Cantik

8.2K 330 17
                                    

"Lo bawa Mika pergi Ram, biar gue yang selesaikan sisanya" ucap Icha

"Oke, good luck!"

"Jadi dia dateng lagi? Nemuin kamu?" tanya Zayn

"Iya, malam itu waktu kak Zayn tidak ada. Tapi sudahlah, sudah berlalu buat apa di ributkan lagi"

"Dimana dia sekarang?"

"Buat apa kak Zayn tahu? Itu bukan urusan kak Zayn, apa pedulinya kak Zayn dengan masalahku?"

"Caaa, kamu pacarku. Aku gak mungkin biarin kamu kenapa-kenapa, aku peduli sama pacarku sendiri"

"Memang kenapa kalau aku pacar kak Zayn?! Kalau baru peduli sekarang buat apa! Semuanya udah kejadian, semuanya juga udah selesai kak." Icha mengigit bibir bawahnya menahan tangis, ia tak mau dipandang lemah oleh Zayn hanya karena mengemis kepulangannya dan berharap ia bisa menjadi pahlawan lagi saat kejadian kemarin.

"Maafin aku Ca. Maafin aku. Maafin aku, aku minta maaf sama semua kebodohanku, yang tidak langsung pulang bersamamu, yang masih peduli dengan mantanku, dan hal-hal yang pasti tidak kamu sukai"

"Kita mulai lagi sama-sama yaa?" pinta Zayn, ucapan lembutnya itu seolah menyihir hati dan pikiran Icha. Asal Zayn tahu, bahkan sebenarnya Icha tidak tahan harus bersikap dingin seperti ini seolah ia harus melihat bagaimana Zayn yang harus menderita sama sepertinya. Asal Zayn tahu, Icha adalah perempuan yang sangat bodoh karena cintanya pada Zayn. Benar kata orang, kalau sekali tahu bagaimana rasanya jatuh cinta, seterusnya malah susah dilupakan.

"Dengan mudahnya bicara seperti itu?"

"Apa kamu butuh waktu untuk menjawabnya?"

Sudah tak tahan lagi, Icha membiarkan saja air mata itu membasahi pipinya. Turun berlinang tanpa rintangan sedikitpun. Hanya tangisan itu yang bisa Icha berikan sebagai jawaban pada Zayn. Ia bahkan sesegukan terisak. Bahunya bergerak naik turun, layaknya tangisan anak kecil yang dilarang oleh ibu nya untuk tidak boleh makan permen.

Zayn tahu bahwa perempuan ini sedang membutuhkan pelukan hangat darinya. Ia memeluk perempuan bertubuh mungil itu, mengelus puncak kepalanya, lalu memberikanya kecupan hangat di dahi Icha. Dekapan sosok Zayn itu yang ternyata dirindukan oleh Icha. Tak peduli sudah berapa orang yang berlalu lalang menyaksikan kedua manusia itu. Icha semakin memperbesar suara isakan tangisnya, bukannya khawatir dan panik malah menjadi sesuatu hal yang menggemaskan bagi Zayn.

"Kenapa adik nya dok? Kok merengek begitu?" Tak sedikit orang yang melewati mereka melontarkan pertanyaan menanyai perihal tangisan sang adik kecil

"Minta kinderjoy tapi gak dibeliin, takut nanti giginya ompong"

Zayn hanya menjawab asal, namun menandakan bahwa adik kecilnya itu sedang baik-baik saja.Pemandangan yang banyak dilihat oleh orang-orang di rumah sakit ini, bukan layaknya sepasang kekasih. Ini lebih mirip tangisan seorang adik kecil yang merengek pada sang kakak.

***

Icha ditemani Zayn yang sedang duduk di depan minimarket, tempat favorit Icha berbelanja ketika lapar saat menunggu Genta bekerja. Zayn membelikan banyak kinderjoy untuknya, soalnya setelah menjawab asal pertanyaan orang-orang Icha malah menagih jajanan favoritnya itu pada Zayn.

Setelah kejadian itu, Icha memutuskan untuk mengalah pada ego nya. Ia berusaha untuk melupakan apa yang telah terjadi pada dirinya dan Zayn waktu itu. Baginya, biarlah itu menjadi suatu pelajaran untuk hubungan mereka. Kesempatan untuk bisa pacaran sama Zayn memang tidak bisa datang lagi nanti, setidaknya Icha membiarkan dirinya menikmati setiap kisah bersama Zayn. Kemanapun arah dari akhir ceritanya itu, Icha memang tidak pernah tahu. Namun, sebisa mungkin ia dan Zayn menginginkan euphoria kebahagiaan yang menyelimuti keduanya.

Hello Doctor! [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang