Aku atau Shafa

6.6K 322 8
                                    

"Kak"

"Caa"

Zayn dan Icha serempak memanggil nama satu sama lain. Icha ingin menanyakan perihal informasi yang disampaikan mas Rizal tadi, sedangkan Zayn sepertinya juga ingin menyampaikan sesuatu pada Icha.

"Kamu duluan aja" kata Zayn mensilahkan Icha untuk lebih dulu ngomong

"Gapapa, kak Zayn aja" Icha menolak, ia menyuruh Zayn untuk lebih dulu

"Kayaknya kita ga jadi pulang besok"

"Hah? Kenapa?" tanya Icha, dengan kagetnya karena semua sudah dipersiapkan untuk pulang termasuk tiket.

"Shafa butuh perawatan intensif, lagian dia disini sendirian. Cuma aku yang dia kenal, gak apa-apa kan kalau bantu dia sampai dia merasa lebih baik?" Tanya Zayn sebelumnya ia tetap meminta izin sama Icha.

Icha harus bagaimana sekarang? Icha harus mengizinkan Zayn atau harus pulang sendirian? Kalau mengizinkan Zayn bukannya itu malah memberikan lampu hijau? Bukankah itu malah membiarkan cinta lamanya bersemi lagi sama Shafa? Icha tahu bagaimana lemah dan rapuhnya hati perempuan, bagaimana bapernya perempuan padahal hanya dirawat seorang dokter bukannya disayang.

"Memang harus banget ya kak Zayn? Ga ada orang lain gitu? Keluarganya atau siapanya gitu?" Icha balik nanya

"Kamu gak ngizinin ya Ca?" Zayn menatap Icha intens, namun bagi Icha dia menggemaskan seolah meminta tolong untuk mengizinkan dia menetap disini beberapa hari lagi

"Enggak" jawab Icha tegas, Icha tidak mau berlama-lama disini hanya karena menunggu Zayn merawat Shafa sampai jadi lebih baik.

"Beneran Ca gak ngizinin?"

"Iyaa beneran. Kita harus pulang, tiketnya juga udah ada kan. Aku yakin banyak dokter lain yang bisa jaga Shafa"

"Memang banyak Ca, tapi Shafa juga temen aku, aku ga tega biarin dia sendirian"

"Terus kak Zayn tega biarin aku pulang sendirian?!"

"Bukan gitu maksudnya Ca"

"Lagian dia bukan temen, tepatnya mantan kak Zayn. Selama ini kak Zayn bohong kalau baru kenal sama Shafa semingguan ini" Icha dalam mood yang buruk, ia hanya menatap ke arah jendela setelah mengomel panjang pada Zayn. Pernyataan Icha tadi membuat Zayn juga tak tahu harus berkata apalagi. Rasanya bersalah kalau tidak menjelaskan pada Icha dari awal, namun bukan karena berbohong. Zayn hanya tidak ingin Icha berpikiran aneh-aneh kalau sampai tahu Shafa adalah mantan Zayn. Walaupun itu sudah lama sekali, semasa SMA.

"Besok aku bakal berangkat sendiri. Ini tiket kak Zayn, aku bawa tiketku sendiri" kata Icha yang lebih dulu melepaskan seatbelt nya lalu turun dan masuk ke kamar hotel.

Sementara Zayn hanya mengambil tiketnya dari Icha, dan masih terdiam didalam mobil. Kemudian berpikir bahwa memang apa harus se-care itu sama mantan sendiri sampai harus tega membiarkan Icha pulang sendirian besok.

***

Icha menarik kopernya keluar dari kamar hotel, ia turun ke lobby lalu melakukan check out hotel dengan receptionist. Sampai detik ini ia tak melihat Zayn, bahkan ponselnya juga tidak ada pesan atau panggilan masuk dari Zayn. Sepertinya ia akan benar-benar pulang sendirian.

"Maaf mbak, boleh tahu juga kamar atas nama Zayn sudah check out belum?" tanya Icha yang penasaran

"Mas Zayn sudah check out dari pukul 05.40 tadi, dia sudah membawa kopernya juga"

"Setelah itu perginya kemana?"

"Wah kalau itu saya kurang tahu, biasanya memang selalu duduk di lobby untuk setiap jadwal kegiatannya. Tapi tadi langsung pergi"

Hello Doctor! [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang