Si Jago Makan

7.4K 315 4
                                    

Icha membereskan semua kertas-kertas berserakan di atas meja belajarnya. Semua ia kumpulkan lalu di jepit agar lebih rapi. Liburan semester telah usai, kini ia siap dengan rintangan di semester barunya. Sudah hampir 2 hari ini ia menahan kantuknya, begadang sampai subuh demi menyelesaikan draft proposal yang akan di seminarkan minggu depan, begitu targetnya. Selama 2 hari ini ia fokuskan dirinya untuk mengejar deadline skripsi dan juga ingin melengkapi syarat pemberkasan agar bisa di setujui oleh dosen pembimbingnya.

Icha bergegas pergi ke kampusnya karena sudah punya janji dengan sang dosen. Icha tentu tak ingin kehilangan kesempatan langka ini, baginya untuk mencari dosen pembimbingnya itu super duper susah karena tidak hanya mengajar di satu tempat kuliah saja. Icha asal bergaya saja hari ini, namun tetap terlihat sopan untuk berhadapan dengan dosennya itu.

Icha sampai di depan ruang dosen, ia ikut mengantri seperti mahasiswa lain yang sedang punya kepentingan juga dengan sang dosen. Luar biasa, kalau begini Icha bisa telat untuk ketemuan sama Zayn pacarnya. Memang, selama sibuk skripsian ia mengurung diri di kamar tanpa tahu bagaimana kabar dan keadaan pacarnya. Namun ia selalu berpikiran positif mengenai pacarnya itu, manalagi seorang dokter sudah pasti bisa menjaga diri dengan baik, jadi Icha tak perlu khawatir. Karena sudah dua harian ini tidak bertemu alias tidak membucinkan diri dengan Zayn selama dua hari ini ia memutuskan untuk menemui sang pacar setelah bimbingan dengan dosennya. Tapi apa mau dikata, sepertinya janji bertemu sang pacar akan sedikit terlambat dengan kondisi antrian yang membludak.

Icha keluar dengan ekspresi wajahnya yang sudah tak karuan, bercampur aduk rasanya nano-nano. Selama 30 menit melakukan bimbingan di ruangan tadi, ia mendapati banyak coretan tinta merah pada draft skripsinya. Ia berulang kali menggerutu, hasil begadangnya dua hari ini ternyata belum cukup untuk bisa segera di proposalkan. Sepanjang jalan menuju ke arah parkiran gedung belajarnya ia selalu ngomel tentang dirinya sendiri hingga tak sedikit mahasiwa yang lewat terus memandanginya.

Zayn yang tadi menunggunya di area parkiran, keluar dari pintu mobil dan meneriaki sang pacar yang hampir salah jalan karena terlalu fokus dengan omelannya sendiri. Icha hampir salah memasuki mobil.

"Caaaaa!!!!" teriak Zayn, lalu melambaikan tangannya agar Icha bisa melihat keberadaan Zayn. Icha menoleh ke sumber suara, langkahnya berbelok menuju mobil Zayn.

"Gimana skripsinya?"

"Belum beres kak, lihat banyak banget yang dicoret. Kesel"

"Gapapa itu lebih bagus, daripada ga dapet coretan nanti malah bingung yang kurang pas nya dimana"

"Iya sih, tapi kan jadi makin lama proposalnya, terus makin lama juga resepsinya"

"Resepsi? Emang kamu mau nikah sama siapa?" goda Zayn

Icha mendelik kesal, ia tahu Zayn sedang menggodanya. Tapi tetap saja Icha kesal, manalagi memang moodnya sedang buruk hari ini.

***

Beberapa minggu terakhir sebelum liburan semester usai. Zayn beserta keluarganya mendatangi rumah Icha dalam rangka makan malam bersama, sekaligus membincangkan perihal hubungan Zayn dan Icha ke tahap yang lebih serius. Ini bukan terkesan memaksa, lebih ke "kalau memang sudah ada jodohnya, buat apa terus ditunda" lagipula baik Zayn atau Icha sudah merasa klop satu sama lain jadi daripada berlama-lama mending disegerakan.

Semua orang mengira ini mungkin terburu-buru, hubungan Zayn dan Icha memang belum lama. Bahkan kemarin juga sempat mengalami perang dingin selama beberapa hari. Biarpun begitu tak ada salahnya untuk mengakhiri hubungan dengan proses sakral yang sering disebut sebagai "menikah". Awalnya menikah muda bukanlah target Icha, tapi semenjak kenal Zayn ia semakin yakin kalau pria itu adalah orang yang berhak memilikinya seutuhnya.

Hello Doctor! [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang