BAB 15

30 6 2
                                    

Dua minggu berlalu. Waktu berjalan begitu cepat, sampai tak terasa libur semester sudah berakhir. Selama dua minggu itu juga si gadis tinggi ekspektasi benar-benar diam di rumah. Ia habiskan hanya dengan menonton film, baca buku dan tulis-menulis di notebooknya. Tidak bisa dibayangkan bagaimana suntuknya terus di rumah. Ah, tapi, baginya hal itu lebih baik dari pada harus keluar macet-macetan.

Seiring berjalannya waktu luka-lukanya pun mulai pulih. Ia sudah kembali menjadi Zeline yang periang, yang mudah tertawa dan yang memiliki selera humor tinggi. Bahkan ketika satu minggu setelah libur dimulai ia mengatakan ke dirinya sendiri seperti ini, "Zeline, menyayangi tidak harus memiliki. Kamu yakin rencanaNya pasti lebih indah dari yang kamu harapkan. Semangat Zeline, jangan terlalu menyakiti diri sendiri." Tuturnya di depan kaca begitu sambil merapikan rambutnya.

Seperti yang dikatakannya, ia harus tetap semangat. Termasuk semangat menyambut hari pertama kembali masuk sekolah. Sepanjang jalan di koridor senyuman terus tercetak di wajahnya. Sampai akhirnya ia tiba di kelas namun harus kembali lagi ke luar, ke lapangan lebih tepatnya karena upacara akan segera di mulai. Di sana ia bareng Saras, gadis yang sudah dua minggu juga tidak bertemu dengannya. 

"Akhirnya ketemu anak ini lagi," kata Saras mencubit pipi Zeline.

Zeline meringis pelan, "Sakit, Sar!"

Saras cuma memamerkan deretan giginya.

"Lagian kamu betah banget di Sukabumi."

"Iya, Zel, nenek kangen banget sama aku. Jadi liburanku full di sana, deh."

Langkah mereka berdua semakin tergesa, setelah mendengar Pak Kepala Sekolah menggerutu lewat speaker.

"Serah terima jabatan ketua osis periode tahun 2018/2019 nanti selesai upacara, Zel," celetuk Saras.

[][][][][]

"Yang terhormat kepada Bapak Kepala SMA Maha Karya, yang saya hormati Bapak Pembina osis, yang saya hormati Bapak dan Ibu Guru sekalian serta rekan-rekan osis pengurus lama dan pengurus baru yang saya banggakan."

Fahlepi Jaasin Adhitama, ia berdiri di depan, di hadapan siswa, siswi dan guru-guru untuk berorasi sebelum serah terima jabatan dimulai. Semua menatapnya kagum, bangga sekaligus suka. Apalagi siswi di ujung sana yang dari tadi pandangannya tak terlapas dari ketua osisnya. Ia tersenyum saat yang berorasi di depan mengatakan, "Kini tiba waktunya purnabakti, saya selaku ketua osis periode tahun 2017/2018 menyerahkan segala tanggung jawab kepada ketua osis baru periode tahun 2018/2019."

Semua bertepuk tangan atas jabatan yang diterima ketua osis periode tahun 2018/2019. Kini laki-laki yang berorasi di depan itu sudah bukan ketua osis lagi. Ia sudah menyerahkan semuanya dan merasa bangga karena sudah menjadi bagian dari osis SMA Maha Karya.

"Makasih, ya. Terima kasih." Fahlepi menjabat tangan satu persatu rekan-rekan osis. Senang sekaligus haru terasa oleh mereka semua. Cara kerja yang mungkin memang masih tidak benar, saling menyangkal dan berbeda pendapat adalah pengalaman luar biasa menurut mereka.

Terlepas dari semua itu, satu siswi masih setia berada di lapang, menatap pada sekumpulan manusia di depan sana, sedangkan yang lain sudah kembali ke kelas masing-masing. Di antara mereka yang ada di depan, hanya satu orang yang menyadari masih ada siswi yang berdiri tegak di tengah lapang. Lantas orang itu mendekat dan menepuk pelan pundak siswi tersebut, berusaha menyadarkan bahwa dari tadi ia melamun.

"Ya ampun Zeline Zakeisha, kamu dari tadi di sini sendiri, orang-orang udah pada ke kelas."

Astaga, Zel! Kenapa, sih, lo? Batinnya.

TITIK BALIK Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang