
"What?! Sayang sekali."
Caramel membuka kenop pintu kamar dan duduk di sofa. "Aku harus mandi, nanti ku telpon lagi." Ucapnya. Setelah itu sambungan terputus. Caramel menyandarkan tubuhnya sembari mengulang apa yang terjadi. Ia tidak percaya jika ia benar-benar sudah bersama dengan Millen lagi. "C'mon, Caramel. Besok adalah hari baru untukmu."
•••
Rayn mengambil foto album keluarga yang sudah lama di simpan. Ia melihat foto keluarga yang tersenyum disana. Ia menyentuh foto wanita tercinta dan tersenyum setelah itu ia membalikkan ke halaman berikutnya.
Semua foto anggota keluarga terdapat di album itu semua. Ia melihat foto keluarga Xian-xian sewaktu mendapat anak pertamanya. Tidak hanya itu, ia bahkan memiliki foto anak pertama Xian-xian yang tidak berbusana saat bayi.
Rayn mengambil foto anak Xian-xian dan melihatnya. Tatapannya terfokus pada satu tanda di bagian punggung. Ia memiki tanda lahir! Bagaimana ia bisa melupakannya. Andai saja ada tanda yang bisa mempermudah menemukan anak tersebut.
TO BE CONTINUE •Bad Day for Mr. M; End•
=================
Masih ada 4 chapter nih, tinggal tunggu notif nya aja ya. Thankyou :)2019.07.02
KAMU SEDANG MEMBACA
He Wants Me [ #1 MILLENOV ] ✔
Romance#50 Romance (2020/04/09) Ia terkekeh pelan saat melihat penampilan gadis yang memakai baju tidur di club miliknya. Sangat jarang ia melihat gadis dengan penampilan cukup berantakan yang seperti orang habis putus cinta, biasanya ia melihat perempuan...