Truth or Dare

8.8K 399 7
                                    

"Gue ingetin sekali lagi, jangan deketin Zayn. Jangan hancurin kebahagiaan gue, ca." - Amanda

Begitu pesan masuk di ponsel Icha. Ia hanya menatap nanar layar ponselnya, tanpa membalaskan kata sedikitpun untuk Amanda. Icha sedang menunggu Zayn yang masih berkeliaran mengunjungi pasiennya, tentu masih sebagai sang sekretaris Zayn.

Ia duduk menepi karena sudah merasa lelah mengikuti Zayn sejak tadi dan melihat ponsel yang kedapatan pesan dari Amanda. Walaupun jauh Amanda masih saja memantau ketat hubungan Icha dengan Zayn. Apakah memang sudah saling berjauhan atau malah semakin dekat. Semakin dekat hingga mengalahkan kedekatan Amanda dan Zayn tentunya.

"Gue gak habis pikir kalo seandainya apa yang ada dipikiran gue bener-bener kejadian. Lo harus sadar, kalo sebentar lagi gue sama Zayn bakalan nikah" -Amanda

Amanda mengiriminya pesan untuk kedua kalinya. Icha hanya menggeserkan notifikasi tanpa membaca full isi pesan itu. Ia langsung mematikan ponselnya dan mencari Zayn.

"Sudah malem waktunya kamu pulang. Genta udah duluan ya? Yaudah kamu pulang sama aku aja" ajak Zayn

Icha hanya mengikuti Zayn hingga ke parkiran. Lalu berjalan menuju rumah Icha. Namun tak cukup jika hanya seharian bersama Icha di rumah sakit, Zayn malah menyempatkan diri untuk berdua dengan Icha untuk makan malam di cafe favorit mereka.

"Ca, kok dari tadi diem sih? Kamu baik-baik aja kan?" tanya Zayn sambil menuangkan air di gelas Icha

"Hmm, iya baik. Icha gak apa-apa kok, ayo makan"

Icha berusaha menutupi perasaan tidak enaknya pada Zayn. Ia hanya tidak ingin bila nantinya Zayn dan Amanda bertengkar lagi karena Icha. Saat ini, biarlah hanya Icha yang tahu kalau Amanda mengirimkan pesan-pesan padanya jika memang ia tidak suka pada Icha yang terus-terusan dekat dengan Zayn.

***

Siang ini Icha datang ke sekolah Pandu untuk menghadiri acara perpisahan sekolahnya. Harusnya memang di wakilkan orang tua namun, karena ayah Pandu tidak bisa hadir ia mengambil inisiatif untuk mengajak Icha menggantikan ayahnya. Semua murid laki-laki tampak rapi dengan setelan jas yang beragam warna, beberapa diantaranya juga mendapatkan poin plus dari Icha karena sangat tampan. Murid perempuan juga tak mau kalah, mereka benar-benar cantik dan anggun dengan balutan dress pilihannya masing-masing.

Icha duduk di barisan tamu undangan. Ia melirik kanan dan kiri yang mana kebanyakan adalah para orang tua murid. Kehadirannya disana malah banyak menuai pertanyaan "kenapa enggak berdiri didepan dek? Kamu mau perpisahan kan?" Padahal ia sudah bukan anak SMA lagi. Postur tubuhnya yang mungil itu membuat semua orang berpikiran bahwa ia masih SMA dan tidak cocok untuk bergabung duduk dengan orang tua lainnya.

Setelah menikmati rentetan acara perpisahan, semua murid diberi kebebasan untuk melanjutkan aktivitas mereka. Ada yang berfoto bersama dengan para guru, ada yang naik ke atas panggung untuk menyumbangkan suara merdunya sebelum meninggalkan sekolah, ada yang saling berpelukan dengan temannya karena mereka akan berpisah, bahkan ada juga yang hanya menikmati hidangan dan tidak peduli dengan acara perpisahan. Icha meninggalkan barisan tamu undangan dan mulai mencari keberadaan Pandu. Pastinya, ia datang hanya untuk menemani Pandu kan?

"Hei Ca! Sini" teriak Pandu. Icha mendekati Pandu yang sedang ngobrol dengan teman-temannya.

"Hai, aku Icha" sapa Icha

"Siapa Ndu? Punya pacar gak bilang-bilang" bisik salah seorang teman Pandu

"Calon" jawab Pandu pelan, namun tetap terdengar oleh Icha. Icha langsung memegangi pipinya, berjaga-jaga agar tidak terlalu ketahuan jika sudah memerah.

Hello Doctor! [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang