BAB 1

358 28 1
                                    

Pagi yang cukup membuat kesal. Hiruk piruk suasana Ibu Kota menambah kesan ramai untuk hari ini. Beberapa orang pegawai hilir mudik untuk memulai pekerjaannya, jangan lupakan juga dengan jalanan yang masih pagi macetnya sudah sangat membosankan.

Gadis yang saat ini sedang bermain game di ponselnya itu menghembuskan nafasnya kasar. "Macet banget, sih, kak."

Kakaknya menoleh sembari tersenyum tipis. "Jakarta namanya juga."

"Padahal ini masih pagi, lho." Gadis itu lagi-lagi melirik jam di pergelangan tangannya.

"Sabar, bentar lagi sampai kok."

Hari ini Alesha ---kakaknya gadis yang dari tadi terus menggerutu--- berniat mengantarkan adiknya untuk berangkat sekolah. Alesha adalah seorang kakak sekaligus ibu dan juga mungkin sebagai ayah untuk adiknya itu. Karena sejak lima tahun lalu kedua orang tuanya meninggal. Mereka hanya hidup berdua tanpa ada saudara yang membantu.

Zeline Zakeisha, gadis yatim piatu sejak lima tahun lalu sekaligus sebagai adik Alesha yang dari tadi terus menggerutu karena macet. Dia mempunyai karakter tinggi ekspektasi dan moody serta hobinya adalah memotret senja. Dan, belakangan ini hobinya bertambah yaitu menjadi seseorang yang bijak dan puitis.

Dia senang sekali menulis. Banyak kata-kata yang dia rangkai dalam sebuah notebook miliknya. Tentunya juga ada rangkaian kata untuk seseorang yang disukainya selama ini. Mungkin iya, sejak lima tahun lalu dia merasa dunianya sudah hancur. Ya, memang, siapa juga yang tidak sedih ditinggalkan untuk selama-lamanya oleh orang yang disayang. Tapi, dia pikir berlarut dalam kesedihan itu tidak ada bagusnya. Makanya setelah kejadian kehilangan itu Zeline selalu mencoba untuk selalu bersyukur karena masih mempunyai kakak yang memiliki rasa sayang yang sama seperti rasa sayang seorang ibu.

Tak terasa lima belas menit berlalu, mobil bmw putih milik Alesha pun sampai tepat di depan gerbang sekolah SMA Maha Karya. Sebelum keluar mobil gadis itu mencium punggung tangan kanan dan pipi kiri Alesha.

"Belajar yang benar!" kata Alesha di dalam mobil dan Zeline mengacungkan jempolnya ke udara.

[][][][][]

Zeline berjalan menyusuri koridor dengan senyum yang tercetak di bibirnya. Dia memang kalem kalau sedang sendiri, tapi tidak jika sudah bertemu kedua sahabatnya. Dia baru kelas X di sekolah ini, beberapa bulan yang lalu dia dan angkatannya baru selesai menjalani MPLS.

Gadis itu telah sampai di kelasnya, X IPA 1. Dia menaruh tas nya lalu setelah itu pergi ke kelas sebelah, kelas X IPA 2. Kelas di mana kedua sahabatnya berada, Gwen dan Hanna. Mereka bertiga sudah bersahabat sejak masa putih biru dan bahkan dulu mereka juga sekelas. Tapi saat pembagian kelas di sini, Zeline lah yang harus berpisah dengan mereka. Tapi, tidak apa-apa, masih dekat kok kelasnya, bersebelahan malah.

"Good morning, Zel!" sapa Hanna hangat sembari mengembangkan senyumnya.

Dari ambang pintu Zeline membalas senyuman mereka berdua. "Morning, Hanna, Gwen!" balasnya setelah sampai di samping mereka.

Untuk beberapa waktu ke depan mereka ngobrol ngalor ngidul. Biasalah cewek kalau sudah bertemu pasti yang dibahas nggak jauh sama skincare dan cowok. Bisa dibilang Gwen dan Hanna adalah buku diary Zeline. Karena hal apapun itu apalagi tentang cowok yang diidam-idamkan Zeline selama ini, pasti mereka berdua tahu.

Mereka bertiga padahal memiliki karakter yang berbeda-beda. Zeline dengan sifat moodynya,  Hanna dengan sifat bawelnya dan Gwen dengan sifat galaknya. Tapi, justru ternyata dengan perbedaan membuat mereka jadi lebih saling pengertian. Dan bersyukurnya. persahabatannya langgeng sampai sekarang.

TITIK BALIK Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang